Oleh:Dawud Munawwir Abdul Hadi
(Madinah-voa islam) - Sejak awal November, aura musim dingin sudah mulai terasa. Desiran angin serta nyanyian pelepah kurma yang saling bergesek menambah indah musim dingin kali ini. Memasuki bulan Desember, rasa dingin semakin setia menemaniku, bahkan seolah erat memelukku. Air keran pun berubah menjadi sangat dingin, mengingatkanku akan es buah di bulan Ramadhan.
Indahnya musim dingin tak hanya kurasakan sendiri. Merpati tanah suci pun juga merasakan. Bedanya, mereka memunyai bulu-bulu sebagai selimut untuk menghadapi musim. Unta yang selalu dikambinghitamkan para pembenci bangsa Arab, pun bahagia menyambut musim ini. Bagaimana tidak, karena pada musim inilah rerumputan menjadi subur meramaikan luasnya padang pasir.
Terlepas dari dinginnya musim, hal ini tidak membuat umat Islam lantas berhati dingin pula ketika mendengar Masjid Al-Aqsha hendak dikuasai penuh oleh para Rabi Yahudi nakal. Syam memang unik, sejak dahulu kala medan itu merupakan 'sekolah' bagi para jagoan-jagoan umat Islam. Perang Mu'tah, Tabuk, Ajnadin, Yarmouk, sampai Perang Salib pun medan utamanya adalah Syam. Dingin di Syam juga lebih dahsyat daripada Madinah. Akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan niat juang para mujahid.
Syam, merupakan saksi bisu kehebatan Khalid bin Walid.
Dari Syam pula awal mula adanya armada laut pasukan muslimin.
Di Syam Imam Syafi'i dilahirkan dan Imam Auzai berdakwah.
Dari Syam pula kebanyakan hadits jihad diriwayatkan.
Syam yang indah dengan panorama Laut Tengah, kini berada dalam masalah. Dan yang terbaru adalah masalah Yerusalem yang diklaim sebagai ganti Tel Aviv. Tentu kita tak terima dengan kabar ini.
Selipkan untaian doa untuk Syam kita, ya kaum muslimin. Semoga kita bisa sholat di tiga tanah suci, Makkah, Madinah, dan Al-Quds dalam kondisi bebas dan merdeka dari penjajahan Israel. Insya Allah. (rf/voa-islam.com)