View Full Version
Ahad, 23 Jun 2019

Tinta dan Pena, Bisakah Menjadi Jalan Perubahan?

Oleh: Desi Ratna Wulan Sari

Manusia tidak akan pernah lepas dari rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu yang akan membuat tentram hati dan memuaskan akal bagi manusia. Kemanakah informasi akan ilmu tersebut dapat dicari? Manusia sejak awal dilahirkan menerima informasi dan ilmu pengetahuan dari keluarga terdekatnya yaitu Ayah dan Ibu. Semakin beranjak dewasa lingkungan pun menjadi tambahan informasi bagi dirinya.  

Sejatinya kita pun menyadari bahwa informasi dan ilmu yang kita cari adalah yang diridhoi Allah SWT. Sejak masa Rasulullah SAW, para Sahabat dan alim ulama mencari ilmu demi kemaslahatan umat di dunia dan akhirat. Apa yang mereka lakukan? Salah satunya adalah menyebarkan ilmu yang mereka miliki  dengan tinta dan pena. Dengan alat tersebut mereka "menulis" segala informasi akan ilmu pengetahuan dan sejarah tentang peradaban di berbagai belahan dunia.

Allah SWT berfirman:

Dia yang mengajar (manusia) dengan pena, Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya. Q.S. al ‘Alaq (96): 4 5.

Kedua ayat pendek di atas menyatakan satu kebenaran tak terbantahkan. Kebenaran yang sangat jelas, praktis, dan dapat dibuktikan. Kalam, atau tulisan, merupakan sumber pengetahuan.

Melalui tulisan kita tidak hanya bisa mengungkapkan apa yang kita ketahui, tetapi juga mempelajari apa yang tidak kita ketahui sebelumnya, baik tentang diri kita maupun tentang dunia, baik di masa lalu maupun saat ini. Dengan menulis dan melalui tulisan kita dapat menyingkap dan mengungkapkan kekuatan kreatif yang tersembunyi dalam diri kita. Dengan menulis kita dapat mengembangkan kekuatan intuisi dan imajinasi, dan sekaligus menciptakan perspektif baru.

Jalan menuju perubahan terus berjalan seiring perubahan waktu hingga hari ini. Kekuatan menulis merupakan senjata bagi orang-orang pintar untuk membuat perubahan bagi individu, kelompok, masyarakat bahkan Negara sekalipun. Maka jangan anggap remeh kekuatan seorang penulis yang memiliki pandangan ideologis yang sesuai dengan kalamullah, mengungkapkan kebenaran akan hukum yang telah diterapkan Allah kepada manusia. Dan menjadi jalan pengingat umat dalam beranal makruf nahi mungkar. Membongkar kedzaliman para penguasa yang lalai dan tidak amanah sekalipun. Maka yang dapat mengakomodasi semua kebutuhan tersebut bagi seorang penulis adalah pengetahuan yang datangnya dari Allah, yaitu Islam rahmatan lil alaamiin.

Islam sebagai Jalan Perubahan

Islam mengingatkan dengan jelas, bahwa orang-orang yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya hingga beberapa derajat lebih tinggi. Sejatinya petunjuk al Qur'an ditangkap sebagai konsep perubahan menyeluruh terhadap tatanan kehidupan baik pada tataran individu, kelompok, dan bahkan bangsa secara keseluruhan. Maka upaya mewujudkan kehidupan masyarakat adil, makmur, damai, dan sejahtera dapat diwujudkan.

Islam sebagai pembawa perubahan yaitu dari zaman kegelapan, penuh tipu muslihat, penindasan, ketidak-adilan, masyarakat barbar, kemudian menjadi zaman terang, masyarakat yang dipenuhi dengan suasana damai, adil, kebersamaan, saling mencintai dan kasih sayang, serta beradab. Para salaful solih, alim ulama dan cendekiawan muslim ikut berkobtribusi melalui dakwahnya baik secara lisan maupun tulisan dalam proses perubahan tersebut.

Sayang, sinyal di dalam al Qur'an itu tidak ditangkap secara tepat. Akibatnya, umat Islam di mana-mana masih tertinggal dari umat lainnya yang telah menguasai terlebih dahulu ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemampuan berkreatifitas. Sehingga kebangkitan umat harus terus dilakukan, menjadi umat terdepan dalam kegemilangan Islam.

Sosok manusia-manusia yang cerdas dan berilmu tergambarkan dalam perilaku dan kebijakan mereka ketika mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan. Sekumpulan ilmu pengetahuan yang tertulis dalam kitab-kitab hadis, fiqih dan buku penguat tsaqofah islamiyah merupakan warisan umat yang tidak akan pernah hilang ditelan waktu.

Hingga hari ini umat Islam masih dapat menikmati ilmu pengetahuan melalui tulisan di berbagai media yang berkembang, dibantu teknologi modern. Tak ada yang membedakan penulis di masa Rasulullah dengan penulis saat ini.  Mereka sama-sama memegang sebagai acuan menulis mereka adalah Al Quran dan Hadis.

Maka tugas kita, jangan sampai tidak menyampaikan satu pesan, nasihat, pengingat kepada sesama umat. Ketika kita memiliki ilmu walau hanya sedikit, adalah kewajiban kita untuk dapat menyampaikannya, khususnya dengan tulisan yang dapat menggerakkan hati manusia dalam proses perubahan nenjadi umat yang lebih baik lagi.

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً

“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)

Pesan emas seorang pejuang tinta ini pun menjadi motivasi luar biasa dalam memantapkan kesadaran umat untuk terus berjuang demi kemaslahatan.

"Orang yang berilmu wajib menulis;  jika tidak, maka orang bodoh yang akan menyebarkan kesesatan." (Asri Supatmiati).

Wallahu a'lam bishawab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version