View Full Version
Ahad, 25 Feb 2018

Menikmati Senja di Ampenan

MATARAM (voa-islam.com)--Kota Tua bukan hanya ada di Jakarta. Di Lombok, NTB, ada juga Kota Tua. Namanya Ampenan yang berada di kota Mataram. 

Nama Ampenan sendiri berasal dari bahasa Sasak berati “amben” alias tempat singgah. 

Sesuai dengan namanya, Ampenan merupakan kawasan yang oleh Belanda dikembangkan menjadi pelabuhan untuk menyaingi dominasi kerajaan-kerajaan di Bali.

Seperti kota pelabuhan pada umumnya, Ampenan sejak itu hingga kini dihuni berbagai macam etnis. 

Warga China yang oleh Belanda kala itu digunakan sebagai tenaga kerja murah, hidup dengan komunitas etnis Arab, Melayu serta Bugis.

Kita bisa menemukan keragaman itu di Jalan utama Yos Sudarso yang di satu sisi berdiri ruko-ruko kuno milik warga China, di sisi lain terdapat barisan toko milik komunitas Arab yang menjual barang-barang khas Timur Tengah.

Waktu awal bus berhenti di depan gerbang dengan tulisan "Kota Toea Ampenan" agak bingung mana kota tuanya. Soalnya tidak terlihat seperti kota tua, mungkin sudah banyak renovasi di kawasan Kota Toea Ampenan.

Menurut Yusuf salah seorang warga di Lombok, Ampenan dahulu adalah pelabuhan pertama di Lombok.

"Dulu itu pelabuhan. Namun, sekarang sudah enggak lagi. Semenjak banyak yang mengambil besi besi dari pelabuhan untuk dijual. Sekarang untuk mengenang pelabuhan Ampenan, kawasan ini menjadi Kota Toea Ampenan," katanya saat berbinvang dengan sejumlah wartawan, Kamis sore (22/2/2018).

Dari Simpang Lima yang menghubungkan beberapa ruas sekaligus yakni Jalan Saleng Sungkar, Yos Sudarso, Pabean, Niaga, dan Koperasi. Bangunan dengan arsitektur art deco serta deretan pohon palem seolah-olah melempar kita ke masa lampau waktu itu. Walaupun, sudah tinggal sedikit bangunan lama yang terlihat.

Di tengah-tengah kota toea  Ampenan,  ada Wihara Bodhi Dharma yang berdiri sejak 1804. 

Wihara ini merupakan bukti ada pembauran suku di Ampenan sejak dulu kala. Wihara ini berada tepat di hadapan kampung Melayu yang didominasi penganut Islam. 

Sementara itu di kawasan pesisir didiami komunitas Bugis yang berprofesi sebagai nelayan.

Selain kota yang menyimpan bangunan kuno, Ampenan juga memiliki pantai yang indah.

Pantai ini menurut banyak orang sangat bagus untuk menyaksikan matahari terbenam bersama keluarga, kawan-kawan atau pasangan yang sedang berbulan madu.

Di pantai ini kita juga bisa melihat puing-puing dermaga yang dibangun pada masa Belanda yakni sekitar 1948 -1950.

Saat ini lokasi tersebut digunakan warga untuk lokasi memancing.

Pelabuhan Ampenan adalah salah satu pelabuhan yang memenuhi syarat bongkar muat pda era 70-an. 

Pada masa itu dari Januari hingga Oktober tercatat ada 459 kapal yang singgah plus 527 perahu. Sayang, kini cerita kejayaan Pelabuhan Ampenan berakhir karena seluruh aktivitas pelabuhan dipindah ke Lembar.

Di momen-momen matahari terbenam inilah banyak masyarakat berdatangan ke pesisir pantai sembari menikmati lezatnya jagung bakar dan panorama laut yang indah. 

Pemandangan akan semakin dramatik kala petang sudah semakin gelap, bulan yang bersinar terang seakan-akan menemani para pengunjung. []


latestnews

View Full Version