Oleh: Natasya
Sobat voa-islam yang dirahmati Allah, kali ini yuk kita ngobrolin tentang pelopor. Apa itu pelopor? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pelopor berarti yang berjalan terdahulu atau yang berjalan di depan. Jadi bahasa gampangnya itu seperti seorang pemimpin. Nah, pemimpin inilah yang akan menentukan bagaimana langkah-langkah ke depannya. Seorang pelopor biasanya akan memulai suatu tindakan atau mencetuskan ide-ide yang brilian sehingga membuat orang-orang di sekitarnya mengikutinya. Dia akan memulai sesuatu, membuat perubahan pada sekitarnya, bahkan pada dunia.
Pelopor dibagi dua:
Nabi Muhammad adalah salah satu contoh pelopor yang memimpin pada hal yang baik. Nabi Muhammad adalah pemimpin yang terbaik, dan akhlaknya paling mulia sehingga beliau menjadi panutan bagi seluruh umat manusia. Bisa kita lihat bagaimana dunia ini mengalami perubahan dari yang dahulunya mangalami masa kejahiliyaan, menjadi dunia yang bersinar dengan adanya Islam yang diperjuangkan oleh beliau.
Di dalam kehidupan sehari-hari, kita juga bisa menjadi pelopor untuk lingkungan sekitar kita. Contohnya seperti kita mengajak teman-teman kita shalat tepat waktu padahal sebelumnya mereka belum pernah shalat. Lalu kita mencontohkan bagaimana indahnya berbagi terhadap sesama.
Memang hal ini merupakan hal kecil, tidak sebanding dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad. Setidaknya kita berhasil menjadi pelopor dalam kebaikan. Dan yang utama adalah nilai di hadapan Allah. Insya Allah sangatlah besar pahalanya. Karena menjadi pelopor itu bukanlah hal yang mudah, loh. Butuh mental yang kuat. Banyak cobaannya, nggak mulus, pasti ada aja yang mencemooh, nggak mau nerima dan lain-lain. Tapi tetap mencoba, dan berusaha untuk menjadi pelopor. Siapa tahu ada yang dapat hidayah karena ajakan-ajakan kita itu, kan? Jadi dicoba aja dulu, dijalanin aja dulu, pasrahkan semuanya sama Allah.
Adolf Hitler merupakan salah satu contoh pelopor dalam hal keburukan. Dia adalah orang yang melopori kedzaliman terhadap manusia. Demi ambisi kekuasaan, dia rela membunuh jutaan manusia. Saking kejamnya pemimpin yang satu ini, sampai-sampai bangsa Eropa sekalipun tidak menyukai dia. Waduh, jangan sampai, ya, kita menjadi seorang pelopor yang dibenci oleh masyarakat. Aamiin.
Tapi gimana kalau di lingkungan kita ada pelopor yang menyeru pada keburukan? Wah, ini nggak bisa terus-terusan dibiarin, teman-teman. Bagaimanapun juga, hal ini harus diberantas. Jangan sampai orang-orang yang awalnya tidak memiliki tabiat buruk malah jadi terpengaruh oleh pelopor keburukan ini. Makanya kita, sebagai seseorang yang sadar akan pentingnya menjadi pelopor dalam kebaikan, harus berpikir dan bertindak bagaimana mengatasi masalah ini. Kalau nggak ada yang menindaki, bisa-bisa kita juga kena batunya alias kena buruknya juga, teman-teman. Nggak mau, kan, ya? Nggak mau banget jadi pengekor yang begituan!
Apa itu pengekor? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengekor berarti orang yang suka mengikuti atau menganut pendapat (tingkah laku dan sebagainya). Itu pilihan kita mau jadi seorang pengekor atau mau jadi seorang pelopor. Kalaupun mau jadi seorang pengekor dalam kebaikan, itu, sih, oke aja asal nggak jadi pengekor dalam keburukan apalagi sampai jadi pelopor dalam keburukan. Tapi kalau bisa jadi pelopor dalam kebaikan, kenapa nggak?
Jadi kesimpulannya bagaimana, dong? Seharusnya generasi muda Indonesia berada di terdepan untuk menawarkan berbagai macam hal yang berbau kreatifitas dan memikirkan lebih dahulu baik buruknya. Jangan hanya menjadi pengekor budaya barat, budaya korea, dan lain sebagainya yang tidak baik. Ambil yang baik-baiknya saja, yang buruk dibuang, kalau mau jadi seorang pengekor, ya. Tapi kalau pelopor, jadilah pelopor yang baik dan berani yang mengajak banyak orang kearah perbaikan yang lebih baik lagi. Setuju, oke? Siapkan dirimu untuk menjadi seorang pelopor yang baik dan berani! (rf/voa-islam.com)