View Full Version
Selasa, 27 Mar 2018

Plagiarisme Itu Memalukan, Kamu Jangan Ikutan!

Jagad literasi Indonesia heboh lagi. Bukan karena prestasi tapi kasus plagiarisme sebagai indikasi. Tak tanggung-tanggung, bukan hanya 1 atau 2 karya tapi puluhan. Oya, plagiarisme itu bahasa sederhananya adalah penjiplakan atau copas (copy-paste alias menyalin plek-ketiplek). Orang lain yang susah-susah berpikir dan menulis, tapi ada orang ngaku-ngaku itu sebagai karyanya.

Nah, netizen menemukan sekitar 26 judul cerpen yang tersebar dalam kurun waktu 3 tahun yang sudah positif terbukti hasil plagiat. Karya-karya tersebut bukan sekadar buat ajang eksis manusia labil zaman now yang ingin hasil instant tapi malas berusaha, tapi sudah merambah level lomba kepenulisan dan mejeng di berbagai kolom sastra beberapa media.

Setelah dibicarakan dengan ramai di status-status fesbuk para netizen terutama yg peduli soal perkembangan literasi bangsa, baru deh muncul permintaan maaf dari si pencuri karya. Oya, namanya Devi Eka. Akhiran ‘vi’ pasti sedikit banyak memgingatkan kamu pada akhiran ‘fi’ yang lain. Siapa sih? Itu yang diundang ke istana negara karena dianggap remaja inspiratif padahal tulisan yang ramai dibincangkan malah hasil dari pencurian.

Ya...ketidaktegasan hukum dan tindakan untuk para pencuri karya dalam kasus plagiarisme memunculkan para plagiator baru. Buat apa susah-susah nulis, berpikir dan berproses kalau ternyata tinggal copas saja bisa terkenal? Bisa jadi itu yang ada dalam pikiran para pemalas tapi ingin terkenal.

Toh, setelah ketahuan dan dihujat sana-sini, akan ada pembela nantinya. Apalagi bila si plagiator adalah cewek muda dan imut. Cukup minta maaf beberapa kalimat, kemudian publik akan melupakan.

Hei...lupakah kamu bahwa jejak digital itu usianya tahan lama? Abaikan kebendaan, nama kamu sudah terlanjur tercoreng dengan tindakan tak bermoral yaitu mencuri karya orang. Cerpen, artikel, puisi dan karya literasi lain yang merupakan hasil jerih payah orang lain, tapi diaku sebagai milik diri. Tinggal copas dan ganti nama dan sedikit permak judul. Kirim ke media atau ajang lomba, berharap juri lengah. Bila keteledoran berlanjut, bisa jadi naskah hasil copas menjadi pemenang lomba. Materi dapat, puja dan puji pun mendarat. Menggiurkan bukan?

Eits, tapi...ingatlah bahwa serapat-rapatnya menyimpan bangkai pasti akan tercium juga. Sepandai-pandainya Devi Eka, si plagiator puluhan naskah menyembunyikan hasil curiannya ternyata ketahuan juga. Bila sudah begini, lalu apa yang tersisa? Seluruh tulisan lainnya membuat orang meragukan keasliannya. Bahkan tak sedikit yang meminta Devi Eka untuk mempertimbangkan profesi lain kecuali penulis.

Miris! Hanya demi sedikit materi, eksistensi dan popularitas fana manusia bisa melakukan hal sedemikian hina. Merasa bangga dengan capaian yang seolah prestasinya padahal sejatinya hasil curian belaka. Lalu, kira-kira dia bisa makan enak dan tidur nyenyak nggak ya dengan kondisi demikian? Naudzubillah.

Ke depan, insya Allah rubrik smart-teen voa islam ini akan memberi kamu para remaja muslim agar jauh-jauh dari tindakan plagiarisme yang tidak terpuji. Pantengin aja ya. Untuk kali ini cukup sekian, sekadar kamu tahu bahwa ada ‘something wrong’ pada orang yang bisa dengan enak menikmati hasil curian tanpa merasa berdosa. Memalukan, biar Devi Eka saja. Kamu jangan ya. Yuk jadi remaja muslim yang cerdas, jujur dan say No to plagiarisme. Sip! (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version