View Full Version
Ahad, 28 Jan 2018

Tak Seindah Drama Korea, Kekejaman Kehidupan Kapitalistik

Sahabat VOA-Islam...

Heboh terjadi di kalangan penggemar K-Pop dikala salah satu anggota boy band korea ternama meninggal. Tak terkecuali para penggemarnya di Indonesia yang kebanyakan muslimah, banyak yang bersedih ketika kabar mengejutkan itu datang.

Idol yang banyak dipuja tersebut dikabarkan mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Ya bunuh diri. Saya kira ini bukanlah hal yang mengejutkan di tengah kehidupan kapitalistik yang begitu kejam. Bukan rahasia lagi jika industri musik korea dikenal dengan persaingan yang ketat.

Waktu 24 jam dirasa kurang ketika tuntutan jam kerja yang tidak manusiawi itu datang. Idol diberlakukan layaknya mesin pencari uang. Tidak heran jika kehidupan entertainment yang dianggap mewah dan menyenangkan bisa membuat orang stress berat di balik layar. Belum lagi ketika sebagian orang membullynya tapi idol harus menghadapinya dengan senyuman manis paksaan. Sama, yang membully pun sebenarnya juga stress di tengah sibuknya kehidupan mencari pundi-pundi uang.

Hidup di sistem kapitalisme memang dirasa begitu berat hingga membuat banyak orang lebih memilih mengakhiri hidupnya. Faktanya korea selatan mempunyai angka bunuh diri tertinggi sebesar 36,8 per 100.000 jiwa (kompas.com). Negara yang dibilang maju dan mempunyai high profil seperti Jepang dan Amerika Serikat pun masih memiliki angka kasus bunuh diri yang cukup tinggi. Ini adalah satu di antara banyak bukti kebobrokan kehidupan di sistem kapitalisme yang menuhankan uang.

Orang terlalu sibuk menggunakan hidupnya untuk mengejar materi yang tidak berujung. Orang menjadi stress ketika banyak masalah dalam hidupnya dan seringnya tak menemukan solusi. Sistem kapitalisme ini juga menciptakan orang menjadi individualistik. Karena sudah pusing dengan masalahnya sendiri dan tak peduli dengan urusan orang lain. Apalagi sekulerisme membuat agama disingkarkan dari kehidupan. Orang yang tidak mempunyai iman dan tidak percaya akan Tuhan seolah sekarat tanpa memiliki harapan. Bunuh diri pun menjadi jawaban.

Di samping segala bentuk kejahiliyan itu Islam datang membawa solusi bagi manusia. Dengan memahami islam, seorang muslim harusnya paham untuk apa sebenarnya hidupnya ini diciptakan. Apakah hanya sekedar mencari kekayaan atau jabatan? Tentunya tidak. Islam mengajarkan bahwa tujuan manusia diciptakan tidak lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah.

Artinya melaksanakan semua perintah Allah yang telah terbingkai dalam syariat Islam. Sementara syariat Islam meliputi aturan di segala bidang. Islam tidak hanya sekedar aturan tentang ritual ibadah saja, tapi Islam juga mempunyai aturan detail mengenai pergaulan, ekonomi, politik, pemerintahan, dan segala kesempuranaan aturan yang lain.

Maka tidak cocok jika Islam hanya ditempatkan hanya pada urusan pribadi saja, tapi Islam harusnya juga diambil untuk mengatur kehidupan publik. Karena Islam adalah serangkaian aturan yang datangnya dari Allah Yang Maha Baik tidak sebanding jika disejajarkan dengan aturan manusia yang penuh dengan trial and error. Tidak hanya untuk muslim, tapi kerahmatan islam harusnya juga sampai pada non muslim ketika Islam secara keseluruhan diterapkan dalam kehidupan. Sudah terlalu banyak fakta menjelaskan bahwa kita tidak dapat berharap pada kapitalisme yang begitu menyengsarakan.

Ideologi dengan prinsip liberal, sekuler, dan segala bentuk keserakahannya ini membuat kebobrokan di seluruh bidang. Maka sudah sepatutnya Islam secara menyeluruh diambil sebagai solusi hakiki bagi kemaslahatan manusia. Itu juga yang sudah dijanjikan Allah SWT. [syahid/voa-islam.com]

Kiriman Salis Fathu Rohmah, Mahasiswa Universitas Airlangga


latestnews

View Full Version