View Full Version
Rabu, 13 Feb 2019

Valentine's Day, Maksiat yang Menjerat

Oleh: Hana Rahmawati

 

Setelah euforia tahun baru pada tiap pergantian tahun, kini kawula muda akan segera disibukkan dengan 'pesta' berikutnya. Bulan Februari dikenal sebagai bulan kasih sayang, dimana ada satu hari yang menjadi hari istimewa untuk merayakannya. Hampir seluruh masyarakat dunia mengenal tanggal 14 Februari sebagai 'Hari Kasih Sayang' atau biasa disebut 'Valentine's Day'.

Pada tanggal 14 Februari, muda-mudi merayakan valentine sebagai hari cinta yang mereka ekspresikan melalui sebatang cokelat. Melalui cokelatlah mereka mengungkap rasa cinta atau kasih sayang kepada orang yang dituju. Padahal tidak ada relevansinya antara Valentine's Day dengan Hari Kasih Sayang.

Jika kita menilik sejarah Valentine's day, maka akan kita dapati hal yang sangat jauh berbeda dan bertolak-belakang. Tak ada ceritanya V day bermakna kasih sayang. Untuk itu, para pemuda Islam tidak boleh hanyut dalam perayaan sia-sia. Pemuda Islam sejatinya senantiasa mencari tahu terlebih dahulu fakta suatu perayaan bukan sekadar ikut-ikutan.

Sejarah Valentine's Day

Menurut sejarahnya, perayaan V-Day identik dengan perayaan kaum pagan atau penyembah berhala. Pada mulanya perayaan ini bukan bernama valentine. Menurut catatan sejarah, budaya ini ada semenjak abad ke-4 SM, dimana perayaan tersebut dilaksanakan setiap tanggal 15 Februari. Perayaan tersebut ditujukan untuk menghormati Dewa Lupercus (Dewa kesuburan yang digambarkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing).

Perayaan tersebut dikenal dengan festival Lupercaria atau festival kesuburan. Dalam perayaan ini, para wanita akan memasukkan namanya masing-masing ke dalam sebuah tempat yang telah tersedia. Kemudian para laki-laki akan memilih secara acak nama-nama tersebut. Nama wanita yang keluar dan terpilih akan menjadi pasangan dan bisa menikah selama periode satu tahun. Setelah itu, mereka akan ditinggalkan begitu saja. Di tahun berikutnya, wanita yang tidak lagi memiliki pasangan bisa kembali melakukan hal yang sama. Sungguh perayaan yang sarat dengan kemaksiatan!

Versi yang lain menyatakan bahwa Kaisar Romawi Claudius II yang sedang berkuasa melarang para tentara muda menikah. Hal ini disebabkan oleh ambisinya yang menginginkan agar para pria yang ada di wilayah kerajaannya bergabung menjadi pasukan militer. Tentu saja kebijakan ini mendapat pertentangan termasuk dari seorang uskup bernama St. Valentine. Ia tetap menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia.

Aktivitas ini lama-kelamaan diketahui oleh Kaisar Claudius dan membuatnya marah. Awalnya Kaisar hanya memberi peringatan namun tidak pernah digubris oleh St. Valentine. Hingga pada suatu malam, ia tertangkap tengah memberkati sebuah pernikahan salah satu pasangan. Akhirnya St. Valentine dijebloskan ke dalam penjara  dan divonis hukuman mati dengan cara dipenggal kepalanya.

Kematian St. Valentine ini bertepatan dengan tanggal 14 Februari. Kemudian pada tahun 494 M, Paus Gelasius I menetapkan setiap 15 Februari menjadi hari perayaan resmi oleh gereja. Hingga beberapa tahun kemudian pada tanggal 14 Februari dirayakan sebagai hari kematian St. Valentine dan menghapuskan perayaan pada 15 Februari.

Perayaan valentine juga tidak luput dari kepercayaan ritual kemusyrikan. Di Inggris misalnya, pada malam hari valentine, seluruh wanita Inggris akan melakukan ritual yang sama yakni meletakkan empat ujung daun di ujung bantal karena konon katanya wanita tersebut akan memimpikan jodohnya di masa depan.

Perayaan valentine pada setiap tahunnya hanya menggiring para pemuda bergumul dengan maksiat. Fakta yang didapat, menjelang valentine, alat kontrasepsi dapat dengan mudah dijumpai di market-market. Bahkan menjadi incaran para pasangan yang akan menghabiskan malam valentine dengan kekasihnya. Na'udzu billah min Dzaalik!

Bagaimana Islam menyikapi?

Islam sama sekali tidak mengenal perayaan ini. Dulu di masa mereka saja, para pemuka nasrani sempat menentang perayaan V-Day. Hal ini karena kerusakan para pemuda yang ditimbulkan dari perayaan tersebut. Perayaan ini pun pernah dilarang di Italia, pusat katholik. Perayaan ini sungguh menyuburkan perilaku seks bebas. Padahal dengan tegas Allah berfirman,

"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (TQS. Al-Israa: 32).

Sejatinya V-Day bukanlah hari pembuktian cinta. Sesungguhnya kebanyakan dari mereka yang mengatakan seperti ini malah telah menodai cinta itu sendiri. Cinta mereka artikan sebagai aktivitas free seks, zina dan lain-lain. Atas nama cinta, bagi mereka segala maksiat boleh dilakukan. Padahal cinta bukanlah aktivitas pemuas nafsu belaka.

Islam adalah agama sempurna yang mampu menempatkan rasa cinta pada manusia di tempat yang seharusnya. Islam mengatur fitrah manusia berupa cinta ini, tidak mengekang juga tidak membiarkannya liar. Islam mengarahkan pembuktian cinta pada lawan jenis dengan cara-cara yang telah ditetapkan syara. Dan bukti cinta paling besar dan paling indah serta berharga adalah taat kepada aturan Allah di setiap lini kehidupan tanpa terkecuali.

Peran negara diperlukan untuk memahamkan hal ini kepada generasi-generasi muda. Untuk itu, ketakwaan negara kepada hukum-hukum Allah sangat diperlukan agar dapat menerapkan hanya aturan syariat dalam setiap lini kehidupan. Dan bentuk negara apakah yang bisa menerapkan syariat dengan kaffah? Hanya Khilafah Islamiyah yang akan dapat menerapkan segala aturan ini, sehingga kehidupan akan terarah hanya kepada aturan syariat. Wallahu'alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version