View Full Version
Jum'at, 17 May 2019

Merindukan Kedamaian di Bumi Syam, Mungkinkah?

Oleh: Ulfah Sari Sakti, S.Pi 

 

            Semoga sejarah segera kembali terulang, itulah yang selalu terlintas dalam benak kaum muslimin tatkala mendengar kabar muslim Ghaza kembali mendapatkan serangan dari pasukan laknatullah Israel. Pedih hati ini melihat penderitaan saudara seakidah di sana yang terus mendapatkan serangan militer baik dari darat maupun udara. Tetapi apa yang bisa kita lakukan selain berdoa serta berdakwah melalui lisan dan tulisan? Kelak, semoga muslim Ghaza mendapakan hidup yang damai seperti era Salahuddin al- Ayyubi.

            Tidak hanya di hari biasa, pada bulan Ramadhan yang notabene bulan penuh berkah dan ampunan ini, derita muslim Ghaza tidak pernah berkurang. Ketenangan untuk menunaikan ibadah puasa Ramadhan 1440 H tampaknya belum bisa dirasakan warga jalur Ghaza, Palestina.  Mereka diliputi was-was karena gempuran rudal dari militer Israel dalam beberapa hari terakhir.

           Serangan dari tank dan rudal udara Israel mulai menggempur Ghaza sejak Sabtu (4/5). Korban 23 warga Ghaza meninggal dunia, termasuk diantaranya seorang perempuan yang sedang mengandung dan seorang bayi.  Militer  negara zionis itu berdalih serangan dilakukan sebagai bentuk balasan atas serangan milisi palestina.  Saat ini, militer Israel mengakui sudah menembak ke 320 titik di Gaza. Sasaran tembak disebutnya sebagai basis milisi.  

Merindukan Kedamaian Palestina Era Salahuddin al-Ayyubi

            Alangkah indahnya serta merupakan suatu anugerah yang tiada terkira dari Allah swt jika saat ini ada pemimpin seperti Yusuf bin Najmuddin al-Ayyubi. Dia yang dikenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi pernah mengatakan, ”Ketika Allah memberiku tanah Mesir, aku yakin bahwa Dia juga akan memberikan Palestina kepadaku”. 

            Kemenangan yang diperoleh Salahuddin untuk merebut Kota Yerusalem yang telah dikuasai tentara Salib selama 91 tahun, tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan usaha dan doa yang lebih baik oleh Salahuddin maupun para kaum muslimin saat itu.  Ustad Walid an Nuwaihid berkata bahwa kemenangan militer Salahuddin terwujud karena adanya upaya-upaya politik, pengaturan, manajemen, perbaikan dan membangkitkan (ilmu dan kesadaran beragama) yang terjadi lebih dari satu abad.

            Gebrakan besar yang terjadi di Syam dan Mesir pada akhir abad ke-6 Hijriah, berawal dengan adanya gerakan Ishlahiyah (perbaikan) pada dua bidang yaitu kebangkitan ilmu agama dan kembalinya Khilafah Abbasiyah. Tak ketinggalan upaya yang dilakukan oleh generasi perbaikan pertama yang dipelopori para ulama dan fuqoha, sehingga lahirlah gerakan politik agama.

          Mengetahui sejarah panjang dan upaya yang dilakukan seorang Salahuddin al-Ayyubi tersebut maka sudah saatnya kaum muslimin bersatu tanpa sibuk bertikai tentang perbedaan mazhab lagi. Ada satu hal yang tidak kalah pentingnya yaitu menyamakan persepsi akan pentingnya kehadiran Daulah Islamiyah.  Dengan adanya negara Khilafah sebagai pemersatu, sekuat apa pun kaum kafir laknatullah, tidak akan dapat membendung kekuatan kaum muslimin.  Sembari melakukan kedua hal tersebut, tentunya kita harus terus membentengi generasi muda dengan ilmu agama. Ini penting agar tsaqofah Islamiyah dapat terus hadir hingga akhir zaman.  Wallahu’alam bishowab. (rf/voa-islam.com)

Penulis adalah Jurnalis Muslimah Kendari.

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version