Oleh: Ashaima Va
Waktu berderap tanpa pernah berhenti. Mentari terbit dan terbenam silih berganti. Begitu pula dengan bulan dan tahun telah menghabisi jatahnya. Sudah 1440 tahun berlalu semenjak Islam dijadikan denyut kehidupan oleh Anshar dan Muhajirin. Rentang masa yang di dalamnya Allah jadikan terdapat bulan-bulan haram (suci). Dalam bulan haram tersebut Allah tetapkan kemuliaan dan kehormatan yang harus dijaga. Salah satu bulan yang Allah tetapkan sebagai bulan haram adalah bulan Rajab. Dalam Al-Qur'an surat At-Taubah ayat 36, Allah SWT berfirman:
"Sungguh bilangan bulan menurut Allah SWT ada dua belas bulan dalam catatan Allah saat Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya terdapat empat bulan haram (suci). Itulah Agama yang lurus. Karena itu janganlah kalian menzalimi diri kalian sendiri pada bulan-bulan itu." (TQS. At-Taubah [9]:36)
Berdasarkan ayat tersebut, pada bulan Rajab Allah melarang kita untuk menzalimi diri sendiri. Sebagaimana Allah telah melipatgandakan pahala bagi amal salih, Allah lipatgandakan pula dosa bagi tiap kemaksiatan (Al-Baihaqi, Syu'ab al-Iman, III/370).
Pada bulan mulia ini pula banyak terjadi peristiwa penting bagi kaum Muslimin. Diantaranya yaitu, peristiwa Isra dan Mi'raj pada tahun ke-10 kenabian. Perintah salat diturunkan pada momen ini. Bulan Rajab juga bulan saat Allah menetapkan peralihan kiblat kaum muslimin, dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram (Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah, III/252-253).
Tak hanya itu, kemenangan demi kemenangan yang diraih kaum Muslimin dalam tiap Jihad fii Sabilillah terjadi pada bulan Rajab. Diantara kemenangan itu adalah perang Yarmuk pada tahun 14 H dan pembebasan Kota Damaskus pada tahun 15 H. Begitu pula dengan Masjidil Aqsha yang 88 tahun berada di bawah kekuasaan pasukan Salib, berhasil dibebaskan pada bulan Rajab 583 H oleh pasukan Shalahuddin Al-Ayubi.
Sayangnya tak selamanya Rajab menjadi momen kemenangan bagi Kaum Muslimin. Ada pula peristiwa memilukan yang terjadi. Setiap kemenangan dan kemuliaan yang diperoleh Kaum Muslimin terjadi saat kaum Muslimin masih menjalankan Islam sebagai sistem kehidupan. Yaitu saat kaum Muslimin bersatu dibawah satu kepemimpinan Khilafah Rasyidah di atas Manhaj kenabian. Saat Kaum Muslimin tak lagi memiliki pemersatu dan pelindung, satu per satu peristiwa duka terjadi, tak terkecuali di bulan Rajab.
28 Rajab 1342 atau bertepatan dengan bulan Maret 1924, Kekhilafahan Turki Utsmani dihapuskan oleh Mustafa Kamal. Kala itu runtuhnya Khilafah di Turki Utsmani tak begitu mendapat perhatian penting, bahkan sebagian bersuka cita karena Khilafah Turki saat itu dianggap penghambat Turki modern. Wajar, karena Kaum Muslimin sedang berada pada masa kejahiliahannya. Syari'at Islam diabaikan, institusi penerap syari'atnya dilemahkan. Alhasil warisan terpenting Nabi Muhammad runtuh tanpa Kaum Muslimin merasa kehilangan.
Dunia Islam tanpa Khilafah adalah dunia yang gelap dan suram. Kaum Muslimin tercerai berai tanpa memiliki pelindung. Kezaliman demi kezaliman terjadi tanpa ada yang mampu menegakkan keadilan. Pembantaian yang terjadi hanya menyisakan darah dan air mata kepiluan. Dari Palestina, Yaman, Suriah, Pakistan, Kashmir, Rohingya, hingga Uyghur, Kaum Muslimin menjerit tak ada yang mampu menolong. Di negeri muslim saja pembantaian terjadi tanpa ampun, lalu apatah yang terjadi di negeri non muslim?
Jum'at hari ke-8 bulan Rajab, siang yang tenang saat Salat Jumat di Christcurch, New Zealand, menjadi siang yang berdarah-darah ketika ratusan jamaah diberondong peluru dari senjata laras panjang. Total 49 orang meregang nyawa di tangan teroris ekstrimis berkebangsaan Australia. Semurah itu harga nyawa seorang muslim, pembelaan para pemimpin kaum muslimin hanya berhenti pada kata "mengecam".
Khilafah Rasyidah sang Junnah yang dilupakan sudah saatnya dikembalikan ke pangkuan kaum Muslimin. Kepada siapa lagi kaum muslimin berharap pembelaan dan penegakkan keadilan selain pada Institusi yang menerapkan Islam. Agar pada Rajab yang mulia tidak ada lagi luka dan duka. Wallahua'lam bish-shawab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi : Google