View Full Version
Selasa, 20 Nov 2018

Ngaku Cinta Nabi SAW, Buktikan!

Oleh: Hamsina Halik, A. Md. 

Peringatan Maulid Nabi  setiap tahunnya sudah menjadi aktivitas rutin di kalangan masyarakat secara umum, tepatnya di Bulan Rabiul Awal. Namun, aktivitas ini tidak akan ada nilainya jika hanya sebatas seremonial semata, tanpa dibarengi dengan kemauan menjadikan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi SAW sebagai aturan hidup.

Mengenang kelahiran Nabi SAW akan menjadi momen yang sangat penting dan utama. Sebab, ini akan mengingatkan kembali kepada sosok manusia yang memiliki peran penting dalam kemajuan peradaban dunia sepanjang sejarah. Juga, akan semakin menumbuhkan kecintaan umatnya pada Nabi-Nya.

Cinta kepada Nabi SAW tak sebatas dilisan atau sekadar memperingati kelahirannya, melainkan harus ada bukti nyata jika benar-benar mencintainya. Sebagaimana seseorang yang mencintai pasangan atau orang tuanya, maka ia akan lebih mengutamakan, mengikuti dan menyukai segala apa yang ada dalam dirinya. 

Demikian pula, jika benar-benar mencintai Nabi SAW maka segala apa yang ada dalam diri beliau pun akan dicintainya. Sebab, salah satu bukti cinta kepada Nabi SAW adalah dengan berusaha dan bersungguh-sungguh meneladani apa yang ada dalam dirinya. Allah berfirman:

"Sesungguhnya dalam diri Rasulullah itu terdapat suri teladan yang baik". (TQS. al Ahzab: 21)

Sudah jelas bahwa sebaik-baik suri teladan hanyalah Nabi SAW, sehingga tak ada alasan untuk tidak meneladaninya sebagai bukti cinta kepadanya.

Totalitas Teladan

Dalam beribadah Nabi SAW terkenal sebagai orang yang paling kuat dalam bersungguh-sungguh beribadah kepada Allah SWT. Padahal, sudah umum diketahui bersama bahwa beliau adalah orang yang maksum dan jaminan surga sudah ada padanya.

Secara individu, beliau adalah pribadi yang paling mulia akhlaknya. Aisyah ra. berkata, "Rasulullah adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Tidak pernah berlaku keji. Tidak mengucapkan kata-kata kotor. Tidak berbuat gaduh di pasar. Tidak pernah membalas dengan kejelekan serupa. Akan tetapi, beliau pemaaf dan pengampun." (HR. Ahmad)

Nabi SAW juga dikenal sangat lemah lembut terhadap istrinya. Juga tegas dan keras  jika berada pada kondisi yang memang mengharuskan bersikap demikian. Dalam bermasyarakat pun, beliau senantiasa berlemah lembut, mencintai orang yang  lemah termasuk orang-orang membutuhkan pertolongan. Dihadapan sesama muslim dikenal dengan sikap rendah hatinya, namun sangat merasa dihadapan orang-orang kafir terlebih kafir harbi. 

“Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.’ (TQS. Al Fath: 29)

Teladan Nabi SAW tak hanya ada dalam aspek ibadah, individu, keluarga ataupun masyarakat. Beliau juga memberikan teladan kepemimpinan dalam bernegara, mulai dari berpolitik hingga penerapan hukum dalam menyelesaikan segala permasalahan. Semua ini harus dicontoh dan berusaha mewujudkannya dalam kehidupan. Secara total menjadikan Nabi SAW sebagai suri teladan dalam berbagai aspek, individu hingga negara.

Konsisten Terhadap Hukum

Sebagai pemimpin atau kepala negara, beliau menerapkan syariah Islam secara kaffah sejak di Madinah. Konsisten dalam penerapannya, tak melihat posisi dan kedudukan seseorang. Semua sama di mata hukum syara'. Hal ini nampak, ketika ada yang meminta kepadanya untuk meringankan hukuman terhadap wanita terpandang yang mencuri. Dengan tegas beliau bersabda:

"Wahai manusia, sungguh orang-orang sebelum kalian itu binasa karena bila orang yang melakukan pencurian itu orang terpandang, mereka biarkan. Namun, bila yang mencuri itu kalangan rakyat jelata, mereka menerapkan hukuman atasnya. Demi Allah, kalau saja Fathimah putri Muhammad mencuri, sungguh akan aku potong tangannya". (HR. Muslim)

Keteladanan beliau dalam kepemimpinan, jika diterapkan di tengah-tengah kehidupan saat ini akan mampu menyelesaikan segala problematika hidup yang telah sukses membuat masyarakat kian terpuruk. Juga, akan membawa kepada kehidupan yang penuh ketentraman, ketenangan dan keberkahan.

Walhasil, jika lisan berkata cinta kepada Nabi SAW maka buktikan. Yaitu dengan menjadikannya satu-satunya suri teladan secara totalitas. Termasuk dalam kepemimpinannya, mewujudkan sistem Islam melalui penerapan syariah Islam secara kaffah. Menjadikan Islam satu-satunya aturan hidup, tak ada yang lain.

"Apa saja yang Rasul berikan kepada kalian, terimalah. Apa saja yang dia larang atas kalian, tinggalkanlah. Bertakwalah kalian kepada Allah. Sungguh Allah amat keras hukuman-Nya." (TQS. al Hasyr: 7).

Wallahu a'lam.

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version