View Full Version
Ahad, 14 Apr 2019

Toilet Saksi Peradaban, antara Romawi Eropa dan Islam

Oleh : Widya

 

Bagaimana rasanya jika kita harus buang hajat pada toilet terbuka tanpa sekat? 

Bagaimana pula rasanya bila kita harus membersihkan hajat tanpa air? 

Bagi umat Islam tentu hal tersebut akan membuat kita sangat tidak nyaman.

 

Pada zaman romawi kuno di sebuah kota bernama Ephesus kita dapat menemukan sebuah bangunan dengan lubang-lubang mirip lubang kunci berjejer tanpa sekat. Tempat apakah itu?  Ternyata itu adalah toilet.

Ya...pada masa itu toilet dibuat tanpa sekat sehingga mereka dapat saling memandang saat buang hajat. Sistem pembuangan limbah di toilet pada masa itu pun sangat buruk. Tikus-tikus seringkali merangkak naik ke lubang dan menggigit bagian tubuh orang yang sedang buang hajat. Karena limbah tak dikelola, maka gas metana pun terbentuk sehingga kadang terjadi ledakan maupun kebakaran. Itu menjadi penyebab orang-orang Romawi mengandalkan sihir agar terlindung dari nasib buruk di toilet.

Arkeolog menemukan banyak mantra yang tergores di dinding toilet. Ketika mereka berada pada situasi mengerikan, orang-orang bahkan memanggil nama para dewa untuk meminta bantuan. Salah satunya adalah dewi keberuntungan, Fortuna. Butuh waktu lama bagi orang-orang Romawi untuk menyadari bahwa kebersihan, bukan keberuntungan yang dapat membuat mereka tetap sehat dan aman di toilet umum.

Selain memiliki toilet umum yang menjijikkan dan berbahaya, cerita 'menyeramkan' itu tidak berhenti di sana. Kala itu, orang-orang Romawi belum mengenal tisu toilet atau menggunakan air untuk membersihkan hajat. Mereka menggunakan spons yang diikat ke sebuah batang. Alat itu bernama xylospongium dan hanya tersedia beberapa di toilet umum. Alat tersebut pun diletakkan di cawan berisi air kotor. Buruknya lagi xylospongium digunakan bergantian dan tak pernah dibersihkan setelah digunakan. Buruknya sanitasi membuat bakteri dan penyakit seperti tipus dan kolera dapat tersebar dengan cepat pada saat itu.

Dari toilet kita bisa mengetahui bagaimana manusia Romawi pada masa itu hidup, memandang tentang kehormatan diri,  kemuliaan manusia, cara bergaul dan lain-lain. Sangat buruk dan menjijikkan bukan?

Berbeda dengan Islam yang memandang bahwa 'Kebersihan adalah sebagian dari iman'. Semua hal diatur dengan sangat rapi dan detail oleh Islam tidak terkecuali dalam hal buang hajat sekalipun.

Sejak abad ke-10, jauh sebelum Barat mengenal toilet seperti yang kita kenal sekarang, apa yang ditemukan dalam kamar mandi dan praktik kebersihan di hampir semua wilayah kekuasaan kaum Muslim bisa bersaing dengan apa yang dikembangkan saat ini. Pada abad ke-13, ilmuwan Muslim al-Jazari, menulis sebuah buku yang menjelaskan perangkat mekanis, termasuk alat untuk berwudhu. Alat ini bersifat mobile, dan bahkan biasa dilakukan untuk melayani para tetamu. Air menjadi pembersih utama dalam tradisi Islam. Toilet-toilet pada masa kejayaan Islam di Abad Pertengahan adalah model toilet 'basah' seperti yang kita kenal saat ini.

Sabun, bagian yang tak terpisahkan dari sanitasi, juga ditemukan pada masa kejayaan Islam. Masyarakat di bawah kekuasaan Usmaniyah biasa membuat sabun sendiri, dengan mencampur minyak (biasanya minyak zaitun) dengan al-qali, yaitu sejenis garam. Keduanya direbus untuk mencapai campuran yang tepat, dibiarkan mengeras dan jadilah sabun batangan. Sabun ini digunakan di hammam, rumah pemandian umum.

Al-Kindi juga menulis sebuah buku tentang parfum yang disebut Book of the Chemistry of Perfume and Distillations. Dia dikenal sebagai filsuf, tapi juga seorang apoteker, opthalmologist, fisikawan, matematikawan, ahli geografi, astronom, dan ahli kimia. Bukunya berisi lebih dari seratus resep untuk minyak, salep dan air aromatik. Tradisi pembuatan parfum kemudian tersebar ke berbagai penjuru dunia dengan cara menyuling tanaman dan bunga.

Sejarah mencatat pada tahun 1683, Dinasti Usmaniyah menguasai hampir seluruh pantai Afrika di Laut Tengah, kedua tepi Laut Merah, Eropa tenggara termasuk Balkan dan sebagian besar Bulgaria dan Rumania saat ini, Turki, dan Irak saat ini. Di daerah-daerah yang dikuasai, tradisi Islam turut disebarkan, termasuk pentingnya menjaga kebersihan. Saat mereka menguasai Konstantinopel, salah satu yang dibenahi adalah urusan buang hajat ini. Mereka membangun 1.400 toilet umum, ketika tak satu pun WC ditemukan di seantero Eropa saat itu.

Seperti itulah kesempurnaan Islam. Islam mengajarkan, seorang hamba diharuskan untuk membersihkan diri sebelum berinteraksi dengan Rabbnya. Ini dipraktikkan dengan mandi, wudhu atau tayammum. Demikian pentingnya bersih dan suci dalam islam sehingga sebagian ulama mengatakan,  "kunci surga adalah shalat, dan kunci shalat adalah bersuci". Ketika berinteraksi dengan sesama manusia kita diajarkan untuk selalu dalam keadaan bersih terutama untuk kenyamanan dan keselamatan diri dan orang lain.  Begitu juga dalam berinteraksi dengan alam sekitar, kita diperintahkan untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih dan aman. (rf/voa-islam.com)

Sumber Pustaka:

The Vintage News

Sejarah Peradaban Islam

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version