View Full Version
Senin, 13 Aug 2018

Jadilah Jagoan yang Bukan Sok Jago

Oleh : Tri Silvia

 

Sobat muda voa-islam, pernah denger kata jagoan kan? Bukan ayam jago ya...

Percaya gak percaya kata jago sering sekali dipakai untuk percakapan sehari-hari. Misalkan:

"Mana jagoannya? Masa jagoan kalah sih".

"Awas, jagoannya datang!"

"Gue jadi jagoannya ya. Elu jahatnya aja, gak kalah keren kok".

Sampai emak-emak enerjik pun kalau nasihati anak balitanya pasti pakai kata jagoan. Misal:

"Aduh, anak mamah jatuh. Jagoan gak boleh nangis yah."

"Jagoan mamah mana yah" atau

"Lho kok anak jagoan nangis? Anak jagoan itu gak boleh nangis dong. Harus kuat."

Kata jagoan itu sudah umum, dari dulu sampai sekarang. Tapi pernah berpikir gak sih arti jagoan itu apa? Kalau dilihat dari segi penggunaan kata sih, jagoan itu simbol kekuatan fisik. Kalau lo jagoan, fisik lo pasti kuat, gak cengeng, apalagi lebay, lebih parah lagi alay. Lo bisa ngalahin siapapun yang buat jahat ke diri lo. Hebat banget kan, sampai setiap anak pasti mau jadi jagoan. Yaiya lah, wong pilihannya cuma dua. Mau jadi jagoan atau penjahat (korban film jadul).

Tapi coba mikir lagi deh, kalau dengan jadi jagoan lo bisa ngalahin semua orang yang buat jahat ke diri lo, buat apa ada polisi? Ada aparat pemerintahan? Lagipula lo pernah mikir gak tentang standar kejahatan yang sebenarnya tuh kayak apa?

Apa pas nyokap lo maksa lo sekolah lantas lo bilang kalau nyokap lo jahat? Atau pas ada yang nasihatin lo tapi ternyata justru nyinggung perasaan lo, terus lo bilang dia jahat?

Banyak orang yang salah kaprah tentang istilah jagoan ini, termasuk anak-anak. Ingin jadi jagoan malah jadi sok jagoan, mereka berbuat hal-hal yang diluar batas usianya. Seperti kasus yang terjadi beberapa minggu lalu. Sabtu (21/7), terjadi penusukan oleh HKM (12), siswa kelas VI SDN Cikandang 1 Cikajang, Garut, kepada FNM teman sebangku sekaligus kawan bermainnya sehari-hari. Sebabnya dipicu masalah sepele, buku. Tersangka menuduh korban menyembunyikan bukunya, saat itu korban tidak mengakui, namun keesokan harinya pelaku menemukan bukunya ada di bawah meja korban. Alhasil tersangka dan korban terlibat cekcok yang berujung pada aksi penusukan. (Liputan6.com, 24/7)

Selain kisah di atas ada pula kasus tawuran antarpelajar yang kembali terjadi pada Selasa (31/7) di Bogor, Jawa Barat. Seorang siswa SMP menjadi korbannya. Dia tewas setelah disabet celurit pelajar sekolah lain. (Liputan6.com, 01/8)

Terlihat jagoankah, tindak kekerasan dan brutal yang dilakukan? Apakah karena melibatkan kekuatan fisik melawan yang lain, lalu disebut sebagai Jagoan? Tidak tentu saja. Dua kisah di atas tidak menunjukkan perilaku jagoan, justru tindakan sok jagoan yang dipertontonkan.

Coba kita tengok keteladanan akhlak Rasul dalam hadis terkait orang yang kuat (jagoan). Rasulullah Saw bersabda: “Orang kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan nafsu amarahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat yang lain disebutkan:

Dari Ibnu Mas’ud RA Rasulullah Saw bersabda: “Siapa yang dikatakan paling kuat di antara kalian? Sahabat menjawab: yaitu di antara kami yang paling kuat gulatnya. Beliau bersabda: “Bukan begitu, tetapi dia adalah yang paling kuat mengendalikan nafsunya ketika marah.” (HR. Muslim)

Sobat muda voa-islam, inilah makna hakiki 'jagoan'. Bukan orang yang paling kuat fisiknya, yang mampu mengalahkan musuh seberapapun. Tapi orang yang paling kuat hatinya dalam menahan nafsu saat ia marah.

Marah adalah pintu kerusakan yang paling mudah. Perihal marah, Islam sangat memperhatikannya. Banyak hadis yang disampaikan Rasulullah terkait dengan marah. Salah satunya diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi saw : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi saw bersabda: “Engkau jangan marah!” (HR al-Bukhâri).

"…Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan". [Ali ‘Imrân/3 : 134].

Jadi, yuk kita revisi kata jagoan yang ada di benak kita. Jangan sampai ada orang yang salah persepsi lagi tentang kata jagoan ini ya. Wallahu alam bis shawab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version