View Full Version
Selasa, 25 Sep 2018

Drama Tragis Miras Oplosan

Oleh: Henyk Widaryanti 

 

Bagaikan jatuh ke lubang yang sama. Itulah peribahasa yang pantas bagi penikmat oplosan. Berkali - kali kasus oplosan memakan korban, namun tidak pernah menjadi pelajaran. Kisah ini bagaikan drama korea yang tidak pernah usai. Kasus terbaru terjadi di Ciamis Jawa Barat. Dua orang remaja menjadi korban. Sebelumnya mereka bersama 9 teman lainnya berpesta di pinggir pemakaman. Mereka mencampur alkohol 70% dengan minuman berenergi ditambah air mentah. Setelah sempat mendapat pertolongan, akhirnya nyawa mereka tidak tertolong.

Kisah oplosan ini menambah daftar buram negeri kita. Kasus oplosan seakan tidak pernah bisa terselesaikan tuntas. Oplosan tumbuh bagaikan jamur yang mewabah di negeri mayoritas muslim. Tambah miris saat pelakunya adalah para pemuda. Padahal pemuda adalah harapan bangsa. Calon pemimpin masa depan. Jika mentalitas pemuda hanya sebesar oplosan. Bagaimana mereka dapat membawa bangsa ini menjadi lebih baik?

Menurut penulis ada banyak faktor penyebab kasus ini tidak pernah usai. Pertama faktor agama. Kurangnya penekanan ilmu agama membuat orang bertindak semaunya. Mereka tidak berfikir benar dan salah. Mereka hanya sekedar memenuhi hawa nafsu. Pemahaman mereka tentang agama tidak mengatur hidup menjadi pemicunya. Kebanyakan berfikir bahwa agama hanya sebatas ritual semata. Sedangkan saat bekerja, berteman, atau aktivitas lainnya tidak perlu membawa nama agama. Ini adalah kesalahan pemahaman yang sejak lama ditanamkan oleh masyarakat kita.

Faktor kedua adalah budaya. Banyak orang menyatakan bahwa menikmati miras adalah budaya nenek moyang. Dahulu miras sering dipakai di berbagai acara. Sehingga wajar jika tradisi ini tidak bisa dihilangkan. Jika ini adalah tradisi yang perlu dilestarikan, maka semua kalangan perlu mengenalkan kepada khalayak. Namun perlu dikaji kembali nilai positif dan negatifnya. Akibat buruknya jauh lebih besar daripada manfaatnya. Menurut akal sehat, tidak mungkin kita akan memperkenalkan tradisi yang banyak memakan korban.

Faktor ketiga adalah orang tua. Orang tua sangat berperan bagi pendidikan anak. Mereka adalah perisai pertama. Tanggung jawab mendidik di tangan mereka. Orang tua seharusnya memperhatikan pergaulan anaknya. Mereka wajib menanamkan keimanan. Sehingga anaknya mampu menyelesaikan permasalahan hidupnya. Perhatian orang tua sangat berpengaruh bagi anak. Sikap acuh dan kurang dekat bisa membuat si anak mencari pelarian. Apalagi jika orang tuanya "broken home". Kebanyakan orang tua sekarang mementingkan terpenuhi kebutuhan materi si anak. Mereka tidak memperhatikan pendidikan moral dan agama. Sehingga mereka asyik bekerja di luar rumah. Bahkan tuntutan ekonomi kadang membuat mereka tidak punya waktu bercengkrama dengan anaknya.

Faktor keempat adalah lingkungan. Tidak bisa dipungkiri bahwa lingkungan dapat mempengaruhi seseorang. Lingkungan yang buruk bisa mendidik seorang anak menjadi buruk juga. Jika wilayah tempat anak tersebut suka minum miras. Kemungkinan besar si anak bisa tertular. Namun jika lingkungannya memiliki aturan adat yang ketat. Tradisi miras tidak akan bisa tumbuh subur.

Faktor terakhir adalah negara. Setuju  atau tidak negara memiliki peran tersendiri. Negara mampu membuat aturan untuk menangkal menjamurnya miras. Jika negara mengeluarkan peraturan dilarangnya miras, maka rakyat  akan mengikutinya. Larangan miras diikuti dengan sanksi bagi yang melanggarnya. Selain itu, ketika negara telah melarang peredaran miras, mengkonsumsi miras, maka pembuatan miras pun akan dihentikan. Aturan yang lengkap tentang pembuatan, pendistribusian, dan pengkonsumsian miras akan menyelesaikan masalah ini. Dalam bidang pendidikan, negara Menekankan kurikulum berbasis agama. Penanaman keimanan yang kuat  melalui akidah dapat menjadi benteng seseorang  agar tidak mudah terpengaruh dengan tipu rayu dunia hitam.

Penyelesaian drama oplosan ini akan berakhir jika seluruh komponen mengambil perannya masing-masing. Menjadikan agama sebagai landasan hidup. Membuang  pemikiran bahwa agama adalah candu. Sesungguhnya Islam dapat menyelesaikan masalah ini.  Jika negara, masyarakat dan keluarga berani mengambil Islam sebagian "the way of life"  maka tidak akan ada kisah drama oplosan lagi. “Peluklah Islam Anda akan selamat. Masuklah ke dalam Islam Anda akan selamat. Masuklah ke dalam Islam, niscaya Allah akan melimpahkan kepada Anda ganjaran dua kali lipat.” (HR Al-Bukhari)

Ilustrasi : Google


latestnews

View Full Version