View Full Version
Jum'at, 06 Apr 2018

Agent of Change is Back!

Sahabat VOA-Islam...

Seharusnya kita tetap optimistis! Setidaknya dari judul diatas kita masih berharap sebuah perubahan. Walau ditengah masalah negri yang makin semrawut tak berujung solusi

Miris yaa ketika masih saja kita dengar berita mahasiswa, pelajar, pemuda, usia produktif negri ini yang terlibat narkoba, pergaulan bebas dari mulai yang pacaran "biasa" sampai ayam kampus atau bahkan aborsi.

Gaya hidup anak muda yang hedonis  liberal,  ter-representasikan dalam film-film juga sinetron di tanah air. Film dilan 1990  yang belum lama launching, laris manis menembus angka 5 juta penonton.  Ini bukti selera kebanyakan anak muda kita. 

Ada pepatah bilang, kalau ingin lihat wajah Indonesia 10 tahun kedepan, maka lihatlah para pemuda kita hari ini, kita lupakan dilan yang hidupnya tak jauh dari percintaan.

Melihat  kondisi masyarakat dengan problematika nya yang tiada henti di berbagai bidang. Sementara kaum muda negri ini kondisinya adalah bagian dari problem itu sendiri.  Semua disadari sebagai buah dari penerapan aturan buatan manusia yaitu kapitalisme (yang orientasinya  materi) plus neoliberalnya (kebebasan gaya baru).

Rakyat sudah banyak di PHP in, sehingga justru narasi yang muncul adalah ketidakpedulian skeptis!. Apalagi ketika hari ini rezim membungkam kritik dan koreksi dari rakyat betapa beratnya menyuarakan kebenaran dan selalu ada resiko ancaman ketika bersikap kritis. Do jangan gagal fokus karena ancaman.

Masih ada mahasiswa yang tidak terjebak pusaran neoliberal, namun sistem kapitalisme piawai mengubah pola pikir dan mindset mereka sehingga menjelma menjadi mahasiswa/pelajar studi oriented, fokus belajar saja, dapet IPK/nilai bagus (sekalipun menghalalkan segala cara termasuk nyontek, ups!)  Yang penting nanti kerja dan karir bagus.

Setidaknya itu juga harapan para ortu jaman now yang sama-sama materialistik.  Minimal balik modal biaya kuliah/sekolah yang muahal. "Yaah bodo amat masalah rakyat! Daripada nilai jeblok!"

Inilah konsekuensi ketka sekularisme yang rusak melanda pemikiran para pelaku masa depan bangsa.  Dunia mereka hanya radius  kampus/sekolah dan ego diri. Ini konsekuensi logis ketika Pendidikan jadi komersil,

Sekularisme yang memisahkan peran agama dalam kehidupan adalah potret pendidikan kita saat ini. Korban berikut dari pendidikan sekuler, dimana pendidikan hanya menghasilkan insan yang pintar tapi nihil akhlak. Pahlawan tanpa tanda jasa. Termasuk guru honorer, jangankan sejahtera, malah berujung maut ditangan anak didiknya sendiri. Sekolah menjadi tempat paling tidak akan.  

Sejatinya para pemuda adalah pelopor perubahan.  Di banyak sejarah bangsa, aksi heroik para pemuda yang berani mengkoreksi penguasa, pemimpin negara, yang abai terhadap kewajibannya melindung dan melayani rakyat senantiasa dirindukan. Ditengah keterpurukan negri ini, rakyat menunggu corong suara mereka yaitu para pemuda bukan dari para wakil rakyat yang cuma bisa bicara demi kepenntingan diri dan kelompoknya. 

Selama sistem batil ada, memang tak ada habisnya menceritakan kasus anak muda hari ini. So.. Mahasiswa itu katanya "agent of change" agen perubahan.  Memang tak terlalu berlebihan.

Banyak perubahan di berbagai belahan dunia dimotori para mahasiswa dan pemuda, termasuk jejak perjuangan bangsa Indonesia banyak dimotori para mahasiswa. Saya masih bisa mengingat dengan jelas tahun 1998, para aktivis kampus yang meng inisiasi tumbangnya rezim yang telah berkuasa selama 32  tahun.

Sayangnya arah reformasi hanya berganti rezim sementara sistem yang mengatur nya tak berubah. Pemikiran, pergerakan, organisasi dari mulai yang sekuler, moderat, liberal sampai  yang Islam ideologis banyak tumbuh subur di kalangan aktivis kampus.

Idealnya begitulah mahasiswa darah muda idealisme mereka bisa menjadi bensin perubahan. Namun pasca reformasi lamaaaa kita rindu idealisme itu ibu Pertiwi kehilangan greget para mahasiswa.

Walaupun sebenarnya idealisme itu tetap ada walau tak heboh di permukaan.  Jangan lupa aksi-aksi bela Islam baru lalu banyak dimotori dibelakang layar oleh para pemuda dan mahasiswa.

Aksi zaadit taqwa, yang meniup peluit dan mengacungkan buku bersampul kuning ditengah pidato presiden Jokowi dalam acara dies natalis UI. Seakan memecah kerinduan itu. Rindu akan aksi mahasiswa yang berdiri mengoreksi penguasa yang lalai pada derita rakyatnya. Rindu pemuda, yang berani mengungkapkan kedzaliman, pelanggaran pada penguasa.

Disaat kata-kata kebenaran dan keadilan dibungkam dan dipersekusi. Tak jarang UU ITE disalahgunakan penguasa menutup pintu kritik dengan delik ujaran kebencian. 

Disaat dakwah ajaran islam mulia, yang sejatinya adalah solusi problematika masyarakat, justru difitnah mengancam NKRI. Disaat kata-kata tak lagi didengarkan, maka aksi zaadit mencairkan kebekuan. 

 #efekzaadit, mampu ber-resonansi bagi para "agent of change!!"  Biarlah pro dan kontra bergulir. Fokus saja pada tujuan bukan pada masalah apalagi larut dalam polemik. Masih ingat kan, percobaan garputala di sekolah dulu? Ketika satu garputala digetarkan maka akan menggetarkan (resonansi) garputala di dekatnya yang diam.

Sehingga suara getaran makin kuat dari dua garputala, Bila ditambah lagi garputala lain terus dan terus ditambah, maka resonansi makin kuat, suarapun makin keras. Semoga suara kebenaran makin kuat.  Maka jangan berhenti menyuarakan kebenaran dengan kreativitas cara sesuai syariat Alloh. 

Suara ini melawan sistem yang batil bukan sekedar menjatuhkan manusia, melawan rezim. Karena hakikat perubahan bukan reformasi orang, tapi reformasi pemikiran dengan aqidah islam.

Agent of change. is back!! Agen perubahan telah kembali! Dan ini bukan cuma milik mahasiswa, pemuda saja, tapi milik kita semua umat Islam. generasi anak cucu para pejuang Islam!

Anda emak-emak militan yang juga aktivis di masa muda, anda remaja, pelajar, guru, pengusaha atau siapapun jadilah bagian dari perubahan, perubahan yang bukan cuma kulit saja tapi perubahan sesungguhnya yaitu diterapkannya aturan Allah SWT dimuka bumi. [syahid/voa-islam.com]

Kiriman Rengganis Santika A. Katapang - Bandung 


latestnews

View Full Version