View Full Version
Senin, 18 Feb 2019

Generasi Kering Iman

Oleh:

Harumi, S.Pd, aktivis Institut Kajian Politik dan Perempuan

 

DALAM sistem sekuler-liberal seperti hari ini, kita dibiasakan dengan interpretasi terhadap segala sesuatu secara bebas. Tidak terkecuali ajaran agama. Hal ini sebagaimana yang coba digambarkan dalam video singkat yang tengah diperbincangkan oleh warganet. Dalam unggahan video tersebut ada dua orang yang mencoba membuat interpretasi terhadap hukum Islam tentang pacaran.

Gagasan yang mereka bangun menafikkan syariat dalam mengatur pergaulan dengan lawan jenis. Sebagaimana asas sekulerisme bahwa peran agama hanya berlaku dalam ranah privasi, bukan untuk mengatur urusan publik terlebih memberlakukannya dalam mengatur urusan negara. Karena sekulerisme pasti mendiskreditkan ajaran agama dalam kehidupan manusia, bahkan menjadikan agama sebagai penyebab munculnya problematika masyarakat.

Sayangnya gagasan sesat semacam ini gagal dipahami oleh kebanyakan generasi muda saat ini. Mereka menelan mentah-mentah teori-teori sekulerisme dan menolak syariat dengan dalih tidak relevan dengan sudut pandang pribadinya. Walhasil inilah yang membuat mereka menjadi agen sekuler, menentang setiap syariat yang dibawa ke ranah publik. Melalui ide sekulerisme, mereka dicetak untuk menjadi sosok yang cerdas secara intelektual dan emosional, akan tetapi secara spiritualnya kosong.

Misalnya, pandangan sekulerisme tentang cinta tidak lain adalah sebagai dalih dalam pelampiasan syahwat. Maka menjadi keharusan untuk diumbar salah satunya dengan jalan pacaran karena menurutnya hidup menjadi berwarna, tidak kering. Mereka justru mendiskreditkan hukum Islam tentang pacaran yang haram, sehingga tidak perlu berdakwah kepada orang-orang yang ingin pacaran. Seolah-olah mereka berhak mengganti hukum Allah berdasarkan "kecerdasan akalnya" saja, dengan mengatakan bahwa aktivitas yang mendekatkan kepada zina tersebut bisa bernilai positif tidak melulu nagatif.

Padahal budaya pacaran yang menjalar dikalangan remaja, telah membuat mereka lupa jati dirinya. Dari mulai kehilangan kesuciannya karena aktivitas pacaran, kehamilan yang tidak dikehendaki dan berujung pada maraknya aborsi. Ini bukti bahwa kedunguan konsep sekulerisme dalam menjawab pemenuhan naluri manusia, yang pada akhirnya justru merusak generasi.

Sebaliknya hanya Islam satu-satunya yang mampu mencetak generasi yang tidak hanya cerdas intelektual dan emosional saja, akan tetapi juga unggul secara spiritual. Karena pembentukan kepribadian generasi dalam Islam berlandaskan aqidah Islam, yakni terdiri dari pola pikir dan pola sikapnya. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat yang mampu mewujudkan kecintaan kepada agama. Dari sanalah terwujud ghirah dalam hati mereka, sehingga tidak kering seperti yang mereka katakan. Rasulullah bersabda:

“Wallahi, Demi Allah. Seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, agar aku menghentikan dakwah ini, niscaya aku tidak akan menghentikan dakwah ini hingga Allah memenangkannya atau aku binasa.”

Inilah yang menghujam dalam dada setiap kaum muslimin. Menjadikan kecintaannya terhadap Islam direalisasikan dalam aktivitas yang produktif  karena ingin meraih kedudukan setinggi-tingginya dihadapan Allah. Misalnya pada masa khilafah abbasiyah, yang menelurkan banyak karya diberbagai bidang terutama sains dan teknologi. Hingga saat ini karya-karya mereka masih relevan, dan dijadikan dasar perkembangan teknologi saat ini. Maka mereka sibuk untuk beramal memberi kemaslahatan bagi Islam.

Inilah potret generasi unggul yang belum mampu diwujudkan oleh sistem sekuler-liberal. Sistem sekuler-liberal hanya akan merusak pemikiran generasi, karena menjauhkan mereka dari penciptanya sehingga menjadi generasi kering iman. Oleh karena itu sudah sewajarnya generasi kita berpaling dari pemikiran sekuler-liberal dan memperbanyak tasqofah Islam, untuk menjadi pejuang tegaknya kemuliaan Islam bukan malah memeranginya. Wallahu alam bishawab.

“Ada tujuh golongan manusia yang akan Allah naungi dalam naungan-Nya pada hari tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya:… pemuda yang tumbuh dalam suasana ibadah (ketaatan) kepada Tuhannya.” (HR al-Bukhari)

Jadi, mari menjadi generasi taat syariat agar tidak menyesal sampai akhirat.*


latestnews

View Full Version