Oleh:
Sandhi Indrati || Anggota Tim Komunitas Muslimah Menulis Depok
MASIH ingatkah seorang komika milenial yang dengan lantang berani mengungkap keanehan kasus penyidik KPK Novel Baswedan yang sempat viral beberapa waktu lalu di medsos? Bintang Emon namanya. Tentu bagi yang suka berselancar di dunia maya pasti tak asing lagi.
Bintang Emon adalah sosok pemuda yang kritis terhadap keadaan negeri ini. Di usia 24 tahun, ia sudah peka terhadap karut marut hukum di negeri ini dan berani menyampaikan kritiknya di media sosial pribadinya.Di akun medsosnya, Bintang Emon menyampaikan penilaiannya walaupun penuh risiko, dia berani mengungkap kejanggalan tersebut. Tentunya, seorang pemuda harus berani menyampaikan pendapat yang benar tentang keadaan yang sedang terjadi.
Tapi, di sisi lain, banyak pula pemuda dan pemudi yang tidak peduli dengan kondisi negeri ini, malah menambah beban saja. Seperti kasus yang dialami artis dengan inisial HH. Di usianya yang baru 23 tahun, HH sudah terpapar gaya hidup hedonisme. Ia rela menjadi 'wanita panggilan' demi memenuhi tuntutan ala remaja masa kini. Dengan bergelimang barang mewah yang bermerk tapi sangat disayangkan didapat dari hasil pekerjaan yang haram.
Yang dialami HH ini, merupakan salah satu kasus dari sekian banyak kasus yang mencuat ke permukaan. Sebagian besar dari mereka malah terbuai dengan kenikmatan fana kehidupan, peredaran narkoba bahkan lebih menyukai budaya asing selain Islam melalui musik dan film. Mereka pun merasa enggan mempelajari agama Islam ataupun ilmu pengetahuan. Tanpa disadari mereka tumbuh dan berkembang dalam ideologi kapitalisme terbungkus manis oleh kemasan liberalisme pergaulan, gaya hidup hedonisme serta pemikiran sekularisme.
Padahal, pemuda sejatinya adalah generasi andalan pengisi peradaban, kuantitas serta eksistensinya tidak bisa diabaikan begitu saja dalam sebuah negara. Sejak dahulu, sejarah mengatakan pemuda adalah pelaku yang dahsyat jika ingin membangun ataupun menghancurkan sebuah peradaban.
Peranan pemuda bagi kegemilangan peradaban Islam di masa Rasulullah hingga masa kepemimpinan para khalifah (para pemimpin setelah Rasulullah wafat) sangatlah berarti. Dulu, para pemuda memanfaatkan seluruh potensi yang telah Allah anugerahkan kepada mereka untuk semakin melejitkan Islam sebagai suatu ideologi agung yang terbukti selama hampir 1400 tahun menguasai kurang lebih dua pertiga wilayah bumi ini dengan menyebarkan kesejahteraan bagi semua makhluk hidup.
Islam terbukti telah melahirkan pemuda pemudi high quality yang berorientasi dunia akhirat. Tentu saja karena mereka menjadikan Islam sebagai pedoman dan tuntunan hidup manusia yang lengkap dan menyeluruh.
Ali bin Abi Thalib, salah satunya. Beliau mengucapkan syahadat di usianya yang masih kecil, menjadi orang kedua (setelah Khadijah r.a) serta laki laki pertama yang mengakui kenabian Rasulullah Muhammad SAW. Ali bin Abi Thalib adalah seorang pemuda yang sangat cerdas dan pemberani. Masa remajanya dihabiskan untuk mengikuti majelis ilmu Rasulullah SAW. Beliau ahli dalam bidang pertempuran, pakar hukum, ahli tafsir, serta intelektual di zamannya.
Pemuda Islam yang sangat hebat lainnya salah satunya adalah Sultan Muhammad al Fatih yang merupakan putra dari Sultan Murad II. Walaupun al Fatih putra seorang pemimpin besar, tidak menjadikannya lalai terbuai dalam fasilitas hidup. Saat usianya 21 tahun, ia sudah menguasai enam bahasa dan dikenal sebagai ahli dalam bidang militer, ilmu pengetahuan, matematika, tata negara juga bangsawan yang sangat disegani di masanya hingga kepemimpinannya dikenal secara luas di bumi ini bahkan hingga saat ini.
Muhammad al Fatih adalah penakluk kota konstantinopel yang didirikan kaisar Romawi. Dengan kecakapannya dan ketundukannya terhadap syariat Islam, menjadikannya seorang pemimpin besar yang memberikan sejarah gemilang bagi Islam.
Begitulah, Islam terbukti mampu melahirkan generasi milenial visioner di berbagai bidang ilmu. Patuh terhadap syariat Islam sebagai pedoman hidup menjadikan usia muda mereka sangat bermakna. Sudah saatnya pemuda Islam masa kini memaksimalkan potensi yang ada sebagai manusia makhluk sempurna yang Allah ciptakan yang akan menjadi pemimpin di masa depan.
Sepantasnya pemuda Islam saat ini meneladani dan mengidolakan pemuda Islam di masa keemasan Islam yang dahulu, sehingga memacu semangat dalam mengisi masa muda menjadi penuh makna dan manfaat bagi Islam. Seperti yang diungkapkan dalam hadits berikut. Dari Ibnu 'Abbas ra, Rasulullah SAW pernah menasihati seseorang, "Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara. Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu. Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu. Masa luangmu sebelum datang masa sibukku. Masa kayamu sebelum datang masa fakirmu. Hidupmu sebelum datang matimu." (HR Al Hakim).*