View Full Version
Jum'at, 15 Feb 2019

Ketika Guru Banyak Dilecehkan, Tanya Kenapa?

Oleh: Rochmah Ambarwati

Viral beberapa waktu ini adalah berita seorang guru honorer yang melarang muridnya untuk merokok di dalam kelas, namun kemudian dirinya-lah yang mendapatkan perlakuan buruk dari muridnya tersebut. Si guru pun dihina, bahkan hampir dipukul di hadapan semua murid satu kelas. Lebih miris, si guru pun tak mampu berbuat apa-apa atas perlakuan buruk muridnya tersebut. Ia memilih diam lunglai bagai kalah bertanding di medan laga.

Apa yang dilakukan oleh murid tersebut mendapatkan banyak kritikan dari berbagai pihak. Perlakuan murid sebagaimana yang dinampakkan pada video tersebut sungguh tidak pantas dilakukan oleh murid kepada gurunya.

Guru adalah perangkat utama dalam pendidikan, dialah yang menjadi ujung tombak dan pelaksana teknis dari pendidikan. Kalaulah guru sudah tak mendapatkan kemuliaan dan penghormatan dari muridnya, lantas, apakah pendidikan itu masih mampu menjalankan perannya, yaitu untuk mendidik anak.

Sejatinya, hal seperti ini bukanlah yang pertama masuk ke telinga kita. Beberapa kali kita pun sempat menemukan bagaimana sangat tidak patutnya perlakuan murid kepada guru. Bahkan, kita pun sempat sangat terperangah oleh berita meninggalnya satu guru akibat dipukul oleh muridnya.

Lantas jika kita bertanya, siapa yang salah? Sebagian akan menyalahkan si murid karena tindakan biadab kepada gurunya. Guru yang seharusnya dihormati malah diperlakukan buruk seperti memperlakukan musuh saja.

Namun, jika kita mau mengamati lebih dalam, perihal ini tentu disebabkan oleh banyak hal, bukan hanya satu komponen, murid itu saja.

Sistem kapitalis yang menjerat kehidupan negeri ini, tentu saja sudah menjauhkan norma-norma dan nilai agama dari kehidupan sebagian besar rakyatnya. Salah satu paham yang berdasar pada sistem dan konsep kapitalis ini adalah kebebasan dalam bertindak. Seseorang bebas untuk melakukan apapun yang ia mau. Sehingga, sangat tak mengherankan akan perilaku murid kepada guru tersebut.

Selain itu, konsep kapitalis juga membuang jauh-jauh unsur agama di dalamnya. Sebagai hasilnya, agama hanya dianggap sebagai ritual saja. Agama tak dibawa ke sekolah, ke pasar, apalagi ke pemerintahan. 

Terlebih dalam hal pendidikan, agama tak lagi menjadi dasar. Pendidikan hanya untuk menyiapkan anak mampu menghadapi ujian dan mendapatkan nilai yang memadai untuk lulus dan naik kelas. Pendidikan tak memainkan perannya untuk membuat anak terdidik.  

Dalam Islam, pendidikan menjadi dasar dari tiang agama. Dengan pendidikanlah maka akan disiapkan satu generasi yang memahami hakikat kehidupan, serta keberadaan Allah sebagai pencipta dan pengatur alam semesta ini.

Bahkan, Islam pun juga memberikan porsi perhatian yang sangat besar kepada pendidikan dan semua komponennya, baik itu guru, konten atau materi pengajaran, murid itu sendiri, termasuk juga sarana da prasarana pendukung pendidikan tersebut.

Guru dalam Islam menjadi tanggungan negara dan mendapatkan penghargaan yang tinggi. Pada masa Khalifah Umar ra, guru pun mendapatkan gaji yang sangat layak. Konten pengajaran juga disesuaikan dengan tujuan pendidikan dalam Islam, yaitu mengenai pembangunan dan penguatan aqidah serta penanaman pada ketaatan syariat. Murid pun sangat diperhatikan kemampuan dan kenyamanan dalam belajar. Demikian pula dengan sarana pendukung, semuanya sudah disiapkan oleh negara, seperti ruang belajar perpustakaan dan biaya yang menjadi tanggungan negara.

Tentu saja, semua hal ini tidak kita temukan saat ini karena Islam tak dipakai secara syariat dan hanya ditinggalkan di dalam masjid serta dikunci rapat-rapat di sana. Akibatnya, ilmu menjadi sangat tak bernilai. Seakan ilmu hanya menjadi fenomena indah belaka.

Ilmu saat ini tak sampai mendidik. Ilmu hanya menjadi satu bahan ajar di sekolah.

Ilmu tak mampu mendidik manusia menjadi generasi yang cemerlang. Ilmu hanya menjadi bahan ejekan.

Inilah yang akan terjadi, ketika ilmu ini dilecehkan. Semoga kita semua dijauhkan dari perbuatan tercela ini. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version