Oleh: Agustina, S.Pd (Pendidik Generasi Tingkat SMA)
April telah berlalu, kesibukan ujian Nasional untuk tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas telah usai, kini saatnya menyongsong Ulangan Kenaikan Kelas atau UKK bagi adik – adik kelas.
Ada yang spesial pada tahun ini, yakni beberapa sekolah di Kalimantan Selatan melaksanakan UKK pada bulan Ramadhan yang tentu saja hal ini menambah semaraknya ibadah puasa bagi para remaja.
Namun, tulisan ini tidak membahas tentang sekolah yang melaksanakan UKK saat puasa atau pun yang tidak dalam arti ada sekolah yang melaksankan UKK setelah Ramadhan usai. Arah tulisan ini menyorot karakter siswa dalam menyikapi UKK saat puasa Ramadhan.
Bagi sebagian siswa, pelaksanaan UKK saat puasa sangat berimpilkasi positif karena dapat dijadikan momen untuk melatih diri dari berbuat hal-hal yang membatalkan pahala puasa seperti berkata bohong, berbuat curang seperti menyontek atau buka buku saat ulangan berlangsung. Siswa-siswi yang berpikiran seperti ini adalah remaja istimewa, dan wajar mereka begitu bahagia karena bisa mengisi ramadhan dengan belajar.
Namun tidak sedikit dari kalangan siswa-siswi yang merasa keberatan dengan pelaksanaan UKK yang bertepatan dengan ibadah puasa tahun ini di antara alasan mereka yang sangat lucu adalah mereka tidak bisa nyontek, tidak leluasa membuka buku saat ulangan berlangsung atau perbuatan curang lainnya karena tentu akan berimbas pada pahala puasa mereka.
Hanya saja mereka harus mengikuti pelaksanaan UKK meski dengan sedikit terpaksa toh mereka tidak bisa berbuat apa – apa dengan kebijakan sekolah yang memutuskan untuk melaksanakan UKK saat puasa Ramadhan.
Melihat penampakan ini, ada secercah cahaya iman yang menyeruak dari remaja muslim. Mereka masih memiliki rasa takut kepada Allah, mereka masih menyadari bahwa Allah senantiasa mengawasi setiap amal mereka dan mereka memahami bahwa amal mereka akan berdampak pahala dan dosa.
Rasa takut ini sangat terlihat saat bulan suci Ramadhan, bulan yang didalamnya semua umat muslim baik muda maupun tua berlomba-lomba dalam kebaikan, mesjid dan mushala ramai jamaah, kajian-kajian keislaman baik di dunia nyata mau pun di dunia maya termasuk media elektronik seperti televisi tak ketinggalan untuk menggemakan suasana Ramadhan. Intinya bulan Ramadhan menjadikan seseorang mendadak sholeh sholehah.
Hal ini tentu sangat positif dan menguntungkan bagi umat muslim, yang merupakan umat terbaik. Dan seharusnya bulan suci Ramadhan menjadi bulan perjuangan untuk merubah diri menjadi lebih baik. Inilah sebuah kesempatan emas untuk membentuk jiwa remaja menjadi muslim sejati.
Dengan pembentukan karakter Islam yang kuat pada jiwa remaja akan menjadikan mereka siap menjalani hidup dengan keimanan dan ketakwaan, berbakti kepada orang tua, bertanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa dan memiliki rasa kepedulian yang tinggi.
Hingga penting kiranya kita sebagai orang tua atau guru bagi generasi untuk menanamkan keimanan yang kokoh pada jiwa remaja generasi penerus di bulan Ramadhan ini, agar di bulan selanjutnya mereka menjadi insan yang sholeh dan sholehah yang senantiasa terikat dengan hukumNya.
Agar harapan kita terhadap generasi hari ini tercapai, tentu diperlukan peran negara dalam membuat kebijakan yang mendukung dan masyarakat dalam mengotrol pergaulan di lingkungan. Dengan kerja sama yang solid antar tiga pihak yakni negara, masyarakat dan orang tua, generasi cemerlang yang akan memimpin dunia akan muncul.
Di sekolah guru memberikan teladan yang baik, memberi ilmu dan mendidik dengan tulus, menanamkan nilai - nilai kehidupan yang islami. Dirumah, orang tua memberikan teladan yang baik, mendampingi dan menajdi panutan anak - anaknya, serta dapat memberikan rasa nyaman dan aman, memberikan kasih sayang serta menjadi keluarga yang taat.
Di masyarakat, sistem pergaulan antara laki-laki dan wanita terjaga, tidak boleh ada wanita dan laki- laki yang bukan mahrom berdua – duaan, keluyuran dimalam hari tanpa ada kepentingan syar’i. Masyarakat memberikan tegurankepada remaja yang jahil dan memberi teladan dalam bermasyrakat agar tercipta masyarakat yang harmonis.
Negara memberlakukan sistem pergaulan yang tertulis dalam bentuk undang-undang maupun sejenisnya sebagai perlindungan dan senjata terakhir ketika remaja mengalami kerusakan. Agar kembali normal dan baik.
Semua ini hanya bisa terwujud tatkala kita semua kembali pada Allah, terikat dengan hukum-hukumNya dan menjadikan Al Quran sebagai pedoman hidup. Semoga harapan kita semua untuk melahirkan generasi cemerlang bagi bangsa ini benar-benar beriman dan bertakwa dikabulkan Allah SWT. Aamiin. [syahid/voa-islam.com]