Oleh:
Siti Humairoh, Mahasiswi STEI SEBI
SEBAGAI manusia yang telah melihat dunia melalui jendela mata ini, kita menganggap bahwa kehidupan kita masih sangatlah lama. Tak perduli dengan aturan-aturan agama yang telah mengajarkan, menuntun, hingga memberikan kita petunjuk dalam kehidupan ini. Kita masih saja senang dengan hal-hal yang belum kita capai. Masih ingin ikut trensi masa kinilah, ingin ikut tren ini lah, tren itulah, ikut gaul kesana kemari, hingga lupa pada ajaran-ajaran positif yang sejak kecil sudah tertanam hingga lupa bahwa kita akan mati.
Kita mash sibuk dengan urusan duniawi hingga takut rasanya jika kita akan meninggal dalam waktu dekat ini. Bukankah kita tidak tahu kapan jiwa-jiwa ini akan kembali kepada sang pemiliknya? Bukankah semua agama telah memberikan kabar tentang kematian?
Syarat bertaubat bukanlah menunggu menjadi tua terlebih dahulu, bukan pula menunggu menjadi seseorang yang paling merasa tak ada harapannya lagi baru bertaubat. Syarat taubat tak menunggu mu sakit parah baru kau bertaubat, syarat taubat hanyalah niat mu yang tulus untuk kembali ke dalam jalur yang lurus sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Sahl bin Abdullah At-Tasatturi berkata, “Tobat adalah mengganti gerakan-gerakan yang tercela dengan gerakan-gerakan yang terpuji. Hal itu tidak dapat terealisasi kecuali melalui meditasi, sikap diam, dan mengonsumsi makanan yang halal.”
Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata, “Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?’ Rasulullah menjawab, ‘Yang paling baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.’ (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. Syaikh Al Albaniy dalam Shahih Ibnu Majah 2/419 berkata : hadits hasan).
Dalam riwayat lain di katakan bahwa malaikat maut melihat setiap manusia di setiap harinya sebanyak 70x.
إِنَّ مَلَكَ الْمَوْتِ لَيَنْظُرُ فِي وُجُوهِ الْعِبَادِ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعِينَ نَظْرَةً، فَإِذَا ضَحِكَ الْعَبْدُ بَعَثَ إِلَيْهِ يَقُولُ: يَا عَجَبَاهُ بُعِثْتُ إِلَيْهِ لأَقْبِضَ رُوحَهُ وَهُوَ يَضْحَكُ
“Sesungguhnya malaikat maut benar-benar melihat pada wajah-wajah para hamba setiap hari 70 kali. Apabila seorang hamba tertawa, maka ia akan mengutus dan berkata, ‘Betapa mengherankannya. Aku diutus kepadanya untuk mencabut nyawanya, sedangkan ia malah tertawa’.”
Maka dari itu bertaubatlah, selagi kita bisa bertaubat, sebelum Allah SWT menutup pintu taubat untuk para hamba-Nya. Karena sesungguhnya Allah lebih menyukai perbuatan taubat dan orang yang menyucikan dirinya. Seperti dalam surah Al-Baqarah ayat 22 “Sungguh, Allah menyukai orang yang bertaubat dan menyukai orang yang menyucikan diri.” Dan di ayat-ayat lainnya yang menjelaskan tentang keutamaan bertaubat. Allah memberikan kabar kepada hambanya melalui kalam-Nya yang mulia yakni Al-Quran, disebutkan bahwa perbuatan taubat adalah perbuatan yang disukai oleh Allah dan merupakan keberuntungan bagi mereka yang bertaubat.
Wahai manusia, janganlah terperdaya oleh dunia yang kita huni sekarang ini. Karena dunia adalah hal fana yang begitu nyata, jika engkau mengejarnya engkau tak akan pernah merasa puas atas apa yang engkau perjuangkan. Namun, perbanyaklah ingat kematian yang jelas akan menghampiri setiap manusia yang tidak tahu kapan datangnya, namun saat ajal datang taka da yang bisa menolak atau memintanya untuk mundur kembali. Yuk segera taubat!Wallahu’alam bisshawab.*