View Full Version
Sabtu, 09 Feb 2019

Pemimpin Idaman Remaja Milenial, yang Bagaimanakah?

Oleh: Choirin Fitri 

Panggung perpolitikan telah digelar. Maklum, sejak awal tahun 2019 ini image tahun politik telah disematkan. Berbagai event untuk memperkenalkan orang-orang yang akan duduk di kursi panas jabatan diperkenalkan.

Remaja milenial yang sudah punya hak pilih ketika menginjak usia 17 tahun tentu tak boleh hanya jadi penonton. Sebagai pemilih pemula, mereka harus menentukan sikap. Mau memilih A, B, C, atau D adalah hak mereka sebagai warga negara yang baik.

Lha, kalau remaja milenial nggak punya panduan untuk memilih tentu mereka akan ikut arus. Ya, layaknya buih di lautan yang akan melaju mengikuti arah ombak berderu. Nah, ini tentu tak boleh dilakukan.

Tenang! Kamu nggak perlu jauh-jauh nyari panduan hingga menyebrangi tujuh samudra atau mendaki ratusan gunung. Cukup lihat dan ambil bagaimana Islam mengarahkan kita untuk memilih pemimpin.

Pertama, pemimpin itu harus muslim. Kenapa? Kita ini muslim tulen lho ya! Masak iya mau-maunya dipimpin sama orang kafir.

Allah telah mengingatkan:

"Allah sekali-kali tidak akan memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang Mukmin." (TQS. an-Nisa':141)

Kedua, pemimpin harus laki-laki. Rasul bersabda: "Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusannya pada perempuan." (HR. al-Bukhori)

Ketiga, balig. Bukan anak imut-imut yang belum mengerti tentang urusan dirinya apalagi kekuasaan. Rasul pernah bersabda: "Telah diangkat pena (beban hukum) dari tiga golongan. Dari orang gila hingga ia sembuh; dari orang tidur hingga ia bangun; dan dari anak-anak hingga ia balig." (HR. Abu Dawud)

Keempat, orang berakal alias tidak gila. Betulkan ya kalian nggak mau dipimpin orang yang hilang akal alias gila?

Kelima, seorang yang adil. Ia mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Misalnya syariat Islam pada tempatnya tidak dicampakkan begitu saja.

Keenam, mampu. Calon pemimpin itu harus mampu menjadi pemimpin. Jangan sampai orang yang lemah alias tidak punya kemampuan jadi pemimpin. Kalau orang yang tidak mampu memimpin dijadikan pemimpin tentu ia malah akan berbuat kerusakan. Ia nggak?

Ketujuh, merdeka. Yup, pemimpin itu nggak boleh ada yang nyetir dari pihak mana pun. Dia juga bukan budak ya. Bukan pula orang yang diperbudak oleh partai atau asing, aseng, dan asong. Ia benar-benar merdeka dan hanya menyerahkan segala urusannya pada aturan Allah. Tak mau diperbudak manusia.

Nah, begitulah Islam memberikan gambaran pada kita tentang ciri-ciri calon pemimpin. Jangan lupa pula memilih pemimpin yang visi misinya menerapkan Islam secara kaffah alias sempurna. Kalau Islamnya cuma setengah-setengah, mending cari yang lain deh! (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version