View Full Version
Selasa, 27 Feb 2018

Potret Buram Kids Zaman Now


Oleh: Akke A Annisa M.Pd

(Aktivis Revowriter dan Ibu manager Rumah Tangga)

Mendidik anak pada zaman now merupakan hal yang luar biasa sulit. Bagaimana tidak, di berbagai media massa kita sering disuguhi berita-berita tentang kenakalan kids zaman now yang tentunya membuat orang tua, khususnya ibu meringis sekaligus menangis.
Apa saja yang menjadi penyebab hal ini bisa terjadi? Lantas bagaimana solusi atas permasalahan tersebut?

Kekerasan dan pergaulan bebas menjadi potret buram kehidupan generasi muda saat ini. Tawuran antar pelajar, seks bebas, hamil diluar nikah, aborsi, perkosaan, pelecehan seksual, peredaran VCD porno, LGBT di kalangan remaja, narkoba dan HIV/AIDS menjadi perkara yang lumrah di kalangan remaja saat ini. Naudzubillah!

Padahal remaja merupakan generasi penerus yang akan menerima tongkat estafet perjuangan di masa mendatang. Di tangan merekalah masa depan umat manusia ditentukan. Akankah menuju kegemilangan atau sebaliknya justru menuju kehancuran.

Sederet potret buram generasi zaman now ini membuat kita bertanya, lantas siapa yang akan membangun bangsa kedepannya kalau generasinya saja sudah hancur di usia belia. Jangankan sempat mereka ini memikirkan nasib masa depan bangsa, nasib mereka sendiri pun belum tentu mereka pikirkan.

Data penelitian Puslitbang Departemen Sosial RI menunjukkan kerusakan remaja dari segala sisi.

Kehidupan remaja (83%) mengkonsumsi minuman keras, (40 %) hubungan seks luar nikah, (46,7%) mencuri, (73,3%) penyalahgunaan narkoba, (33,3%) berjudi, (16,7%) kumpul kebo, (23,3%) melihat gambar porno, (3,3%) membunuh.

Hal ini tidak bisa terlepas dari aturan hidup yang saat ini berlaku, yakni aturan sekuler (pemisahan antara kehidupan dan agama) dan liberal (paham kebebasan yang kebablasan) yang melahirkan generasi berkepribadian yang tentunya jauh dari iman dan takwa.

Penerapan sistem sekuler liberal dalam kehidupan bernegara berakibat pada rusaknya generasi. Ini dapat dilihat dengan adanya paham kebebasan berperilaku yang diemban oleh sistem tersebut. Karena dalam paham tersebut begitu mengagung-agungkan HAM. Serta aturan agama tak perlu campur tangan dalam masalah kehidupan, tetapi cukup mengurusi dalam hal ibadah ritual belaka. Selebihnya tak ada ruang bagi agama dalam masalah dunia.

Penyebab lainnya yakni karna abainya dukungan sistem dalam menjalankan fungsi keibuan. Bagaimana tidak saat ini peran ibu selain sebagai pengatur rumah tangga dan pendidik anak-anaknya, namun disisi lain seorang ibu seolah dituntut untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.

Bahkan tak sedikit berperan sebagai tulang punggung keluarga karena desakan kebutuhan ekonomi yang mesti dipenuhi. Dengan adanya hal tersebut bisa dibayangkan, jika ibu yang seharusnya menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya, tak dapat memainkan perannya secara maksimal.

Karena sebagian besar waktu dan pikirannya dihabiskan untuk membantu mencari tambahan pundi-pundi rupiah. Padahal, peran ibu sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai agama maupun moral yang dapat membentengi diri anak dari hal-hal negatif yang dapat merusak pola pikir maupun pola sikap anak.

Peran lingkungan juga cukup berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Baik di lingkungan masyarakat maupun sekolah. Tak terkecuali dalam pergaulan dengan teman mereka yang banyak andil terhadap perubahan perilaku anak. Karena jika lingkungan tak baik maka kemungkinan besar anak lambat laun akan terwarnai dengan kondisi tersebut.

Tentunya tak cukup jika proyek besar dalam mencetak generasi unggul ini hanya mengandalkan peran keluarga (terutama ibu) dan masyarakat, namun diperlukan juga peran penting dari negara yang merupakan institusi tertinggi
untuk menciptakan hal itu.

Misalnya, meniadakan tayangan-tayangan yang tidak memiliki nilai-nilai pendidikan (baik cetak maupun elektronik) yang dapat merusak akidah dan moral anak bangsa, memastikan kurikulum yang dapat mencetak generasi IMTAQ (iman dan taqwa), dsb.

Jika terwujud peran yang sinergis dan maksimal antara keluarga, masyarakat, dan negara, maka bukan tidak mungkin akan dapat mencetak generasi yang unggul di berbagai bidang. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version