View Full Version
Sabtu, 16 Dec 2017

Al-Quds, Ayasofya, dan Cahaya di Langit Eropa

Oleh: Wity

Laksana buih di lautan. Itulah kondisi umat Islam saat ini. Besar jumlahnya, tapi tak punya kekuatan. Berbagai konflik terus terjadi di negeri-negeri kaum muslim. Palestina adalah salah satunya. Bahkan konflik di negeri ini seolah tak pernah tidur. Sejak pendudukan Zionis Israel tahun 1948, peperangan terus saja terjadi. Pembantaian, pemerkosaan, pengeboman fasilitas umum, dan tindakan keji lainnya terus mewarnai negeri para nabi ini.

Kebengisan Zionis Israel atas Palestina begitu nyata, namun tak ada yang berani menghentikannya. Bahkan negeri-negeri muslim lainnya hanya mampu mengecam tanpa tindakan nyata. Mereka terus saja berharap pada solusi semu yang disodorkan PBB dan dunia.

Kini, kesewenang-wenangan kembali terjadi atas Palestina. Presiden Amerika mengumumkan pemindahan ibukota Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem (Al-Quds). Inilah yang diinginkan Zionis Israel. Merampas Al-Quds dari tangan kaum muslim, hingga tak ada lagi nama Palestina di peta dunia.

Bagaimana tanggapan dunia, khususnya pemimpin negeri-negeri muslim atas keputusan tersebut? Mengecam. Ya, lagi-lagi hanya mengecam tanpa tindakan nyata. Sungguh, mereka tak lebih hanya seperti singa ompong. Padahal, Al-Quds adalah milik umat Islam. Tanah para Anbiya. Kota suci ketiga setelah Mekkah dan Madinah. Ah, masihkah kita akan diam?

Lain Al-Quds, lain pula Ayasofya (Hagia Sophia). Sebelumnya, Hagia Sophia adalah symbol kebanggaan Imperium Byzantium. Namun, setelah penaklukan Konstantinopel tahun 1453 oleh Sultan Mehmed II Al-Fatih, Hagia Sophia pun diubah menjadi masjid. Menjadi milik umat Islam selama berabad-abad.

Saat Daulah Islam runtuh tahun 1924, Hagia Sophia diubah menjadi museum atas desakan Eropa. Kini, saat Presiden Reccep Tayyip Erdogan berencana mengembalikannya menjadi masjid, Yunani dan umat Ortodoks mengecamnya. Mereka menganggap rencana tersebut sebagai bentuk provokasi dan tidak menghormati umat Ortodoks. Ah, lucu sekali. Lagi-lagi mereka memainkan standar ganda.

...Kenyataan bahwa sejarah akan terulang tak dapat dipungkiri. Dahulu, Islam pernah merajai dunia, termasuk Eropa. Andalusia (Spanyol) menjadi pusat peradaban Islam di Eropa kala itu. Bahkan, kemajuan Eropa saat ini, tak lepas dari peran Islam...

Di tengah ketidakberdayaan umat Islam dan duka yang menyelimuti Palestina, kabar gembira datang dari Eropa. Islam berkembang pesat di sana. Hal ini terlihat dari meningkatnya populasi muslim Eropa. Pew Research Center mempublikasikan penelitian mengenai jumlah Muslim di Eropa yang diproyeksikan akan meningkat.

Dalam riset tersebut, Muslim di Eropa menyumbang pertumbuhan penduduk di Eropa sebanyak 4,9 persen pada 2016 lalu. Lebih tepatnya, pada pertengahan 2016, diperkirakan jumlah penduduk Muslim mencapai 25,8 juta (4,9 persen dari keseluruhan populasi) atau meningkat dari 19,5 juta (3,8 persen) daripada 2010. (republika.co.id)

Masih riset yang sama menyatakan, jika arus imigrasi ke Eropa terjadi dalam jumlah sedang, populasi Muslim akan meningkat dua kali lipat menjadi 11,2 persen pada 2050. Sementara, jika arus imigrasi ke Eropa cukup tinggi, maka jumlah Muslim akan meningkat menjadi 14 persen. 

Kenyataan bahwa sejarah akan terulang tak dapat dipungkiri. Dahulu, Islam pernah merajai dunia, termasuk Eropa. Andalusia (Spanyol) menjadi pusat peradaban Islam di Eropa kala itu. Bahkan, kemajuan Eropa saat ini, tak lepas dari peran Islam. Pendidikan Islam di Andalusia masa itu adalah yang terbaik. Banyak pelajar dari Eropa dan Barat yang menimba ilmu di sana.

Sayang, kebencian Eropa dan Barat terhadap Islam begitu besar. Hingga mereka tak sudi mengakui kenyataan itu. Bahkan, setelah kekhilafahan runtuh, mereka sekuat tenaga menghilangkan jejak-jejak kegemilangannya.

Namun, kegemilangan Islam tak bisa ditutup-tutupi. Ia akan terus memancar meski dari celah terkecil sekalipun. Kini pancaran itu semakin membesar, dan pasti akan terus membesar.

Cepat atau lambat, cahaya Islam akan kembali bersinar di langit Eropa, bahkan dunia. Saat itu tiba, tak akan ada lagi yang berani menyentuh Al-Quds. Tak ada lagi yang berani menentang Hagia Sophia menjadi mesjid. Tak ada lagi yang berani mengusik umat muslim. Semoga kita bisa menyaksikannya bila saat itu tiba. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version