View Full Version
Jum'at, 31 May 2019

Memilih dan Memilah Berita di Era Milenial, Bisakah?

Oleh: Henyk Nur Widaryanti*

 

Era Milenial adalah zaman yang segala sesuatunya serba instan. Kecepatan informasi pun melebihi kecepatan cahaya. Dari rumah kita dapat update berita segala penjuru dunia. Mulai dari media massa hingga media sosial menjadi pelega dahaga atas segala perkembangan zaman.

Namun, kecanggihan informasi saat ini perlu kita waspadai. Pasalnya tidak hanya berita benar yang berkeliaran di media, yang bersifat negatif pun merajai media, baik media massa atau media sosial.

Apabila kita menelan mentah - mentah isi informasi tersebut, bisa berakibat fatal. Kesalahan dalam menerima bahkan mencerna informasi akan melahirkan pemahaman yang salah. Pemahaman ini akan mempengaruhi reaksi kita selanjutnya atas peristiwa yang telah terjadi.

Sebagaimana beberapa hari ini, media sosial seperti Facebook, IG dan WA sengaja shutdown demi meminimalisir berita "hoax". Bagi yang percaya akan mendukung. Tapi yang lainnya akan mempertanyakan mengapa dilakukan? Padahal saat itu ada kondisi yang perlu selalu di-update. Hasilnya kita merasa susah untuk update informasi terkini.

Mungkin hanya televisi yang menjadi sumber informasi. Namun, sangat disayangkan penayangan berita lebih menggiring ke satu opini dengan memihak salah satu kubu. Sebagai contoh peristiwa 22 Mei 2019. Opini dari media massa kini telah merasuki masyarakat dengan menyalahkan kubu lainnya. Walaupun ada masyarakat yang tidak  termakan isu, tapi jumlahnya sedikit.

Kondisi semacam ini sangat membahayakan, masyarakat akan terpengaruh dengan isu negatif. Mereka akan bertindak sesuai pemahaman. Akhirnya masyarakat terpecah belah. Saling membenci tanpa mengetahui hakikat kebenarannya. Justru inilah yang menyenangkan musuh sebenarnya. Mereka akan bersorak sorai, melanjutkan agenda berikutnya untuk mengalahkan kita. Oleh karena itu, penting sekali bagi kita menjaga dan memilih dahulu berita yang masuk. Agar kita tak mudah terpedaya.

Islam mengajarkan ketika kita menerima berita terlebih dahulu harus tabayun kebenarannya. Setelah kita mengetahui kebenaran berita itu, barulah Islam membolehkan untuk menyiarkannya. Islam pun melarang kita saling mencurigai, berprasangka buruk tanpa mengetahui bukti yang ada. Sehingga merupakan kewajiban bagi kita berhati - hati dalam menerima informasi.

"Orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu." (QS. Al Hujurat : 6)

Seyogyanya, sebagai penguasa informasi lembaga komunikasi dapat memberikan andil yang besar. Sebagai corong kebenaran dengan tidak memihak salah satu kubu. Demikian pula media masa maupun media sosial juga memiliki independensi posisi sebagai penyampai informasi. Agar masyarakat memiliki opini umum yang positif.

*Penulis adalah Aktivis Muslimah Ngawi, Founder Komunitas Menulis Kreatif.

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version