Oleh:
Agnes Ummu Afifah
Dokter umum di sebuah klinik perusahaan swasta
AKHIRNYA pasangan artis korea yang heboh itu pun resmi mengumumkan bercerai. Bagi penggemar drakor, siapa yang tak kenal dengan Song Song Couple. Sejak beradu akting sebagai pasangan kekasih romantis di salah satu drakor pada tahun 2016 silam, pasangan ini sukses mengalihkan dunia per-drakor-an. Berkat chemistry mereka yang sangat kental, Song Joong-Ki dan Song Hye-Kyo sanggup menghipnotis penonton. Tak aneh jika akhirnya drama ini diam-diam dijadikan impian terindah para remaja dalam kehidupan percintaan mereka kelak.
Uniknya, Song Song Couple mendapat banyak dukungan untuk menjalin kisah cinta di kehidupan nyata. Harapan penggemar terkabul, kedua idola mereka benar-benar menjadi kekasih hingga menikah. Pernikahannya meski sederhana tapi sangat viral. Menghebohkan sosial media, terutama siapa lagi kalau bukan pecinta drakor. Ucapan selamat dan turut berbahagia menghiasai komentar setiap halaman berita pernikahan mereka.
Namun, harapan tinggal harapan. Belum genap dua tahun, Song Song Couple memilih cerai. Mengakhiri kehidupan pernikahan yang sebenarnya. Bukan lagi sekedar dalam drama. Seakan mendung di atas kepala, banyak penikmat drakor jatuh dalam kepedihan duka. Rasa duka yang konon katanya sangat mendalam. Kecewa yang tak bisa dilukiskan seberapa besarnya. Dunia entertaiment kembali gempar. Siang dan malam hanya berisi berita pernikahan sang artis yang bubar. Semuanya sibuk menerka, apa gerangan penyebabnya. Tapi keputusan sudah dibuat, keduanya telah bersepakat berpisah.
Sobat remaja, biarlah mereka memutuskan perjalanan hidupnya. Meski terdengar pedih dan mengecewakan sekalipun, kehidupan mereka tetap hanya mereka yang tahu. Bagi kita, mari menjadikan peristiwa ini salah satu pelajaran penting. Setidaknya sobat remaja mulai bisa memahami, ternyata kehidupan nyata itu tak seindah drama korea. Keromantisan pasangan yang seakan tak mungkin terpisah bukan suatu hal yang nyata, melainkan hanya kecerdasan penulis skenario drama untuk membuai penonton. Memikat rasa tertarik sehingga dramanya terjual laris manis. Boleh jadi dalam drama tokoh wanitanya berperan begitu lembut, sangat manja, tak pernah marah meski tersakiti, dan senantiasa memaafkan. Tapi ingat, itu hanya skenario. Seorang aktor korea biasanya digambarkan sebagai sosok yang tampan rupawan tanpa cela, tak jarang dilengkapi dengan kecerdasan di atas rata-rata, semakin sempurna dengan sikap super romantis yang dilakukannya pada sang kekasih. Seakan tak punya rasa tersinggung, ego, mereka biasanya mengalah demi kebahagiaan pasangannya. Benar-benar sosok lelaki pujaan hati dan calon suami sejati. Benarkah demikian nyatanya? Belum tentu. Lagi-lagi, alur cerita nyata kehidupan tak bisa dikendalikan menjadi seindah alur drama.
Kegagalan pernikah Song Song Couple memberi gambaran, tidak ada kehidupan seseorang yang sempurna. Bisa dilihat dari kacamata dunia, keduanya telah memenuhi syarat untuk bahagia selama-lamanya. Happily ever after. Masing-masing memiliki rupa yang harus diakui good looking, tanpa cela. Song Joong-Ki tidak akan mengeluhkan soal daster lusuh sang istri maupun perihal bau dapur yang terus melekat padanya. Setiap saat disuguhkan wajah jelita pasangan tentu suatu kebahagiaan. Masalah uang belanja, bisa dipastikan mereka tidak perlu pusing memikirkan uang dari mana untuk bayar kontrakan, listrik, air, dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Bahkan mungkin masih lebih dari cukup untuk beberapa turunan. Karir masih sangat menjanjikan, mengingat betapa nama keduanya masih menempati posisi spesial di hati pecinta drakor. Lalu apa yang menjadi masalah sehingga pernikahan mereka berakhir menyedihkan seperti itu.
