View Full Version
Rabu, 21 Nov 2018

Antara Dylan, Nathan, Salman: Jangan Salah Memilih Kisah Cinta!

Oleh : Ashaima Va

Siapa yang nggak berbunga-bunga mendengar gombalannya Dylan. Atau siapa yang nggak baper ngikutin kisah hidupnya Nathan. Kisah romansa dua insan memang selalu menarik untuk diikuti. Kisah Dylan-Milea dan Nathan-Salma memang telah mencuri perhatian publik. Novelnya best seller, filmnya sukses menarik jutaan penonton. Sekularisasi benar-benar telah merasuki jiwa-jiwa remaja. Novel dan film yang mengangkat tema hubungan tak halal begitu laku di pasaran. Dylan dan Nathan hanya dua dari sekian banyak cerita yang mengangkat tema pacaran.

"Ah, kan keteguhan mereka memegang cinta itu menginspirasi," begitu dalihnya.

Inspirasi apa yang didapat dari kemaksiatan? Melanggar batas yang telah Allah tetapkan dalam hubungan laki-laki dan perempuan, pastinya.

"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." TQS Al-Isra 32.

Telah jelas peringatan Allah dalam Qur'an Surat Al-Isra ayat 32 agar kaum muslimin tidak mendekati zina. Aktivitas mendekati zina dominan terjadi dalam pacaran. Pemikiran sekuler telah membuat remaja berpikir bahwa aktivitas mereka lepas dari tuntunan Allah. Lepas pula dari hisab Allah di yaumil akhir. Pacaran yang dianggap lumrah berbuah seks bebas dan kehamilan di luar nikah.

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun lalu menyebut, 0,9 persen remaja perempuan dan 3,6 persen remaja laki-laki (berusia 15 sampai 19 tahun) mengaku pernah melakukan hubungan seksual. Meski persentasenya kecil, jika dibandingkan dengan populasi remaja Indonesia yang mencapai 40 juta jiwa, angka ini mengkhawatirkan.

Secara global, 19 persen remaja di negara berkembang mengalami kehamilan sebelum usia 18 tahun. Hotline aborsi oleh Samsara di Indonesia menunjukan 30 persen kliennya berusia 18 sampai 24 tahun dan 51,2 persen di antaranya berstatus belum menikah. Belum lagi, penyakit menular seksual seperti Hepatitis B, Human Papiloma Virus (penyebab kanker serviks), serta AIDS lebih mudah terjadi pada hubungan seksual yang dilakukan remaja. (Tempo.co, 28/9/2018)

Fenomena yang cukup meresahkan adalah maraknya kegiatan mesum yang tertangkap kamera, dilakukan oleh kalangan muda. #Tercyduk begitu tagar yang disematkan setiap unggahan video tentang aktivitas seks bebas remaja di media sosial. Gaya hidup bebas yang selama ini saya lihat di dunia Barat, kini nyata dan dekat. Terjadi di Indonesia. Di negeri yang sebagian besar penduduknya adalah muslim.

Maka tak usah heran, kini  remaja buang bayi seakan menjadi pemandangan lumrah. Terjadi berkali-kali, dengan modus yang beragam. Dari mulai dibuang dari gedung bertingkat hingga teronggok membusuk di got yang airnya menghitam.

Minimnya pengasuhan berbasis akidah Islam dari orang tua dan abainya pemerintah terhadap pergaulan remaja memperparah keadaan. Pada siapa lagi kita berharap selain kepada Islam? Tuntunan Allah berupa syariat-Nya mesti kembali pada pangkuan kaum muslimin. Membina ketakwaan generasi muda mesti menjadi agenda utama negara. Membersihkan media dan hiburan remaja, dari konten-konten pergaulan bebas tak boleh ditunda lagi.

Keteladanan yang diberikan Dylan dan Nathan hanyalah cinta berbalut nafsu syahwat. Mereka mengabaikan peringatan Allah tentang haramnya pacaran. Alangkah eloknya bila kita menoleh sejenak pada kisah mengharukan Salman Al Farisi. Seorang sahabat Rasulullah yang perjalanan menemukan Islamnya sangat panjang. Sampai keimanan merasuk di dada, Salman tak pernah berpaling dari apa yang Allah tetapkan. Termasuk pada saat Salman meminang seorang gadis.

Di Madinah Salman yang berasal dari Persia adalah seorang yang asing. Dia tidak mengetahui bagaimana tata cara masyarakat Madinah meminang seorang perempuan. Meminta bantuan sahabat bernama Abu Darda menjadi jalan keluarnya saat itu. Abu Darda sang sahabat pun bahagia bukan kepalang. Maka dengan segala persiapan yang ada datanglah kedua sahabat ini menghadap ayah dari perempuan tersebut.

Skenario Allah memiliki plot twist-nya sendiri. Siapa sangka sang gadis pujaan hati ternyata lebih memilih Abu Darda. Padahal saat itu Abu Darda hanya bermaksud menemani Salman. Namun ini bukan kisah roman picisan yang mengagungkan nafsu sesaat. Cinta bertepuk sebelah tangan merupakan ujian bagi keyakinan, ketaatan, dan persahabatan bagi Salman.

Tidak, hati Salman tidak hancur berkeping-keping. Allahu Akbar. Ketentuan Allah, Salman terima dengan suka cita. Bahkan dia dengan suka rela membantu. Diserahkannya harta benda yang telah dikumpulkan untuk menikahi gadis itu pada Abu Darda.

Salman bukan Dylan atau  Nathan. Kecintaannya pada seorang gadis tidak membuatnya gelap mata. Selama ijab dan qabul belum terucap tak ada hak apa pun bagi Salman terhadap gadis itu. Label cinta an sich  bukan alasan untuk pergaulan tak halal dua insan.

Sebagai remaja muslim seyogyanya kita paham, kisah mana yang mesti diteladani. Bukan kisah pacaran penuh gombalan atau kisah baper berbumbu kemaksiatan. Kecintaan pada Allah harus menempati posisi tertinggi. Taat syari'at adalah bukti cinta pada-Nya. Wallahua'lam.

*Penulis adalah Seorang penulis tinggal di Bogor


latestnews

View Full Version