View Full Version
Selasa, 14 May 2019

Bukber Yang Ternoda, Waspadalah!

Oleh: Syarifa Ashilah

Hai sahabat voa-islam yang disayang Allah, apa kabar dengan puasa kita? Enggak kerasa yah sudah memasuki Minggu ke dua aja nih. Semoga Ramadan kali ini benar-benar kita gunakan untuk ajang meraih pahala karena pada bulan suci nan berkah ini Allah lagi ngobral pahala besar-besaran. Rugi banget deh enggak memborong segunung amalan.

Gimana sobat udah pada masuk belom undangan bukber. Biasanya tuh di pertengahan Ramadan sederet ajakan bukber mulai berdatangan. Mulai dari keluarga, teman satu Genk, komunitas, atau teman alumni SD, SMP, atau barangkali alumni TK Juga ya.

Bukber adalah kegiatan yang bertujuan menyambung atau mempererat kembali tali silaturahmi. Ada perasaan senang dapat bertatap muka lagi dengan teman-teman yang tadinya sibuk namun dapat di satukan pada momen ini. Jadi acara seperti ini sangat dirindukan karena jarang banget terjadi.

Namun sayang niatan mulia ini acap kali ternodai. Bukber sering kali di artikan sebagai kumpul-kumpul lalu berbincang-bincang kemudian tak lupa mengabadikan momen dengan selfi-selfi. Sekilas tak ada yang salah dengan semua aktivitas tersebut. Dan memang dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda "Barang siapa yang ingin dilapangkan rejekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”. [Muttafaqun ‘alaihi]. Banyak sekali kebaikan dari menyambung kembali silaturahmi yang sempat terputus.

Namun Allah juga menurunkan serangkaian aturan yang mengatur segala lini kehidupan. Dan kesalahan-kesalahan saat bukber adalah:

Ikhtilat

Dalam bukber sering kita dapati laki-laki dan perempuan duduk dalam satu meja. Mereka campur baur. Padahal dalam pergaulan Islam kehidupan laki-laki dan perempuan dipisah kecuali dalam bidang "jual beli, kesehatan, pendidikan, dan persidangan". Dan bukber tidak termasuk dalam kepentingan-kepentingan yang diperbolehkan hukum syara.

Meninggalkan salat magrib

Tempat diadakan ya bukber biasanya adalah restoran dan mal. Pihak pengelola menyediakan musala namun tempatnya kecil hingga antrean mengular dan akhirnya cahaya merah matahari saat tenggelam pun menghilang tanda magrib berakhir. Tak sedikit orang meninggalkan salat. Berpuasa memang kewajiban setiap muslim (Al-Baqarah 183), begitu juga dengan salat. Bahkan dalam hadis  dikatakan, “pembeda antara mukmin dan kafir ialah meninggalkan salat,”(HR Ibnu Majah). Maksudnya, meninggalkan salat dapat menjadi perantara seorang untuk menjadi kafir. Nauzubillah.

Makanan terbuang sia-sia

Saat bukber di pusat-pusat perbelanjaan dan restoran orang-orang memesan terlalu banyak, tapi tak bisa menghabiskannya. Makanan itu akhirnya terbuang sia-sia. Di sisi lain ada adik-adik kita sedang kelaparan di luar sana, dan tak bisa menikmati makanan layak. Bukankah salah satu hikmah puasa adalah supaya kita dapat merasakan penderitaan kaum duafa? Dalam hal ini yang ada kita malah membuang makanan dengan sia-sia.

Lupa makna sebenarnya

Saat bukber yang tujuan awalnya adalah mempererat hubungan silaturahmi, bergeser maknanya menjadi ajang kumpul-kumpul dan berselfi ria. Semua sibuk dengan ponsel masing-masing.  Hingga akhirnya habislah waktu terbuang sia-sia.

Jadi sobat, acara bukbernya tidak masalah asal sesuai dengan koridor Islam. Islam adalah agama sempurna. "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu"... (Al maidah: 3). Sempurna berarti tidak ada kecacatan dan tak ada celah. Jadi ketika ingin melakukan sesuatu gunakanlah kacamata Islam. Karena Islam mengatur segala kehidupan secara menyeluruh termasuk dalam pergaulan kita. Saatnya Ramadan ini berbuah ketakwaan kita pada sang ilahi Allah SWT dengan memegang teguh syari'atNya. Semangat! (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

 


latestnews

View Full Version