Sobat remaja ketahuilah, pernikahan itu bukan sekedar urusan bahagia dan bersenang-senang. Melainkan perkara komitmen. Islam menjadikan pernikahan sebagai ibadah terpanjang. Sejak ijab qobul terucap, maka sejak itu pulalah suami istri tercatat sedang beribadah. Selama keduanya tetap dalam ikatan suci tersebut. Luar biasa. Maka menikah bukan sekedar mencari kebahagiaan. Lebih penting dari itu, demi menggenapkan separuh agama. Mencari keridloan Allah dalam seluruh skema kehidupan dua insan yang berkomitmen mengikat janji.
Sebagai salah satu fragmen kehidupan, pernikahan pasti mencicipi rasa sedih, kecewa, marah, gelisah, khawatir, tapi juga tentu ada rasa bahagia terselip di sana. Dua karakter manusia yang memiliki banyak perbedaan, bukan hal mudah untuk dipadukan dalam menjalani rumah tangga. Masing-masing memiliki ego, kepentingan, kebutuhan, kegemaran, kebiasaan yang bisa jadi tidak sama satu sama lain. Jika tetap ngotot untuk memenuhi semuanya, yang terjadi adalah kehancuran bukan keharmonisan.
Taukah sobat, sekadar cara mengambil baju dalam lemari pun bisa menjadi bahan perselisihan. Yang satu tipe super perfect, pasangannya tipe cuek. Tidak ada yang mau mengalah? Ya jadilah, usia pernikahannya hanya seumur peyek. Garing sebentar, melempem kemudian. Terlebih hidup di era Kapitalisme seperti sekarang, semuanya serba dinilai dengan duit. Kebutuhan rumah tangga melonjak, tak akan pernah selesai jika hanya mengandalkan cinta. Rumah tangga butuh listrik, air, beras, ikan. Semuanya tak bisa dibeli dengan cinta. Apalagi sekedar senyum manis nan romantis dari suami yang tampan dan sikap manja menggemaskan dari istri yang jelita. It's impossible. Wajar saja, penyebab kasus perceraian banyak bersumber dari masalah ekonomi.
Begitulah, kasus perceraian dua superstar korea ini membuktikan bahwa pernikahan adalah proses yang tidak mudah. Tapi akan bisa dijalani jika dua orang yang hendak menikah setidaknya memiliki kesamaan visi dalam menjalani kehidupan. Siap memegang komitmen. Wajah yang tampan dan cantik, harta yang melimpah, dan kepopuleran ternyata bukan segalanya yang bisa menjamin bahagianya sebuah pernikahan. Melainkan jika seorang lelaki telah siap mengikat janji pada wali sang wanita, serta pada Allah untuk menjadi imam dalam rumah tangganya, dengan segala konsekuensi tanggung jawab di dalamnya.
Dan jika seorang wanita telah siap menerima janji calon suaminya, siap berada dalam kepemimpinan orang yang sebelumnya masih asing baginya, berikut segala konsekuensi tanggung jawab di dalamnya. Keduanya telah berbekal ilmu ke-rumah tangga-an dan siap menyatukan visi kehidupan. Merekalah yang benar-benar siap memasuki gerbang pernikahan. Sebuah babak baru yang akan dijalani bersama orang-orang yang juga baru, otomatis membawa karakter-karakter baru. Dengan satu harapan, kelak inilah yang akan menghantarkan keduanya serta para keturunannya menuju Jannah. Wallahu’alam.*