Oleh: Asmarida. S. Pd. I (Praktisi Pendidikan)
Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia persentase seks bebas di kalangan remaja setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan.
Tempat favorit mereka untuk melakukan seks bebas adalah dirumah mereka karena angkanya mencapai 40% dan sisanya ada yang melakukannya di kost-kostan (26%) dan hotel (26%). Mereka memang mengakui hal seperti ini sangatlah salah dan memahami jika hal ini sangatlah bertentangan dan dilarang oleh ajaran agama, tapi alasan dari mereka melakukannya karena kebanyakan hanya ingin mencoba dan akhirnya sampai ketagihan.(Sumber : Bersosial. Com)
Ironi kehidupan remaja merajut cinta membawa petaka pada zaman era digital saat ini. Petaka bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan bahkan negara.
Inilah efek dari penerapan sistem sekulerisme secara keseluruhan. Sistem yang memisahkan agama dan negara. Agama tidak punya andil mengatur dalam urusan sosial bermasyarakat. Maka wajar, generasi kedepan akan semakin hancur akhlak dan moral mereka. Ketika agama hanya dikerdilkan pada urusan ibadah semata.
Cinta adalah anugerah
Cinta sesungguhny adalah anugerah terindah yang Allah swt berikan pada jiwa manusia. Sehingga muncul rasa sayang dan suka, empati dan peduli.
Namun sayangnya cinta hari ini hanya didefinisikan pada syahwat dan rasa suka pada lawan jenis. Padahal itu hanya salah satu bentuk implementasi dari gharizah (baca : naluri) atau sering dikenal dengan istilah insting. Akan tetapi ketika pengelolaan naluri tidak di barengi dengan keimanan dan ketaqwaan, inilah yang membuat musibah bagi manusia itu sendiri. Maka jika dibiarkan tanpa aturan yang benar berdasarkan wahyu bisa menjatuhkan manusia pada derajat hewani.
Demikianlah yang terjadi saat ini. Akvitas pacaran, campur baur laki-laki dan perempuan, kumpul kebo menjadi fenomena yang sering kita baca di berbagai media. Demikian pula PIl (Pria idaman Lain) dan WIL (wanita Idaman Lain) dalam keluarga menjadi kehidupan yang sering kita temui. Tak khayal, itu dapat berujung pada retaknya rumah tangga. Aktivitas kaum nabi Luth juga patut menjadi perhatian bagi masyarakat Indonesia saat ini. Maraknya generasi homo dan lesbi, merupakan cinta yang lebih hina dari derajat hewani.
Mengelola cinta hakiki
Cinta adalah salah satu manifestasi dari gharizah (baca : naluri). Dia berbeda dengan hajatul udhawiyah (baca : kebutuhan jasmani).
Gharizah muncul ketika ada rangsangan dari luar, dan adanya imajinasi/fantasi sexual sehingga gharizah ini bangkit. Sementara hajatul udhawiyah merupakan kebutuhan yang mendasar yang wajib dipenuhi oleh manusia yang kemuncullanya berasal dari dalam diri manusia. Semisal makan, tidur, buang hajat dan yang lainnya.
Maka hajatul udhawiyah merupakan kepastian yang memuntut adanya pemenuhan, jika tidak dipenuhi dapat mengakibatkan kerusakan dan bahkan bisa mengalami kematian. Sementara gharizah/insting ketika tidak dipenuhi tidak akan berakibat fatal namun yang muncul hanya rasa gelisah.
Sebagaimana firman Allah dalam Q. S Al Imran : 14
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)".
Allah swt menjelaskan pada ayat tersebut, dijadikan indah bagi manusia dalam kehidupan dunia berbagai ragam kenikmatan; wanita dan anak. Allah swt. memulainya dengan menyebut wanita.
Jika keinginan terhadap wanita itu dimaksudkan untuk menjaga kesucian dan lahirnya banyak keturunan, maka yang demikian itu sangat diharapkan, dianjurkan dan disunnahkan. Juga sabdanya: “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasannya adalah wanita shalihah. Jika dia (suami) memandangnya dia (isteri) menyenangkannya, jika memerintahnya maka dia mentaatinya, dan jika ia (suami) tidak berada di sisinya, dia senantiasa menjaga dirinya dan (menjaga) harta suaminya.” (HR. Muslim, an-Nasa’i dan Ibnu Majah).
Namun sebaliknya, jika keinginan terhadap wanita hanya semata untuk kepuasan syahwat belaka inilah jatuh cinta yang menuai petaka.
Untuk itu, ada syariat yang wajib dilakukan agar interaksi antara laki-laki dan wanita baik yang belum dan sudah menikah patutnya menjadi rambu-rambu yang harus dilakukan. Sehingga yang terjadi adalah membangun cinta dengan landasan iman, bukan jatuh cinta karena syahwat semata.
Demikianlah sederet aturan interaksi laki-laki dan wanita yang telah Allah swt tetapkan. Agar interaksi keduanya mejadi interaksi yang diberkahi, sehingga arus budaya liberalis dan hedonis dapat kita cegah ditengah-tengah kehidupan masyarakat saat ini.
Maka menjadikan Islam sebagai solusi terhadap segala persoalan merupakan keniscayaan dalam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Wallahu 'alam bisshawab. [syahid/voa-islam.com]