Oleh: Chusnatul Jannah (Pembina Komunitas Remaja Islam)
Pemuda adalah penerus bangsa dan tonggak perubahan. Sederet kata tentang pemuda yang seringkali kita dengar dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut KBBI pemuda adalah seorang laki-laki atau perempuan yang sudah mencapai tahap dewasa. Pemuda adalah individu yang mencapai tahap progresif dan dinamis. Idealisme tinggi, semangat bergelora, produktif, inovatif, prestatif, dan memiliki kekuatan fisik dan mental yang prima.
Lain dulu lain sekarang, pemuda sekarang berbeda. Kini faktanya pemuda seperti kehilangan identitas dan jati diri mereka. Terombang-ambing dengan arus hedonis dan permisif. Lebih banyak mencontoh pergaulan kekinian yang kebablasan. Lebih bangga dengan idola artis kekinian. Pemuda tak lagi sebagai tonggak perubahan tapi justru menjadi lumbung kerusakan.
Memang benar, tak sepenuhnya itu salah mereka. Pergaulan yang menyesatkan bukan sepenuhnya salah mereka. Kehidupan hedonis-permisif dan sekuleris inilah yang menjadi akar dari cabang-cabang permasalahan yang menimpa generasi muda kita. Pemuda hanya tahu apa dan bagaimana untuk bersenang-senang, tak peduli baik buruk, tak peduli halal haram. Pemuda tak lagi menjadi pribadi santun yang berkarakter, namun justru lahir dengan pribadi yang kasar dan amoral.
Ditambah lagi masalah peredaran narkoba, miras, kekerasan seksual, tawuran, pembunuhan dan sebagainya seolah nyawa generasi muda ini dijadikan tumbal akibat sistem sekuler yang semakin menjauhkan anak muda dari nila-nilai agama. Ya, tentu saja kita harus mencari akar dan menuntaskan masalah ini dengan solusi yang solutif bukan solusi tambal sulam yang tak pernah ada ujung penyelesaiannya.
Islam datang tak hanya untuk memperbaiki akhlak manusia. Akan tetapi islam datang untuk membawa rahmat bagi semesta alam. Islam adalah sebuah sistem kehidupan. Sistem kehidupan yang memilik aturan lengkap dari mulai bangun tidur hingga bangun negara. Al quran yang diturunkan sebagai solusi atas persoalan yang dihadapi oleh generasi muda Islam, justru jauh dan asing dari kehidupannya. Al quran hanya diambil oleh sebagian kecil pada aspek membacanya saja sementara ketentuan dan hukum-hukumnya ditinggalkan.
Yang Muda yang Didamba
Patut kita renungkan bagaimana contoh pemuda teladan di masa kejayaan islam seperti Muhammad Al Fatih. Di usianya yang masih belia 14 tahun, beliau sudah hafal qur’an dan menguasai 6 bahasa dunia. Di usia 21 tahun beliau menggantikan ayahnya sebagai kepala negara di kesultanan turki ustmani. Selain itu beliau juga ahli taktik militer, rajin ibadah, bahkan tak pernah meninggalkan sholat malam dan rawatibnya.
Berkat prestasi itulah, Allah berikan kemenangan beliau dalam menaklukkan Konstantinopel yang kala itu bentengnya tidak bisa ditembus selama 750 tahun lamanya. Kekuasaan Byzantium yang adigdaya saat itu takluk di tangan seorang Muhammad Al Fatih.
Untuk itu, bagi kita generasi muda menjadi kewajiban kita untuk mengembalikan identitas hakiki sebagai pemuda, terlebih lagi kita sebagai seorang muslim. Agar kita menjadi generasi muda yang tidak mudah terombang-ambing dengan arus budaya barat dan pemikiran yang merusak jiwa raga.
Sebagai pemuda harus jelas jati dirinya. Kita sebagai apa dan harus bersikap bagaimana. Sehingga tujuan hidup dan cita-cita itu menjadi terang dan gamblang. Sebagai pemuda muslim, tentu tidak akan lepas dari visi dasar kita sebagai hamba Allah SWT, yaitu beribadah kepada Allah serta tunduk dan taat kepada Allah. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka” (QS. Ar-ra’du: 11)
Pantang bagi seorang pemuda untuk bersikap apatis dan cuek dengan kondisi sekitarnya. Karena pemuda adalah agent of change, maka harus tertanam dalam kesadaran kita bahwa kita adalah agen perubahan. Mengubah kondisi yang buruk menjadi kondisi yang lebih baik. “Sesungguhnya Allah akan menolong seorang hamba-Nya selama hamba itu menolong orang yang lain“. (Hadits muslim, abu daud dan tirmidzi)
Mengubah kondisi perlu untuk bahu membahu bersama-sama dalam memperjuangkan kebaikan. Sebagaiman sabda Rasulullah saw: “Mukmin dengan Mukmin yang lain itu seperti satu bangunan; satu sama lain SALING MENGUATKAN.” (Muttafaq ‘alaih).
Sebagai pemuda, harus senantiasa menjadi pembelajar. Terus belajar untuk meningkatkan kualitas diri kita sebagai pemuda tentunya dengan bekal ilmu yang mumpuni agar peran sebagai agent of change dapat terealisasi dengan baik. Bukankah masa depan itu ada di tangan pemuda? Maka wajib bagi setiap muslim pemuda untuk mengkaji dan mempelajari islam untuk diamalkan dalam kehidupan.
Disinilah cara untuk menghilangkan ke’loyo’an pemuda dengan melantangkan setiap kedzaliman yang terjadi lalu menyampaikan kebenaran itu dengan berani, tidak takut dengan celaan orang yang mencelanya. “Oleh sebab itu, SAMPAIKANLAH PERINGATAN karena peringatan itu bermanfaat. Orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran. Orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya” (QS al-A’la [87]: 9-11).
Pemuda, masa depan ini ada di pundak kita. Bangkitlah untuk melawan setiap bentuk ketidakadilan dan kedzaliman yang terjadi di negeri ini. Sudah saatnya pemuda ambil peran. Jangan lagi menjadi pemuda sampah masyarakat. Ambillah peran menjadi pemuda dambaan umat. Salam kebangkitan pemuda. [syahid/voa-islam.com]