View Full Version
Rabu, 28 Nov 2018

Hijrah Fest dan Gaya Spiritual Kaum Milenial

Oleh : Tari Ummu Hamzah

Hijrah Fest, atau Hijrah festival telah berlalu. Tapi semangat dari acara tersebut sangat terasa bagi para pesertanya. Bagaimana tidak, acara ini menghadirkan para ustadz kondang, yang sudah menduduki posisi viral di jagad dunia maya. Ini juga karena peran dunia maya yang membesarkan acara ini. Dunia maya pula yang membesarkan ghiroh dakwah Islam era milenial.

Acara ini menunjukkan pada kita bahwa Islam itu tidaklah kuno. Ketinggalan jaman. Old school. Fanatik. Radikal. Tapi menunjukkan bahwa Islam beserta syariatnya memang wajib kita taati. Islam juga  sebagai rahmatan lil 'alamin, mampu menjadikan pemeluknya mulia. Kita lihat para peserta Hijrah festival yang dihadiri oleh para artis hijrah. Mereka yang dahulunya figur akan kemaksiatan, kini telah hijrah. Peserta yang datang dari berbagai latar belakang jamaah melebur menjadi satu, seolah ini titik awal persatuan umat Islam.

Hijrah kini mulai menjamur di tengah-tengah kaum muslimin. Sebab apa? Sebab masyarakat terutama kaum muslimin, sudah jengah akan kehidupan liberal dan sekuler yang menjadikan masyarakat kehilangan arah hidup serta mengalami disfungsi peran. Baik itu dalam lingkungan keluarga ataupun masyarakat.

Mereka menginginkan kehidupan yang lebih terarah dan tentram pastinya. Salah satu caranya adalah dekat dengan ilmu agama Islam atau berhijrah. Ini juga yang terjadi pada kaum milenial. Uniknya mereka punya gaya tersendiri dalam membandingkan Islam dengan sekuler, Islam vs Liberal. Kita ambil contoh, video sekelompok pemuda laki-laki yang membandingkan antara Islam dan sekuler: "Lu ngapalin lagu, gue ngapalin quran. Lu masih tidur, gua udah subuhan. Lu malam minggu pacaran, gue dengerin kajian. Lu pakai baju distro, gue pakai baju koko. Lu masih jadi makmum, gue udah jadi imam. Lu berkalung, gue bertasbih". Ada juga video ustadz Felix Siauw, saat aksi bela tauhid,  tentang "Seberapa greget hidup Lo".

Fenomena hijrah yang menjamur ini seolah memperlihatkan kepada kita akan kembalinya Islam dari keterasingannya. Dahulu orang menganggap bergamis dan berkerudung lebar, cenderung orang yang kuno dan kolot. Kini gamis menjadi tren. Dahulu orang belajar Islam hanya diwakilkan di lingkungan pesantren. Kini ilmu Islam menjamur di dunia maya, yang digawangi para da'i milenial. Untuk itu mari kita sambut semangat Islam dengan lapang dada tanpa ada perselisihan. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version