Oleh: Deasy Rafianty, S. P. (Pengamat Remaja)
Remaja adalah tonggak peradaban masa depan. Berbagai ekspektasi dibebankan pada kaum muda ini, agar terjadi perubahan yang lebih baik. Sayangnya berbagai harapan itu seperti angan semata. Remaja saat ini identik dengan pacaran, geng motor, tawuran, narkoba.
Tingkat sadisme dan seks bebas di kalangan remaja Indonesia kian memprihatinkan. Hal ini ditandai makin tingginya angka pembuangan bayi di jalanan sepanjang Januari 2018. Ada 54 bayi dibuang di jalanan pada Januari 2018. Pelaku umumnya wanita muda berusia antara 15 hingga 21 tahun. Ind Police Watch (IPW) mendata, sepanjang Januari 2018 bayi yang dibuang di Indonesia sebanyak 54 bayi.
“Angka ini mengalami kenaikan dua kali lipat (100 persen lebih) jika dibandingkan dalam periode yang sama pada Januari 2017, yang hanya ada 26 kasus pembuangan bayi,” ungkap Ketua Presidium IPW Neta S Pane dalam rilisnya diterima hidayatullah.com, Rabu (31/01/2018).
Melihat kondisi remaja yang memprihatinkan ini, sebagian besar masyarakat mengharapkan pendidikan menjadi tonggak utama untuk memperbaiki remaja. Setelah mereka mengusahakan mendidik putra putri nya dengan baik di rumah. Sayangnya, harapan itu tinggal harapan. Pendidikan agama yang kurang di sekolah, kurikulum pendidikan yang berat hingga Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) yang sulit. Semakin membuat para siswa beranggapan sekolah hanya untuk mendapatkan nilai raport atau ijazah saja.
Bahkan, ada yang beranggapan pacaran adalah cara untuk menghilangkan stres. Belum lama ini, ada sepasang remaja yang baru saja selesai mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) nekat ngamar di hotel kelas melati di kawasan Stasiun Kejaksan, Kota Cirebon. Apes, mereka terjaring razia pekat dan terpaksa digelandang ke Kantor Satpol PP Kota Cirebon, Senin (16/4) siang. (http://www.radarcirebon.com/beres-unbk-terciduk-ngamar-di-hotel-melati.html/amp)
Mirisnya lagi, kondisi remaja yang sakit ini diperparah dengan rencana Kemendikbud menayangkan nonton bareng film Dilan. Dalam filmnya lebih banyak bercerita tentang kisah asmara dibandingkan dengan unsur pendidikan. Awalnya pemutaran film ini untuk memperingati Hardiknas, walaupun pada akhirnya karena banyak kritikan, acara tersebut dibatalkan.
Sayangnya, banyak kaum muslimin yang tidak mengetahui, bahwa sesungguhnya Islam sebagai agama yang sempurna, mengatur masalah pendidikan. Pendidikan dalam Islam menjadi tugas penting negara. Sistem pendidikan menjadi pilar utama peradaban yang wajib dilaksanakan oleh penguasa bersamaan dengan sistem aturan lainnya. Aqidah menjadi dasar penyusunan kurikulum.
Sarana dan prasarana yang memadai. Kesejahteraan guru diperhatikan. Kepribadian para remaja dibina. Sehingga mereka akan sibuk untuk berkarya dan beribadah daripada pacaran. Bahkan sanksi tegas untuk para pelaku zina, sehingga kejadian seks bebas bisa berkurang drastis bahkan dapat hilang.
Berdasarkan sirah Nabi SAW dan tarikh Daulah Khilafah, Negara memberikan jaminan pendidikan secara cuma-cuma dan kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh warga untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi dengan fasilitas sarana dan prasarana sebaik mungkin.
Kesejahteraan dan gaji para pendidik sangat dipertahankan dan merupakan beban yang harus dipikul Negara serta diambil dari kas baitul maal. Sistem pendidikan bebas biaya tersebut di dasarkan atas ijma sahabat yang member gaji kepada para pengajar dari baitul maal dengan jumlah tertentu.
Di Madrasah Al Mustanshiriah yang didirikan Khalifah Al Muntashir di kota Baghdad, setiap siswa menerima beasiswa berupa emas seharga satu dinar. Fasilitas sekolah tersebut lengkap, seperti perpustakaan beserta isinya, rumah sakit dan pemandian.
Dan jauh sebelumnya, Ad Damsyiqy mengisahkan dari Al Wadliyah bin Ataha’ bahwa Khalifah Umar Ibnu Khattab memberikan gaji kepada tiga orang guru yang mengajar anak-anak di kota Madinah masing-masing sebesar 15 dinar setiap bulan (1 dinar = 4,25 gram emas). Setara dengan Rp 33.780.000 saat ini.
Wajarlah, dengan kondisi pendidikan yang kondusif ini, lahirlah para ilmuwan yang cerdas akal dan kepribadiannya. Seperti: Salman Al Farisi; pembuat strategi perang kanal, meriam pelontar/tank, Miqdad bin Amru; pelopor pembuat pasukan kalveleri/berkuda modern pertama, Al Ghazali; pelopor pembuat klasifikasi fungsi sosial pengetahuan,referensi dan karya bibliografi, ahli ilmu kalam, ahli tasawuf.
Al Khindi ahli/ilmuwan ensiklopedi, pengarang 270 buku, ahli matematika, fisika, musik, kedokteran, farmasi, geografi, ahli filsafat Arab dan Yunani kuno. Al Farabi; ahli musik dan filsafat Yunani. Dan masih banyak contoh ilmuwan muslim lainnya.
Dengan pendidikan Islam yang berbasis aqidah, maka tidak akan ada lagi kasus kriminalitas remaja. Sebaliknya, para. remaja zaman now ini akan menjadi ilmiwan yang cerdas menjadi muslim/ah, ilmuwan bahkan negarawan. Tidakkah Anda rindu dengan sistem pendidikan yang demikian? [syahid/voa-islam.com]