Oleh:
Ana Nazahah
Pemerhati Remaja, Revowriter Aceh
SAHABAT Voa, apa kabar bacaan Qurannya? Udah khatam berapa kali neh? Atau jangan-jangan masih di Albaqarah aja? Wah, kalah dong sama ibu-ibu pengajian di kampung penulis. Mamak penulis saja udah khatam satu kali, sekarang menuju khatam yang kedua, lho.
Ada banyak sekali keutamaan membaca Al-Quran di bulan Ramadhan, dan karenanya setiap pribadi Muslim berlomba-lomba mengkhatamkan Al-Quran, bahkan rela bergadang, mengurangi jatah tidurnya, demi mencapai target membaca Al-Quran hingga khatam.
Tapi, ada banyak pula yang karena ingin mencapai target akhirnya terburu-buru membaca Al-Quran. Balapan gitu cara bacanya. Sampe makhrojul hurufnya dan tajwidnya berantakan. Padahal Allah SWT memerintahkan kita membaca Al-Quran pelan-pelan, dengan tartil. Sebagaimana Firmannya :
تَرْتِيلا الْقُرْآنَ وَرَتِّلِ
“Dan bacalah Al-Quran itu dengan tartil.” (QS. Al Muzzammil: 4)
Tartil menurut arti kata yaitu perlahan-lahan. Dalam Tafsir Ibnu Katsir, tartil berarti membaca sesuai dengan hukum tajwid, secara perlahan-lahan dengan baik dan benar karena itu bisa membantu untuk memahami dan mentadabburi maknanya.
Rasulullah Salallahualai wasallam bersabda :
اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
“Bacalah, telitilah, dan tartilkan sebagaimana kamu dahulu di dunia mentartilkannya, karena kedudukanmu berada di akhir ayat yang engkau baca.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Jadi, Alquran dibaca tartil itu demi membantu kita memahami dan mentadaburinya. Aktivitas itu disebut tadarus. Dan makna yang paling penting dari tadarus Al-Quran sendiri adalah mengerti apa-apa yang kita baca, perintah hukumnya dan kemudian kita praktikkan dalam kehidupan.
Dan itulah hakikat dari tujuan Al-Quran diturunkan. Menjadi hudallinnas. Yaitu petunjuk hidup bagi umat manusia. Sebagaimana Firmannya:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (al-Baqarah :185).
Nah, semakin jelaskan? Hakikat pentingnya membaca al-Quran di bulan Ramadhan, bukan hanya sekedar khatam. Ayat di atas menerangkan bahwasanya Al- Quran adalah petunjuk dan pembeda antara yang hak dan batil. Lantas bagaimana kita bisa memahami bacaan dan menjadikan Al-Quran sebagai penuntun, jika membacanya terburu-buru, demi sekedar khatam?
So, sahabat Voa! Ayo, kita perbaiki lagi bacaan Quran kita. Sembari pelan-pelan ditadaburi maknanya. Sehingga setelah Ramadham kita bisa terlahir kembali sebagai jiwa-jiwa yang Qurani. Yang menjadikan Al-Quran sebagai pedoman dalam kehidupan. Wallahualam.*