View Full Version
Ahad, 17 Feb 2019

Remaja Melek Politik, Jadi Sasaran Politisi?

Oleh: Citra Amalia 

 

Tak asing kita melihat remaja masa kini yang melek politik. Mulai dari tataran mahasiswa perkuliahan hingga usia SMA dan ke bawah pun mulai sering memperhatikan apa yang terjadi pada dunia perpolitikan. Baik melalui berita pertelevisian atau melalui sosial media mereka.

Kaum muda saat ini yang mempunyai julukan sebagai generasi milenial sudah memasuki masa keemasan produktif. Itu karena usia 18-20 tahun merupakan pemilih pemula pada pemilu tahun ini.

Kementerian Dalam Negeri mencatat ada 5.035.887 orang pemilih pemula khususnya di daerah Jawa Barat pada Pemilu 2019. Komisioner Bawaslu RI Ratna Dewi Pettalolo pun  mengungkapkan total sekitar 14 juta pemilih pemula di seluruh Indonesia. (Jpp.co.id)

Jumlah ini tidak sedikit bahkan dapat sangat menentukan arah perpolitikan masa depan Indonesia. Sehingga generasi muda pun menjadi sasaran empuk politisi-politisi dalam upaya meraih dukungan dan kemenangan.

Suara generasi muda hanya dijadikan kendaraan untuk tujuan meraih kekuasaan yang merupakan tujuan tertinggi dari pesta demokrasi. Kekuasaan ini akan melahirkan penguasa yang hanya mempedulikan kepentingan politik dalam arti sempit.

Kondisi perpolitikan pada sistem demokrasi saat ini juga sangat membingungkan seluruh pemilih. Kawan bisa menjadi lawan dan sebaliknya atas dasar kepentingan politik.

Sungguh berbeda dengan apa yang diajarkan oleh Islam. Penguasa merupakan sosok yang diamanahi berbagai urusan dan kemaslahatan rakyat. Penguasa tidak akan mudah menebar harapan dan janji karena tahu bahwa semua itu harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah di akhirat kelak.

Sebagaimana hadits Rasulullah Saw,

_Tidaklah seorang hamba, yang Allah minta untuk mengurus rakyat, mati pada hari di mana dia menipu (mengelabui) rakyatnya, kecuali Allah mengharamkan bagi bagi surga_ *(HR Al Bukhari dan Muslim)*

Dari sini saja, seharusnya para pemuda itu tidak tertipu oleh janji palsu para politikus. Dengan mudah mereka bisa membedakan mana calon pemimpin yang rakus akan kekuasaan dan mana yang memang tulus berjuang untuk rakyat. Tapi yah, namanya sistem demokrasi...apakah ada sosok yang benar-benar hadir tulus membela rakyat? Terutama nih, yang memperjuangkan agar hukum Allah bisa diterapkan dan bukan sekadar pajangan dalam acara pengajian. 

Pemuda muslim yang cerdas sudah tentu tak akan termakan bujuk rayu. Jangan mau hanya dijadikan kendaraan kemudian setelah mereka duduk di kursi kekuasaan, rakyat dengan mudah ditinggalkan. Takutlah kalian pada setiap hisab yang bahkan ujung jari pun bisa jadi turut ambil bagian. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

 


latestnews

View Full Version