View Full Version
Kamis, 02 Aug 2018

Mengapa Pemuda Gemar Bermain Tik Tok?

Oleh: Ayu Fitria Hasanah (Universitas Jember)

Pemuda. Padanya ada harapan dikala kacaunya kehidupan. Di tengah kemustahilan tercipta kebangkitan dan kesejahteraan, adanya pemuda menjadi magnet kuat menarik asumsi kemustahilan tersebut.

Siapa yang berani mengatakan tak mungkin bila nantinya negeri ini mampu atasi segala masalah, mulai dari kemiskinan, keusakan moral, kriminal yang merajalela, ketidakadilan.

Bila hadir para pemuda layaknya Umar sahabat Rasulullah yang tegas melawan kemungkaran, layaknya Ali Bin Abi Thalib yang cerdas mensolusi permasalahan, juga Muhammad Al-Fatih sang penakluk yang tak pantang menyerah. Oleh sebab itu, eksistensi pemuda mutlak diperhatikan serta dipastikan perkembangannya.

“Ah..anak zaman sekarang”. Tidak semua, tidak semua seperti itu. Tidak semua pemuda menghabisi hidupnya dengan hal yang sia-sia, ngegame, nongkrong, miras, meskipun sebagian besar realita menunjukkan demikian. Ada kalanya kita perlu berhenti dengan stigma negatif itu, karena wujud kepedulian bukan hanya dengan memberikan keluhan dan terus mendogama, namun mencari akar masalah mengapa mereka bisa seperti itu?

Masih hangat dalam perbincangan dikala belum selesai pemuda dengan segala permasalahannya, tiktok menambah daftar rentetan permasalahan yang menimpa pemuda.

Mulai dari fenomena ‘Bowo’ yang mau dianggap Tuhan, remaja yang  rela menjual ginjal demi bertemu dengan ‘Bowo’ hingga ada remaja yang rela pecah perawan oleh ‘bowo’(https://today.line.me/id), serta remaja dengan inisial F yang membuat video tiktok di depan jenazah (http://manaberita.com/), benar-benar miris dan tak habis pikir mengapa terlintas dibenak mereka aktivitas yang jelas tak bermartabat seperti itu. Jika harusnya berbuat sesuatu yang buruk atau hina biasanya secara tersembunyi, bahkan sekarang blak-blakan mereka lakukan.

Lantas cukupkah bila dikatakan bahwa itu menjadi tugas keluarga dalam mendidiknya dan mengarahkan anak-anaknya? Atau menjadi tugas institusi pendidikan sebagai pencetak anak didik? Manusia sebagai makhluk sosial secara otomatis akan mengikuti bagaimana arus dalam kehidupannya.

Sementara sistem kehidupan sekarang yakni sistem kapitalis mengaruskan kehidupan manusia pada kebebasan, salah satunya kebebasan berekspresi atau berperilaku hingga biasa menabrak batas-batas dalam agama dan norma.

Menciptakan definisi keren, adalaha ia yang cantik atau tampan dengan standart mereka, yang terkenal, kaya, bukan yang solih dalam agamanya.  Menciptakan standar kemuliaan diukur dari materi bukan pada tingkat ketaqwaan pada Tuhannya.

Memperbaiki kondisi pemuda menjadi generasi gemilang yang mampu membawa perubahan hakiki tidak cukup hanya mengandalkan keluarga atau menangguhkannya pada institusi pendidikan. Pasalnya penyebab dari masalah-masalah tersebut adalah pemikiran yang mendominasi saat ini, salah satunya pemikiran bahwa menjadi tiktokers adalah hal keren terlebih bila menghasilkan banyak followers, pemikiran bahwa pacaran adalah aktivitas yang lumrah dilakukan padahal jelas haramnya dan sebagainya.

Selain pemikiran juga disebabkan sistem peraturan saat ini yang tak mampu menyelesaikan masalah, seperti bebasnya video porno diakses, dibukanya kembali aplikasi tiktok yang jelas dampak buruknya serta membuat para pemuda menghabiskan waktunya dengan kesia-siaan serta membunuh rasa empati yang harusnya tercipta dari cukup banyaknya masalah yang sepatutnya mereka indera.

Sistem peraturan yang tak mampu dengan sigap mengatasi miras dan narkoba sejak dulu, sebab aturan yang tak cukup bijaksan dan tak mampu membuat jera.

Ibarat bendungan sebagai masalah yang memiliki banyak cabang aliran air. Maka keluarga dan institusi pendidikan hanya menjadi dua cabang aliran air yang tak akan cukup mampu mendobrak bendungan itu.

Penyelesaian terhadap masalah pemuda sangatlah membutuhkan peran negara, negara yang wajib memastikan bahwa segala pemikiran yang berkembang adalah pemikiran yang benar, yang sesuai dangan agama bukan pemikiran barat yang menyesatkan, negara harus memperhatikan bahwa peraturan yang dibuat tidak atas kepentingan para kapital namun peraturan yang bersumber dari mukjizat rasul akhir zaman.

Dengan begitu terciptalah arus yang sama dari segala cabang yang tentu akan mampu mendobrak dan menghancurkan masalah yang ada. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version