View Full Version
Ahad, 03 Dec 2017

Dakwah Adalah Cinta

Oleh: Asmaridha (Ibu Rumah Tangga)

Jika kamu seorang Ibu, maka bisa dibayangkan apabila anak Ibu dengan usia  bermainnya sedang memegang pisau yang  tajam.  Apa  kira-kira yang akan ibu khawatirkan?  “Terluka atau bahkan melukai..!” yup mungkin kata-kata itu cukup mewakili apa yang ada dalam benak seorang Ibu.  

Apa yang akan Ibu lakukan? jawaban hati seorang Ibu saya rasa sama  dengan apa yang saya fikirkan yaitu  bergegas  untuk mengambilnya , meski dengan sedikit memaksa si Ibu akan merebutnya.

Dalam kehidupan keluarga peristiwa ini akan selalu kita temui. Antara Ibu dan anak,  suami dan istri, satu sama lainnya terikat dengan satu perasaan dan jiwa, saling memberikan kedamaian sehingga muncullah sakinah, mawaddah wa rahmah.

Kemudian jika kamu memiki teman sekigus sahabat baik kamu, bisa dibayangkan jika teman kamu nyelfie di tepian gunung hanya untuk mencari angle foto keindahan alam, namun justru membahayakan dirinya. Maka tentu sebagai teman dan sahabat dengan spontan kita akan mencegahnya bahkan mungkin akan menariknya agar tidak terjatuh dan celaka.

Mengapa dalam kehidupan peristiwa ini akan selalu kita temui? Ada banyak peristiwa memunculkan rasa peduli dan empati, saling menjaga dan memiliki, saling mengayomi dan mengasihi. Apa motivasinya? Yup “CINTA”.

Karena cinta  menjadi motivasi utamanya, cinta akan meminta perhatian dari pemilik cinta.

Demikianlah “dakwah”. Dakwah adalah ekspresi cinta. Cinta akan meminta semuanya dari si pemiliknya. Pemikiran, hati, jiwa, perhatiannya menjadi hal utama. Maka berjalan, duduk bahkan tidurnya penuh dengan suasana cinta yaitu dakwah. Tentang saudaranya yang selalu dicintai, selalu difikirkan, selalu menjadi perhatiannya.

Karena cinta Rasulullah SAW kepada umatnya,  Islam akan selalu ada pada jiwa-jiwa manusia yang suci hatinya hingga hari akhir.  Karena cinta pula para sahabat rela syahid demi menyampaikan tauhid. 

Yup cinta tidak selalu didentikan dengan syahwat. Karena cinta yang suci dan hakiki Allah sematkan hanya pada "sebaik-baik manusia" Allah  SWT berfirman: 

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah……..”. (Q.S : Al-Imran : 110)

Ayat tersebut menurut Tafsir Ibnu Katsir bermakna bahwa Allah SWT memberitahukan mengenai umat Muhammad SAW, bahwa mereka adalah sebaik-baik umat seraya berfirman ukhrijat linnasi (yang dilahirkan untuk manusia). Ta’muruna bil ma’ruf  wa tanhauna ‘anil munkar (mengajak manusia menyuruh kepada yang ma’ruf (kebaikan) dan mencegah dari yang mungkar) dan mengajak beriman kepada Allah SWT.

Sebagaimana Imam Ahmad meriwayatkan dari Durrah Abu Lahab, ia berkata ada seseorang berdiri menghadap Nabi, ketika itu beliau berada di mimbar, lalu orang itu berkata, “Ya Rasulullah, siapakah manusia terbaik itu ?” Beliau bersabda:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling hafal al-Qur’an, paling bertaqwa kepada Allah, paling giat menyuruh berbuat yang ma’ruf dan paling gencar mencegah kemungkaran dan paling rajin bersilaturahmi diantara mereka“ (HR. Ahmad).

Demikianlah dakwah,  wujud cinta terhadap saudarany diekspresikan dengan dakwah.  Menarik keluarga,  masyarakat,  dan negara dari kejahilan menuju Islam.  Dari kemaksiatan menuju peraban yang mulia

Dakwah tidak melulu harus di mushala, butuh mimbar, majlis,  pesantren atau apapun yang bernuansa Islami. 

Ketika ada kemungkaran di hadapan mata,  merangkulnya dan membimbingnya dengan hati itulah dakwah.  Karena dakwah adalah cinta. Dan denganya Allah angkat derajat "sebaik-baik manusia". [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version