View Full Version
Rabu, 10 Apr 2019

Tragedi Audrey, Ada Apa dengan Generasi Milenial Ini?

Oleh : Isty Shofiah, S.Pd

Beberapa hari ini, jagat maya kembali dihebohkan dengan kasus perundungan (bullying). Meski kasus bullying kerap terjadi, belum ada tindakan nyata untuk mencegahnya terjadi lagi dan lagi. Betapa tidak, hari ini bullying yang terjadi sudah mengarah ke ranah fisik. Bahkan sasaran bullying ini pun terjadi di hampir semua usia, mulai dari SD hingga perkuliahan sebagaimana yang dialami oleh Audrey. Salah seorang siswi SMP di Pontianak tersebut mengalami  pengeroyokan serta penganiayaan oleh 12 orang yang berstatus siswi SMA. (tribunnews, 10/4/2019)

Khofifah Indar parawansa saat masih menjadi Menteri Sosial pada tahun 2017 mengatakan bahwa bullying bisa menjadikan korban depresi sampai menutup diri, bahkan yang paling fatal adalah terjadinya tindakan bunuh diri. Bentuk perundungan pun ada beberapa macam, baik secara kontak fisik maupun media sosial. Bullying yang terjadi pada Audrey termasuk kasus bullying fisik.

Viralnya kasus perundungan yang dialami Audrey ini menjadi perhatian banyak pihak, termasuk pengacara kondang Hotman Paris Hutapea turut berkomentar. Ia mengatakan bahwa pelaku pengeroyokan Audrey bisa ditahan dan diadili meski masih di bawah umur, setidaknya lima tahun penjara. Hal ini sebagaimana telah diatur dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak. Anak yang bisa diadili adalah mereka yang berusia 12 hingga sebelum 18 tahun. Pertanyaannya, cukupkah hanya hukuman penjara untuk membuat jera pelaku perundungan?

Islam Menjaga Generasi

Jika ditelisik, generasi muda saat ini telah dirusak dari segala arah. Kanan kiri, depan belakang hingga atas bawah. Mulai dari serangan Sekulerisme Liberal yang memisahkan agama dari kehidupan hingga kebebasan dalam menjalani kehidupan yang mereka inginkan. Tentu, kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan tanpa batas dalam segala aspek. Termasuk aspek bertingkah laku. Di sisi lain, derasnya informasi dari media yang seolah tak terkendali dengan konten-konten kekerasan didalamnya, mulai dari Game hingga film yang pada akhirnya mudah ditiru dalam kehidupan nyata. Ironis!

Islam memandang bahwa menjaga generasi bukan hanya tugas orangtua, akan tetapi juga butuh peran dari negara dan masyarakat. Negara memiliki andil yang sangat besar dalam menyaring segala tontonan di media apapun yang berpengaruh besar terhadap pembentukan generasi. Begitu pun dengan masyarakat, mereka juga memiliki tanggung jawab untuk saling menasihati, mengajak pada kebaikan dan mencegah tindakan yang buruk. Sebab, jika hanya orangtua yang berperan dalam menjaga generasi muda, sedangkan lingkungan masyarakat dan negaranya tidak mendukung, maka tidak menutup kemungkinan anak akan terkontaminasi dengan pengaruh buruk dari lingkungan sekitar.

Oleh karena itu, peran orangtua sangat penting dalam membentuk generasi yang baik. Dukungan sistem kehidupan yang diterapkan negara dan kontrol masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang kondusif juga sangat diperlukan. Tentu, sistem kehidupan yang bersumber dari Sang Pencipta manusia yang akan memabawa kebaikan bahkan rahmat bagi seluruh alam.

Bila sistem buatan manusia yang didasarkan dengan ide demokrasi yang diterapkan, maka fenomena Audrey-audrey yang lain bukan mustahil akan terjadi. Gagalnya sistem pendidikan yang ada, orang tua yang abai terhadap kebutuhan dan perkembangan anak, masyarakat yang cenderung permisif dan individualis, tak heran melahirkan anak-anak miskin simpati dan empati. Semoga saja peristiwa tragis yang menimpa Audrey bisa menjadi titik balik segenap pihak negeri ini untuk mulai berbenah dan introspeksi. Dan semoga pula tak ada lagi Audrey lain yang harus mengalami perundungan sesadis itu. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version