View Full Version
Rabu, 26 Jun 2019

Syawal Menyapa, Istiqomah Tetap Menyala

Oleh : Arum Mujahidah (Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban)

Hampir setengah bulan, ramadhan berlalu meninggalkan kita. Banyak kenangan manis yang telah kita habiskan sebulan bersama bulan yang mulia itu. Sebagai insan yang beriman, moment ramadhan pastinya dijadikan untuk memperbanyak amal kebaikan.

Karena dalam bulan ini pahala begitu dilipat gandakan dan dosa diampuni. Di bulan mulia ini kaum muslimin ditempa dengan amalan puasa , juga berbagai jenis ibadah lainnya seperti shalat  sunnah, sedekah, dan sejenisnya.

Buah dari amalan puasa selama sebulan ini tidak lain lain adalah taqwa. Seperti yang disebutkan di akhir surat Al baqarah ayat 183, “.....agar kalian bertaqwa”. Ya, taqwa sebuah  karakter yang menuntut ketaatan totalitas seorang hamba kepada Tuhannya. Ketaatan yang paripurna dalam seluruh perbuatannya.

Setidaknya, adanya ketaqwaan  ini bisa kita indikasikan dengan terus berlangsungnya amalan-amalan yang dulu pernah dilakukan dalam bulan Ramadhan. Tidak hanya ibadah wajib, ibadah sunnah juga terus dihidupkan. Terutama, dibulan Syawal terdapat ibadah puasa enam hari. Yang apabila puasa ramadhan diteruskan dengan puasa enam hari bulan Syawal pahalanya diibaratkan seperti puasa satu tahun.

Hal itu disebutkan dalam hadits Abu Ayyub Al-Anshari r.a., Nabi Saw.,

مَنْصَامَرَمَضَانَثُمَّأَتْبَعَهُسِتًّامِنْشَوَّالٍكَانَكَصِيَامِالدَّهْرِ

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim, no. 1164).

Tentu dalam menjaga ketaqwaan ini  perlu berbagai upaya. Karena jika bulan ramadhan, lingkungan seakan mendukung kita untuk berbuat ketaatan. Akan tetapi, tidak dengan bulan selain ramadhan.

Yang pertama, selalu mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala (Taqarrub illallah). Berusahalah selalu menjaga hubungan kita dengan Allah dalam berbagai hal. Upayakan kualitas dan kuantitas ibadah haruslah sama seperti saat Ramadhan. Jika tidak sama persis, paling tidak Istiqomah dalam melakukan ketaatan selalu dijaga baik dalam ibadah wajib maupun sunah.  Begitupun, dalam sikap dan lisan, berusahalah selalu libatkan Allah di setiap saatnya.

Kedua, memahami ilmu agama. Karena sesungguhnya jika Allah menghendaki kebaikan pada seseorang, maka akan dimudahkan baginya dalam menahami ilmu agama. Luangkanlah waktu untuk mengkaji islam, ilmu yang akan menuntun kita pada ketaatan. Jadwalkanlah dihari-hari kita untuk membaca buku Islam, menghadiri majelis ilmu atau bahkan lebih khusus mencari guru  untuk memahamkan kita tentang Islam yang sesungguhnya. Logikanya, bagaimana mungkin ketaatan akan terjaga jika kita tidak mengerti ilmunya?

Ketiga, senantiasa berkumpul dengan orang-orang soleh.  Merekalah sebaik-baik sahabat dunia dan akhirat. Karena sahabat sejati itu yang apabila bersamanya membuat kita ingat kepada Allah dan itu hanya ada pada diri orang-orang yang Soleh.

Berkumpul dengan mereka membuat kita terkondisikan untuk selalu berada pada interaksi yang disukai oleh Allah. Kesolehan yang dimiliki oleh mereka akan memancar kepada diri kita.

Oleh karenanya, ketika Syawal menyapa, taat harus tetap menyala. Karena dengan taat inilah bekal kita menuju JannahNya. Dan sebenar-benarnya ketaatan adalah ketika kita menerapkan aturanNya untuk mengatur seluruh aspek kehidupan kita.


latestnews

View Full Version