View Full Version
Kamis, 02 Aug 2018

Menjadi Penulis Menjadi Perawat Peradaban

HULU SUNGAI SELATAN (voa-islam.com) - Ratusan peserta mengikuti acara Jumpa Penulis dan Launching Komunitas Sastra. Acara bertempat di Panggung D. Zauhidie, Kandangan, Hulu Sungai Selatan. Acara ini diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Hulu Sungai Selatan pada hari Sabtu (21/07/2018).

Acara diawali dengan sambutan dari kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Beliau mengungkapkan dukungan atas kegiatan temu penulis tersebut. Harapannya event tersebut dapat memajukan dunia pendididkan khususnya bidang sastra dan menggali potensi penulis yang ada di Hulu Sungai Selatan.

Jumpa penulis yang mengangkat tema “Menjadi Penulis Menjadi Perawat Peradaban” ini merupakan rangkaian dari kegiatan Kandangan Book Fair 2018, sejak tanggal 13 hingga 22 Juli 2018. Adapun narasumber yang diundang antara lain Iwan Yusi, Eva Liana, Miranda Seftiana, Sri Noorhidayah, dan Aliman Syahrani.

Mereka adalah sastrawan banua yang telah berkancah di dunia kepenulisan dan mempunyai banyak karya, baik dalam bentuk novel, antologi cerpen, dan puisi. Bahkan, karyanya mendapat penghargaan sampai tingkat nasional.

Bapak Iwan Yusi, seorang pendidik sekaligus penulis senior banua yang mempunyai banyak prestasi menyampaikan agar jangan sampai generasi muda terjajah dengan peradaban dan budaya asing. Saat ini generesi banyak yang diintervensi dunia gadget, keasyikan sendiri dan tidak peduli orang lain. Semoga dengan kegiatan ini bisa menjadi upaya meregenerasi penulis perawat peradaban yang ada di banua dan mampu mengembangkan kreativitas anak di bidang sastra.

Tokoh yang sangat berjasa dalam bidang sastra di Hulu Sungai Selatan, Aliman Syahrani mengungkapkan alasan kenapa biasanya orang tidak ingin menjadi penulis. Pertama, karena tidak ada nilai ekonomis. Padahal, sebenarnya menurut beliau telah banyak penulis yang bisa menjadi kaya dengan menulis.

Alasan kedua, orang enggan jadi penulis karena tidak punya bakat. Menurut beliau, sebenarnya menulis itu bukan bakat tapi skill. Jadi, bisa dipelajari dan apapun profesinya bisa menjadi penulis. Asalkan punya kemauan, cukup dengan menuliskan apa yang dilakukan.

Pada kesempatan itu, mahasiswi psikologi dari fakultas kedokteran dan penulis novel, Miranda Seftiana turut menceritakan pengalamannya dalam kepenulisan dan orang-orang besar yang ditemui dan mendukung dalam menulis. Ia mengungkapkan menulis karena berawal dari kenakalan semasa kecil dan saat itu masih terbatas fasilitas yang digunakan. Generasi muda kini yang ingin menjadi penulis bisa menggunakan aplikasi-aplikasi digital melalui smartphone untuk memudahkan membaca dan melatih menulis.

Eva Liana, penulis dengan passion fiksi historis Islami dan budaya lokal, berlatar belakang sebagai IRT dan perawat ini menerangkan tentang pentingnya menulis dan membaca untuk meningkatkan kecerdasan generasi.

Tulisan bisa untuk berbagi ilmu, memberi manfaat kepada orang lain dan menjadi modal awal untuk menuju peradaban gemilang. Memahami peradaban terbaik dunia dalam sejarah sebenarnya peradaban terbaik adalah peradaban Islam yang rahmatan lil alamin menaungi segenap manusia, baik muslim maupun non muslim.

Di dalam Islam budaya literasi sangat didorong. Dalam sejarahnya, Islam memiliki peradaban literasi yang kental, sangat menghargai ilmu, dan kepenulisan. Kemuliaan dihargai berdasarkan ketakwaan yang diukur juga dari ketinggian ilmu dan banyaknya tulisan.

Lalu, aktivitas literasi itu juga di-backup oleh pengaturan negara yang memberikan perangkat hidup untuk mendukung aktivitas literasi. Karena itu, sebagai seorang muslim semua harus memiliki motivasi dan cita-cita untuk menggagas perubahan menuju peradaban yang terbaik, melalui tulisan yang menggugah dan menginspirasi.

Kemudian, Sri Noorhidayah seorang penulis dan model memberikan semangat dan motivasi untuk menulis. Ia memaparkan cerita terkait pengalaman pada awalnya dengan menulis puisi dan cerpen. Menurutnya, ketika ingin menjadi penulis kuncinya adalah membaca. Selain itu, harus percaya diri dan optimis untuk menampilkan karya.

Dengan dipandu moderator, sesi tanya jawab mendapat sambutan hangat para peserta. Tips seputar kepenulisan tak lupa dibagikan oleh narasumber. Di akhir acara, diberikan hadiah buku karya dari penulis banua kepada peserta yang aktif berpartisipasi.

Tak lupa dalam launching komunitas Lasmin Sastra, Bapak Aliman Syahrani berpesan agar para generasi penulis tak sekadar menjadikan materi sebagai motivasi, namun menulislah untuk dakwah bil qalam.

Hal ini akan membuat penulis tetap konsisten berkarya dan mendapatkan keuntungan yang lebih bermakna. Penting kiranya upaya bersama untuk terus melakukan pembinaan dan pelatihan dalam kepenulisan, agar estafet peradaban bisa diteruskan ke generasi berikutnya.

Pada momen yang sama, sebelumnya juga diadakan penyerahan hadiah pada pemenang lomba bercerita tingkat SD, dan bakisah bahasa banjar tingkat SMP. Hadir perwakilan siswa dan guru SMP dan SMAsederajat, mahasiswa, sastrawan-penulis, dan perwakilan dari bank BRI, serta karyawan perpustakaan dan kearsipan Kabupaten HSS. [nor/syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version