Oleh:
Kak Eni Mu’ta S.Si
Praktisi Pendidikan dan Admin Komunitas Remaja MY Community
SUDAH hampir tiga bulan belajar di rumah, gabut guyss. Rasanya kangen banget pingin masuk sekolah. Ketemu teman-teman, belajar bersama di kelas, nongkrong di kantin pada jam istirahat, cengingisan berbagi cerita, kadang main kejar-kejaran, duh....kangen banget suasana ini. Kapan ya masuk sekolah?
Di rumah, emang sih boleh pegang HP alasan belajar bisa berselancar di dunia maya. Tapi, saat sinyal susah, jaringan lemot, pelajaran susah dipahami karena minim penjelasan dari guru, kuota internet cepet habis, gak ada uang buat beli kuota rasanya nyesek banget. Ternyata kelamaan di rumah juga bikin bosan. Kapan masuk sekolah?
Saat mendengar berita sekolah bakal di buka kembali pertengan juli nanti, rasanya senang banget. Saat yang dinanti-nanti bisa kumpul bersama teman-teman akan segera datang. Tapi, ada rasa was-was juga. Berita tingginya kasus Corona masih terjadi di negeri ini. Terlebih di Jawa Timur yang kini menduduki peringkat pertama mengalahkan Jakarta. Gimana nanti sekolahnya?
Rajin cuci tangan. Jaga jarak 1,5 meter sama teman. Gak ada pinjam-meminjam barang sama teman. Gak berbagi makanan sama teman. Tempat duduk berjarak 1.5 meter dengan yang lainnya. Tak ada kontak fisik dengan teman. Aahh... Apa iya bisa dilakukan? Gimana jika ada teman yang resek dan meremehkan aturan? Bukankah sekarang juga banyak OTG (Orang Tanpa Gejala) sepertinya baik-baik saja tapi pembawa virus. Kondisi ini lebih berat daripada beratnya menanggung rindu pingin belajar di sekolah. Sedih kan rasanya.
Bapak dan Ibu guru apakah juga bisa full mendampingi di dalam kelas, memantau anak-anak baik saat belajar maupun jam istirahat sekolah? Padahal tugas Bapak dan Ibu guru juga banyak. Dalam kondisi normal tanpa wabah saja beliau harus mencurahkan pikiran dan tenaga untuk mendidik anak-anak di sekolah, apalagi dengan kondisi seperti ini, akan semakin berat tugasnya.
Korea Selatan (Korsel), negara yang terkenal dengan para oppa-oppanya, oupss... sistem pendidikannya juga ternyata kondisinya miris setelah sekolah dibuka kembali. Lebih dari 800 sekolah di Korsel kembali dibuka, namun hanya sehari kemudian ada 79 kasus baru Covid-19. Prancis, Finlandia, dan Inggris yang terkenal dengan sistem kesehatannya baik dan membuka sekolah dengan persiapan yang matang dan protokol kesehatan ketat ternyata mengalami nasib yang sama seperti Korsel.
Cukuplah kejadian tersebut menjadi pelajaran bagi negeri ini. Tidak buru-buru membuka sekolah karena wabah belum reda. Demikian juga himbauan yang diberikan oleh Ketua IDAI( Ikatan Dokter Anak Indonesia). dr. Aman Pulungan mengatakan, "Pendidikan memang merupakan hak anak. Namun ditengah pandemi covid-19 yang masih bergejolak, sebaiknya proses belajar mengajar di sekolah di tunda dulu." (cnbnindonesia.com/31/5/2020)
Senada dengan hal itu, Komisioner KPAI Retno Listyarti meminta pemerintah untuk menimbang dan mengkaji kembali terkait pembukaan sekolah. Hal ini untuk menghindari penyebaran virus atau terjadi klaster baru di sekolah. (m.liputan6.com/23/5/2020)
Sekarang, di Surabaya saja sudah terdapat 127 kasus anak rentang usia 0-14 tahun yang terinfeksi covid-19.(m.kumparan.com/1/6/2020). Menurut IDAI angka kematian anak akibat Covid-19 di Indonesia cukup tinggi, bahkan termasuk tertinggi di ASEAN. Jika sekolah kembali di buka memungkinkan akan terjadi lonjakan kasus kedua, kata dr. Aman. Sungguh menakutkan jika demikian.
Kembali ke sekolah "bersama Corona?" Oh no!. Lebih baik belajar dulu dirumah dengan berbagai lika-liku yang ada. Harus bersabar menahan rindu daripada mengorbankan jiwa dari ancaman Corona. Kenapa korona gak hilang-hilang bikin hidup menderita saja. Semua sudah menjadi suratan takdir. Tentu terjadi bukan tanpa sebab. Manusia sudah kelewat batas, maka Allah datangkan peringatan agar ingat akan kuasa-Nya. Menerima takdir bukan berarti pasrah pada keadaan. Ikhtiar butuh dilakukan agar wabah ini segera berakhir.
Semoga pemerintah mendengarkan dan menjadikan rujukan apa yang disampaikan oleh IDAI, KPAI, dan beberapa aspirasi dari wali murid terkait rencana kembali ke sekolah di pertengahan bulan Juli ini. Jangan biarkan anak-anak menjadi korban intaian Corona. Karena anak-anak adalah aset masa depan negara. Negara yang kuat terletak pada anak bangsanya yang sehat. Allahu ‘alam bis showab.*