View Full Version
Senin, 22 Jan 2018

Pesan Pemateri ke Peserta di Pelatihan Muslim Journalist Trooper voa-islam

JAKARTA (voa-islam.com) - Pelatihan jurnalistik yang diadakan oleh managemen dan tim voa-islam.com beberapa waktu lalu terbilang sukses. Banyak pembicara, dan juga banyak peserta. Pembicaranya mulai dari dosen yang juga salah satu penulis di voa-islam.com, hingga wartawan senior dari media mainstream pun ikut mengisi dan support acara dengan tema “Muslim Journalist Trooper” tersebut. Sementara untuk peserta pun demikian, dari berbagai kalangan. Di antaranya dari mahasiswa, pekerja, hingga pewarta.

Adi K., adalah salah satu pembicara yang hadir adalah seorang dosen. Ia juga merupakan penulis di beberapa rubric di voa-islam. Dalam kesempatannya mengisi materi, Adi di antaranya berpesa  kepada peserta bahwa kegiatan atau profesi jurnalis dapat dilakukan oleh siapapun tanpa terkecuali. Tidak mesti pula sebuah profesi yang mesti berlatar pendidikan jurnalistik.

Siapapun menurutnya dapat melakukan pekerjaan (jurnalis) tersebut, asalkan mengetahui hal-hal dasar ataupun lainnya soal proses produk jurnalistik. “Jurnalistik profesi yang dapat dilakukan oleh siapapun. Dokter pun bisa. Akan tetapi, di balik itu kita baiknya juga mesti memahami konsep lain terkait jurnalis ini,” ia menyampaikan, Sabtu (20/01/2018), bilangan Jakarta.

Menurut dia, yang juga merupakan salah satu dosen di Bandung, Jawa Barat ini, jurnalistik tentu mempunyai inti dari segala apa yang ingin diberitakan, yakni ia sebut menulis—menghasilkan sebuah berita. Akan tetapi, ia tidak pungkiri bahwa isi dari jurnalistik dewasa ini dan kini tidak hanya berita, melainkan juga ada opini dan lainnya.

“Kegiatan jurnalis itu intinya adalah menulis berita. Tapi tidak juga berita, ada pula opini dan iklan saat ini. Jurnalis itu hanyalah news saja (murni produk), minimal awalnya demikian,” ia menambahkan.

Peserta begitu antusias mengikuti pelatihan jurnalistik tersebut. Di hadapan puluhan peserta, kang Adi menitipkan pesan untuk menjadi jurnalis hal pertama yang mesti diingat adalah menyukai tulisan, dan menulis. Menurutnya banyak tempat untuk mengekspresikan tulisan yang dibuat.

“Belajar jurnalis memang harus menulis. Jurnalistik itu adalah kegiatan, mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarkan informasi yang ada Apalagi medianya kini banyak, tidak hanya surat kabar. Saat ini ada di medsos seperti Facebook. Percaya atau tidak urusan lain,” pesannya.

Sementara pemateri lainnya, Pak Tjahja yang juga berkesempatan hadir kurang lebih ikut berpesan sama bahwa jurnalistik itu adalah kegiatan menulis. Menulis dengan adanya kaidah, konsep, dan etik tertentu sebelum ditayangkan atau disebar ke khalayak umum.

“Ya, saya kurang lebih sepakat dengan pesan yang disampaikan oleh pembicara sebelumnya. Namun demikian, untuk menjadi seorang jurnalis, kita mesti tahu pula kode etik yang telah ditetapkan—disepakati secara bersama-sama,” imbuhnya.

Penulis buku untuk Chairul Tanjung ini juga berpesan bahwa di era digital seperti ini jurnalis juga tidak boleh lepas dari kode etik. Hal itu dikatakan olehnya agar marwah dari tulisan seseorang tetap bernilai dan terjaga keakuratannya. Peserta terlihat begitu antusias mendengarkan dari paparan pemateri. Hingga menjelang usainya pelatihan, peserta juga diberi kesempatan untuk mempelajari bagaimana cara membuat video dengan menggunakan ponsel (smart phone) sampai seperti membagikannnya ke public.  [robigusta]


latestnews

View Full Version