Oleh: Khawla Tazkia*
Abad 21, abad yang penuh dengan modernisasi baik dari aspek technology, fashion, serta style. Segala macam teknologi terbarukan banyak ditemukan, segala bentuk fashion ditampilkan, dan segala style dipertunjukkan. Aplikasi demi aplikasi bermunculan seolah ingin menunjukkan inilah perkembangan zaman. Entah itu dengan alasan memberi kemudahan, kesenangan dan keindahan yang menjadi dorongan produsen untuk berlomba-lomba menciptakan sesuatu yang terbarukan. Namun sayangnya kadang tidak tepat sasaran bahkan membuat penikmatnya kebablasan. Mereka tak bisa menyaring mana yang pas digunakan dan mana yang harus ditinggalkan.
Aksi tak berfaedah pun sengaja diviralkan lewat media social, khususnya bagi para remaja dengan dalih inilah bentuk “kebebasan ber-ekspresi”. Bak api yang membakar kayu jika bagian ujungnya terbakar, maka akan merembet ke ujung yang lain. Trend baru yang kini tengah booming yakni aksi kiki Challenge, membuat para pengguna media social tak ingin ketinggalan untuk menunjukkan dirinya bisa melakukan aksi tersebut. Ini adalah tantangan joged-joged gak jelas di samping mobil yang sedang berjalan tanpa sopir karena pengemudinya sedang asik jejogedan.
Entah apa yang ingin didapat tapi yang pasti tidak ada kecuali kesia-siaan. Mereka tersibukkan untuk bergaya dengan gaya terbaik, berharap hanya akan mendapat (like, comment, and Share) bagi yang melihatnya. Mirisnya banyak yang mengikuti Challenge tersebut seolah mabuk dan terhipnotis.
Kebebasan ber-ekspresi dijadikan tameng paling kuat dalam aksi ini. Para remaja kemudian tergerus ke arah yang bertentangan dengan realita pemuda sesungguhnya. Euforia gemerlapnya dunia tak henti-henti dikejar demi mendapatkan kesenangan yang diukur dari materi yang didapatkan. Sedangkan pikiran-pikiran tentang akhirat tak lagi diperhatikan. Ia seolah hilang diterpa angin hingga lupa pada aturan sang Pencipta, tak tahu tindakannya benar ataukah salah.
Yah semakin parahlah negeri ini! Sudahlah kacau dengan berbagai polemik hukum, keterpurukan ekonomi, dan buruknya sistem pendidikan, ditambah lagi sistem pergaulan yang tak mendidik. Kebabasan yang berpengaruh pada pembentukan karakter generasi muda tak lagi digubris sebagai sebuah permasalahan yang harus diselesaikan. Padahal generasi muda inilah yang akan melanjutkan kepemimpinan di masa depan.
Inilah panah yang tengah dibuat oleh sistem kapitalisme dengan asasnya Sekuler (pemisahan agama dan kehidupan) yang akan menusuk dari segala sisi. Akibatnya pemuda yang diharapkan mampu mengubah kondisi malah teralihkan dengan hal yang menyibukkan tanpa kontribusi. Akhirnya kemunduran berpikir mencengkeram dan akhlak mulia (islami) diganti dengan perilaku bebas demi mendapatkan materi dan kesengan duniawi.
Maka sangatlah penting ada sebuah perubahan hakiki. Sehingga lahirlah pemuda bertakwa dan memiliki banyak karya yang berguna untuk umat. Tentu sosok-sosok generasi cerdas dan bermartabat akan bisa lahir dari sistem yang mulia yakni dengan penerapan sistem islam secara menyeluruh. Sistem Islam inilah yang nantinya akan menjadikan kaum muslim bersyakhsiyah (berkepribadian) islam dan tunduk kepada sang Pencipta. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)
Penulis adalah Member Komunitas Pena Langit
Ilustrasi: Google