View Full Version
Sabtu, 29 Dec 2018

Saudaraku, Janganlah Kau Gadaikan Imanmu

Oleh: Sahilatul Hidayah

Untukmu agamamu dan untukmu agamaku (TQS Al Kafirun : 6)

Ketika bulan Desember datang, biasanya akan selalu diringi dengan kedatangan segala sesuatu yang bernuansa Natal dan tahun baru. Mulai dari pohon natal dengan berbagai ukuran bahkan ada di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kota Surabaya ada pohon natal yang sangking besarnya, tingginya hampir mencapai ketinggian pusat perbelanjaan tersebut.

Tidak hanya pohon natal, topi dan segala pernak pernik berbau santaklaus juga mulai bertebaran di mana-mana. Para pegawai yang ada di pusat perbelanjaanpun ramai-ramai mengenakannya. Tanpa memandang status agamanya. Bahkan yang berkerudungpun sudah begitu jelas menunjukkan identitas dirinya juga mengenakan.

Selain nuansa natal ketika akhir desember tiba, para penjual terompet dengan segala bentuknya mulai berjejer di hampir sebagian sudut jalan untuk menjajakan dagangannya. Dan ketika malam tahun baru tiba hampir semua sudut kota terdengar berisik dengan suara tiupan terompet.

Sungguh miris melihatnya. Di negeri muslim terbesar didunia begitu mudahnya tasyabbuh (menyerupai suatu kaum) dilakukan padahal Allah sudah begitu jelas mengharamkannya. “Barang siapa menyerupai suatu kaum, dia termasuk mereka (kaum tersebut) (HR.Abu Dawud).

Mengapa hal tersebut bisa terjadi?. Setidaknya ada dua faktor penyebabnya. Pertama faktor internal, ketidaktahuan dari individunya sendiri dan yang kedua faktor eksternal, adanya sebuah keadaan yang mengharuskan hal tersebut dilakukan

Faktor pertama, adanya ketidak tahuan dari individunya. Menganggap mengenakan topi sinterklaus hanya untuk lucu-lucuan saja. Toh hanya mengenakan topinya saja tidak ikut merayakannya.

Begitupun juga para penjual terompet dan yang menggunakannya ketika malam tahun baru untuk menyambut pergantian tahun. Buat para penjual terompet mereka hanya tahunya keuntungan mereka akan berlipat-lipat ketika mereka berjualan beberapa hari sebelum menjelang malam pergantian tahun. Buat yang membelinya dan digunakan pada malam tahun baru hanya sekedar untuk seru-seruan saja.

Faktor kedua, faktor eksternal, adanya sebuah keadaan yang mengharuskan hal tersebut dilakukan. Buat para pegawai yang mengenakan topi santaklaus biasanya itu merupakan sebuah kebijakan dari pihak manajemen. Bahkan tidak hanya di pusat perbelanjaan tapi juga di pusat-pusat perekonomian yang lain seperti hotel, swalayan dan restoran. Dan biasanya kebijakan itu selalu mengatasnamakan toleransi beragama.

Natal dan tahun baru merupakan hadharah (peradaban)yang menunjukkan identitas agama lain. Haramnya menggunakan segala pernak pernik natal termasuk topi santaklaus sama saja dengan haramnya pengunaan tanda salib, karena keduanya sama-sama menunjukkan identitas agama lain.

Ketika terjadi penghalalan pada penggunaan keduanya akan seketika itu juga merobohkan fondasi keimanan kita. Ketika kita tidak mengetahuinya Allah juga akan meminta pertanggung jawaban atas ketidak tahuan kita. Mengapa tidak berusaha untuk mencari tahu.

Tahun baru Masehi adalah perayaan yang dilakukan untuk memperingati hari lahirnya Dewa Janus. Dewa ini berwajah dua, menghadap kemuka dan kebelakang, hingga dapat memandang masa lalu dan masa depan. Dan Paus Regious XIII menetapkan 1 Januari sebagai tahun baru. Allah telah melarang perbuatan tasyabbuh (menyerupai dengan kaum lain). Haruskah kita sebagai seorang muslim ikut merayakannya?

Keimanan adalah harga mati bagi seorang muslim. Karena itu adalah kunci pembuka kita untuk menuju ke surgaNya. Itulah yang menjadi pembeda antara orang muslim dengan orang kafir.

Sebaik apapun orang kafir selama dia tidak mengimani Allah dan Rosul-NYA, maka pasti neraka jahannam lah yang akan menjadi tempatnya. Jadi, saudaraku janganlah kau gadaikan imanmu dengan tasyabuh (meneyerupai) seperti mereka. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version