View Full Version
Sabtu, 25 Nov 2017

Memuliakan Guru, Mulailah dengan Menyejahterakannya!

Oleh : Faiqotul Himmah*

Adakah diantara kita yang tidak punya guru? Mungkin ada. Namun bisa jadi itu hanya sebagian kecil dari ratusan juta penduduk Indonesia. Minimal guru SD, kita semua pasti punya.

Mumpung hari guru, mari kita pejamkan mata sejenak dan merenung. Putar kembali episode kanak-kanak kita. Kita pandai membaca hari ini, adakah peran guru di sana? Jika saat ini kita sudah canggih berhitung, adakah peran guru di sana?

Bisakah kita mengenal asal muasal semesta tanpa guru? Makhluk apa saja di bumi ini, apa cirinya, dan sebagainya? Adakah yang bisa mengetahui sistem pencernaan, pernafasan, dan banyak ilmu lain tanpa guru?

Saya masih ingat betul ketika SD, di sekolah favorit, banyak sekali guru yang saya banggakan. Diantaranya yang sangat berkesan adalah guru IPS, Bapak Hadi, yang kala itu menceritakan sejarah bangsa ini dan kekayaan alamnya yang luar biasa. Sayangnya, kita nyaris tidak menikmatinya. Beliau mencontohkan tambang emas Grasberg yang dikelola PT Freeport. Itu semua diboyong ke luar negeri dan menyisakan secuil pajak bagi negeri. 

Jadilah saya terlecut untuk bercita-cita tinggi. Menjadi ilmuwan seperti Pak Habibie. Supaya bisa mengolah sendiri kekayaan alam negeri ini.  

Begitu dahsyat peran seorang guru. Dari ketekunan, kesabaran dan kepandaian merekalah lahir para ilmuwan, dokter, pejabat, pengusaha, direktur, manajer, lurah, bupati, gubernur hingga presiden. Ya, presiden!

Saya yakin kita semua sepakat, guru adalah profesi kunci satu kemajuan bangsa. Selain seperangkat kurikulum, guru berperan membentuk karakter dan kepribadian generasi masa depan bangsa. Guru adalah profesi teramat mulia.

...Menjaga guru, adalah menjaga kualitas generasi masa depan. Mari muliakan guru dengan sistem Islam...

Namun sayang, agaknya penghargaan yang kita berikan pada guru masih kalah dibanding penghargaan pada artis idola. Buktinya, setumpuk persoalan masih menimpa para guru. Diantaranya masalah kesejahteraan.

Di Jember bulan Oktober lalu, ramai-ramai guru honorer mogok kerja dan berdemo menuntut haknya. Yang mereka minta sederhana : gaji yang layak. Sederhana bukan? Nggak neko-neko. Karena memang itu hak mereka!

Jangan katakan, "Ah mereka kan guru honorer, bukan PNS."

Jangan remehkan guru honorer. Di banyak sekolah, keberadaannya justru melebihi guru tetap. Dan guru tetap sangat terbantu dengan keberadaan guru honorer ini.

Pekerjaan yang mereka lakukan sama, sama-sama mendidik, menyiapkan bahan ajar dan sebagianya. Dan banyak sekali sekolah membutuhkan mereka. Mengapa begitu susah untuk memberi mereka "status" PNS dan mendapat gaji yang layak?

Apakah jika jumlah guru PNS di negeri ini dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dan membludaknya jumlah murid, pemerintah tak ada dana untuk menggaji?

Inilah anehnya. Satu negara yang kaya akan SDA justru miskin dana. Ibarat tuan tanah memiliki tanah ribuan hektar tapi tak mampu membayar guru ngaji untuk anaknya. Aneh bukan? Pasti kita bertanya-tanya. Kemana, untuk apa, tanah ribuan hektar itu? Dikelola bagaimana kok membayar guru saja tidak mampu?

Ya..begitulah.. ada yang salah dalam pengelolaan negeri ini. Negeri kaya SDA yang merupakan anugerah Allah SWT. Negeri ini terlanjur memilih sistem demokrasi-kapitalis dan menjauhkan aturan Islam dari politik dan pemerintahan.

Hasilnya?

Negara miskin. Sementara korporasi milik para kapitalis sangat kaya. Lebih banyak mana, cadangan emas BI dengan emas milik PT. Freeport?

Agaknya kita perlu kembali membuka petunjuk yang telah Allah turunkan, Al-Quran. Di sana telah Allah firmankan bahwa jika berpaling dari peringatan Allah, maka kehidupan yang sempitlah yang akan kita rasakan. Ketika kita mencampakkan sistem ekonomi islam dan mengadopsi sistem ekonomi kapitalisme, kemiskinan-lah yang kita rasakan. Miris bukan?

Berbeda sekali dengan sistem Islam. Guru sangat dimuliakan. Mereka disejahterakan, sehingga bisa mendidik generasi dengan optimal. Sejarah mencatat, Khalifah Umar bin Khathab pernah menggaji seorang guru PAUD setara dengan Rp 25 juta kini. MasyaAllah..luar biasa.

Menjaga guru, adalah menjaga kualitas generasi masa depan. Mari muliakan guru dengan sistem Islam.

SELAMAT HARI GURU! Tanpamu, apa jadinya aku. (rf/voa-islam.com)

*Pimred Info Muslimah Jember

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version