Oleh : Dila Retta
Perkembangan zaman, tak dapat lepas dari perkembangan teknologi digital. Saat ini zaman semakin canggih, segalanya dapat ditemukan hanya melalui layar 5 inci. Sudah tak bisa dipungkiri, hampir semua orang di dunia ini, telah terpaku pada ponsel yang muat di saku.
Dampak positifnya, segala hal dapat dijangkau dengan mudah, hanya dengan sekali sentuhan saja. Tapi dari segi lain, berbagai masalah besar turut muncul ke permukaan.
Baru-baru ini, sebuah kasus terjadi di Indonesia. Belasan remaja, telah menjadi pasien Rumah Sakit Jiwa, akibat kecanduan gawai di tangannya.
Selama satu bulan terakhir, Rumah Sakit Marzoeki Mahdi (RSMM) di Kota Bogor, Jawa Barat (Jabar) menangani belasan orang anak yang mengalami gangguan kejiwaan akibat kecanduan bermain gawai (gadget). Hal ini dikutip dari inews.id pada Sabtu (19/10/2019).
Berkaitan dengan fenomena tersebut, siapa yang akan disalahkan? Orang tua tentunya. Karena dengan alasan kasihan, takut sang anak tak dapat mengikuti perkembangan zaman, fasilitas gadget dengan akses kuota internet mereka berikan, tanpa memberikan pemahaman untuk apa hal itu digunakan.
Padahal sangat jelas perintah dalam Al-Qur'an, untuk menjaga keluarga dari api neraka. Allah Ta'ala berfirman : "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu..." [QS.At-Tahrim:6]
Tapi kenapa, hanya demi alasan mengikuti perkembangan zaman, kita biarkan mereka semua terjebak dalam kesesatan? Kita biarkan mereka menjelajahi dunia maya tanpa batasan. Mengakses berbagai hal tanpa rasa takut akan pertanggungjawaban.
Mengapa gawai bisa menyebabkan gangguan kejiwaan?
Hal ini bisa terjadi karena, jika terlalu sering terpaku pada dunia maya, seseorang dapat kehilangan kontrol akan dirinya. Mereka kesulitan untuk mengendali perilaku dan emosi. Hal inilah yang dapat memicu terjadinya skizofrenia.
Skizofrenia adalah gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang. Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Gejala tersebut merupakan gejala dari psikosis, yaitu kondisi di mana penderitanya kesulitan membedakan kenyataan dengan pikirannya sendiri.
Berdasarkan WHO, diperkirakan lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia menderita skizofrenia. Penderita skizofrenia juga berisiko 2-3 kali lebih tinggi mengalami kematian di usia muda. Di samping itu, setengah penderita skizofrenia diketahui juga menderita gangguan mental lain, seperti penyalahgunaan NAPZA, depresi, dan gangguan kecemasan. (alodokter.com)
Lalu bagaimana cara mengatasinya?
Bijaklah dalam pemakaian dan batasilah waktu penggunaan. Sebagai seorang muslim, hendaknya kita menerapkan apa yang memang menjadi pedoman dalam kehidupan (Al-Qur'an dan Hadist).
Telah disebutkan dalam sebuah riwayat hadist, Rasulullah Shalallahu'alaihi Wa Sallam bersabda : "Di antara tanda kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat" [HR. Tirmidzi no. 2317 dan Ibnu Majah no. 3976]
Pun dalam Al-Qur'an telah disebutkan, Allah berfirman : "Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan." [QS.Al Isro’ : 26-27]
Dengan menghambur-hamburkan uang untuk membeli kuota internet, dan menggunakannya untuk melihat hal-hal yang tidak bermanfaat, bukankah hal tersebut juga termasuk pemborosan?
Ingatlah, Rasulullah Shalallahu'alaihi Wa Sallam pernah bersabda : "Ada dua nikmat yang banyak manusia tidak bisa memanfaatkan dengan baik, yaitu nikmat sehat dan waktu luang." [HR. Bukhari no. 6412]
Tapi mengapa kita masih menyia-nyiakan waktu, hanya untuk terpaku pada layar sentuh? Betapa sering diri ini, menunda kewajiban hanya karena scroll berita yang sedang viral?
Tak takutkah diri ini, dengan peringatan dari-Nya yang telah tertulis dalam Al-Qur'an? Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman : "Kemudian kamu pasti akan ditanya tentang kenikmatan (yang kamu bermegah-megahan di dunia itu)." [QS. At-Takaatsur : 8]. Wallahu'alam bishawab. (rf/voa-islam.com)