Sahabat VOA-Islam...
Dilan adalah sosok yang saat ini menjadi buah bibir di tengah-tengah masyarakat, khususnya dikalangan Remaja. Dilan, digambarkan sebagai remaja anggota geng motor dengan julukan Panglima Tempur namun romantis, pintar, taat agama dan sayang orang tua telah berhasil memikat hati para remaja di negeri ini, khususnya lagi perempuan.
Manisnya kisah cinta remaja SMA menjadi suguhan utama dalam film Dilan 1990 yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Pidi Baiq. Dilan (Iqbaal Ramadhan) berupaya untuk mendekati Milea (Vanesha Prescilla), siswa pindahan dari Jakarta. Film yang berlatar di Kota Bandung pada awal 1990 ini memberi gambaran awal mula kisah asmara Dilan dan Milea.
Tingkah tak terduga Dilan yang melancarkan rayuan-rayuan menggelitik membuat Milea mabuk kepayang. Milea yang mulai penasaran akhirnya jatuh cinta dengan pria yang awalnya ia anggap aneh (Dalam CNNIndonesia, 26/01/18). Kisah klasik yang hadir ditengah-tengah remaja masa kini, remaja yang hidup dalam kebebasan berekspresi dan kebebasan lainnya.
Film Dilan 1990 yang tayang sejak 25 Januari ini, telah berhasil menembus angka 4,3juta penonton, sebuah angka yang fantastis dalam capaian film tanah air. Tingginya jumlah penonton film ini, sesungguhnya bisa menjadi indikasi berhasilnya propaganda barat merusak remaja, khususnya remaja muslim. Bagaimana tidak, Islam telah jelas dan tegas melarang aktivitas pacaran dan sejenisnya. Namun pada masa kini dengan film, bacaan, dunia digital dan sebagainya remaja digiring untuk mendekat, memasuki dan menerapkan gaya hidup barat yakni pacaran hingga Free sex.
Remaja muslim saat ini terus diserang dengan propaganda-propaganda yang telah dirancang oleh para orientalis barat penganut Liberalisme. Mereka dibuat terlena dan hidup penuh khayalan, selayaknya sebuah film yang ditonton atau cerita yang dibaca. “Masa remaja tak akan indah, bila tak pacaran, free sex dan narkoba” slogan-slogan inilah yang senantiasa barat hembuskan ke tengah-tengah remaja masa kini.
Sungguh, sangat miris bila melihat bagaimana kehidupan remaja saat ini dan diamnya pemerintah akan semua kerusakan yang terjadi pada remaja. Padahal, remaja inilah yang menjadi generasi-generasi penerus peradaban bangsa ini. Bagaimana mungkin kelak sebuah Negara besar di pimpin oleh pemuda yang rusak ?
‘Imran Ibn Hushain, Sosok Ideal Pemuda Muslim
Ia berlabuh di Khaibar untuk berbai’at kepada Rasulullah saw. Sejak tangan kanannya menjabat tangan kanan Rasulullah, tangan kanannya itu menjadi tangan yang sangat dihormati. Ia pun bersumpah tidak akan menggunakan tangan itu, kecuali untuk setiap amal yang baik dan mulia. Fenomena ini mengabarkan akan perasaan lembut yang dimiliki oleh sang pemilik tangan tersebut.
Ialah Imran ibn Hushain ra. Ia adalah gambaran yang nyata tentang kejujuran, zuhud, wara’, dan totalitas dalam cinta dan taat kepada Allah. Ia sungguh selalu bersama taufik dan hidayah yang melimpah. Meski begitu, ‘Imran ibn Hushain tidak pernah berhenti menangis dan terus menangis. Ia menangis bukan karena dosa-dosanya, sebab ia dan para sahabat lain setelah masuk Islam, boleh dikatakan mereka tidak mempunyai dosa.
Sesungguhnya, yang membuat mereka menangis karena takut dan gentar kepada Allah adalah karena pengetahuan mereka terhadap keagungan dan kebesaran-Nya disamping kesadaran dan kelemahan dalam bersyukur dan beribadah kepada-Nya. Mereka merasa belum berbuat apa-apa sekalipun telah tunduk, ruku’ dan sujud menyembah-Nya.
Sungguh indah sifat dan sikap yang dimiliki ‘Imran ibn Hushain dan Sahabat Rasul lainnya. Kecintaan, ketaatan serta loyalitas mereka kepada Allah dan Rasulullah tak perlu diragukan lagi kekuatannya, harta dan jiwa mereka seluruhnya diperjual-belikan dijalan Allah saja. Dan sudah selayaknya, para generasi muslim sang pembangun peradaban menjadikan para sahabat yang mulia ini sebagai contoh dan role model dalam kehidupan mereka masa kini.
Serta bersegera berjuang mengembalikan kehidupan Islam yang sempurna, Islam yang tidak hanya ada di dalam masjid saja, namun Islam yang juga ada dalam kehidupan bersosial ditengah-tengah masyarakat sampai Islam yang dijadikan landasan pengaturan segala aspek kehidupan yakni Islam yang diterapkan dalam sebuah Institusi Negara. [Wallahu’alam bisshawab. [syahid/voa-islam.com]
Oleh: Tri Wahyuningsih, S.Pi (Anggota Komunitas Muslimah Menulis)