View Full Version
Senin, 19 Feb 2018

LGBT Perusak Generasi, Dalih Hak Asasi

Sahabat VOA-Islam...

LGBT adalah salah satu gaya hidup menyimpang  yang tumbuh di dunia barat dan sedang dipromosikan secara massif oleh salah satu lembaga Internasional PBB dengan istilah “social engineering”. PBB membentuk badan khusus bernama UNFE (United Nation Free and Equality) untuk mempromosikan LGBT. Jika sudah menjadi program resmi PBB, sudah pasti ada dana yang dianggarkan.

Dana sebesar US$ 8 juta (sekitar Rp 108 miliar) dikucurkan dengan fokus ke empat negara: Indonesia, China, Filipina dan Thailand. ”Inisiatif ini dimaksudkan untuk memajukan kesejahteraan komunitas lesbian, gay, biseksual, transgender dan interseks (LGBTI), dan mengurangi ketimpangan dan marginalisasi atas dasar orientasi seksual dan identitas gender (SOGI)," “demikian disampaikan UNDP di situs resminya, Jumat (12/2/2016).

UNDP telah berkolaborasi dengan masyarakat sipil, yang melibatkan institusi-institusi nasional dan regional untuk mencapai beberapa tujuan, salah satunya adalah mendukung kaum LGBT untuk mengetahui hak-hak mereka dan mendapatkan akses ke pengadilan guna melaporkan pelanggaran-pelanggaran HAM. Sehingga organisasi-organisasi LGBT diharapkan dapat menjadi penyokong dan berkonstribusi dalam komunitasnya.  Ini merupakan salah satu usaha untuk semakin menampakkan di masyarakat dunia bahwa kaum ini ada. Mereka ingin mendapatkan pengakuan secara sah.

LGBT juga merupakan salah satu program pemusnah umat. Maksudnya adalah program ini digunakan untuk membatasi jumlah manusia yang ada di dunia dengan istilah depopulasi yang di mulai sejak tahun 1920. Sponsor utama dari program ini adalah Rockefeller. Rockefeller adalah salah satu pimpinan the “Global Elites” para pengusaha terkaya dunia yang memiliki ideologi “globalist” yang bercita-cita membentuk  “New World Order”. Rockefeller mempunyai hubungan yang kuat dengan PBB. Gedung PBB yang megah di areal seluas 7 ha di New York dibangun dari hibah yang diberikan oleh Rockefeller.

Penduduk dunia dengan jumlah 7 miliar orang, menurut Global Elites kebanyakan idealnya adalah 500 juta orang saja. Mereka menginginkan penduduk dunia sedikit tapi produktif sehingga bisa menghasilkan uang untuk mereka. Prasasti Georgia yang tertulis dalam 8 bahasa yang didirikan pada tahun 1970 dipercayai sebagai pencanangan tekad dan target “The New World Order”. Mereka benar-benar serius menjalankan misi ini.

Misi ini dijalankan dengan memulai perang setelah berdirinya PBB pada 28 Oktober 1945. Diantaranya adalah Perang Korea (25 Juni 1950 – 27 Juli 1953), Perang Vietnam (1 November 1955 – 30 April 1975), Perang Ethiopia Somalia – Ogaden War (13 Juli 1977 – 15 Maret 1978), Perang Uganda – Luwero War (6 Februari 1981 – 25 Januari 1986), Perang Soviet di Afganistan (24 Desember 1979 – 15 Februari 1989) dan lain-lain.

Sasaran dari perang ini adalah negara berkembang yang jumlah penduduknya banyak sehingga dengan cara ini penduduknya akan semakin sedikit. Selain cara ini, cara yang lain adalah mempromosikan LGBT. Pasangan LGBT tidak akan menghasilkan keturunan namun bisa menyalurkan rasa kasih sayang walaupun tidak sesuai fitrahnya. Mereka mulai memperkenalkan dengan berbagai propaganda.

Propaganda yang terkenal adalah “Why is it that, as a culture, we are more comfortable seeing two men holding guns than holding hands?” yang artiya “Mengapa sudah menjadi sebuah tradisi bahwa kita akan merasa lebih baik melihat dua orang laki-laki memegang senjata ketimbang saling bergandengan tangan”. Persuasif untuk mengubah tradisi terus menerus dilakukan sehingga masyarakat akan memandang wajar lelaki “bergandengan” dengan sesamanya.

Rencana Elite Global dan PBB ke depan adalah agenda 2030 yaitu “transformasi dunia” . Agenda ini mencangkup tiap aspek. Agenda 2030 menggunakan istilah keren For Sustainable Development (Untuk Pembangunan yang Berkelanjutan) dengan arti terselubung LGBT. Seperti halnya tipuan “Globalisasi”, “Pasar Bebas” dan lain-lain. Masyarakat ditipu dengan istilah-istilah keren yang digunakan untuk memuluskan penjajahan. Tampak luarnya ideal tapi didalamnya ada makar untuk mengubah dunia sesuai keinginan mereka.

Para pelaku LGBT biasanya berlindung atas nama HAM dan orientasi seks yang berbeda dari manusia umumnya. Mereka tidak menganggap bahwa LGBT itu merupakan penyakit menyimpang sehingga mereka menginginkan keadilan oleh masyarakat. Jika ini dibiarkan terus menerus maka akan menjadi penyakit bagi masyarakat.

Apakah Anda ingin anak cucu Anda menjadi generasi penerus lesbiyan, gay dan transgender ? Apakah Anda akan membiarkan Indonesia menjadi sasaran depopulasi lewat perkawinan sejenis? Lebih penting lagi, Apakah Anda akan membiarkan Allah murka karena Anda membiarkan perilaku kaum Luth ada di tengah masyarakat ? Perilaku kaum Luth adalah perilaku yang menjijikkan bahkan hewan pun tak mau melakukannya kecuali babi.

Maka sudah sepantasnya kita bersikap untuk tidak membiarkan perilaku ini menjadi gaya hidup di masyarakat dengan cara berdakwah kepada masyarakat, memberikan edukasi dan ikut meramaikan di dunia nyata maupun dunia maya #TOLAK LGBTSELAMATKANGENERASI. [syahid/voa-islam.com]

Kiriman Defi Winarsih, Alumni Mahasiswa UNESA


latestnews

View Full Version