Oleh: Fatimah Azzahra, S. Pd
"Maraknya budaya K-Pop diharapkan juga dapat menginspirasi munculnya kreativitas anak muda Indonesia dalam berkreasi dan mengenalkan keragaman budaya Indonesia ke luar negeri," kata Ma'ruf Amin di acara Peringatan 100 Tahun Kedatangan Warga Korea di Indonesia melalui konferensi video, dalam keterangan tertulisnya. (20/9, detik.com)
Pernyataan yang sangat mengejutkan masyarakat. Bukan apa-apa, pasalnya yang menyampaikan pernyataan ini adalah seorang Kiyai, ulama, yang dinilai masyakarat paham agama. Seorang kiyai mendorong dan mengapresiasi budaya K-Pop untuk dijadikan panutan bagi anak muda Indonesia, pantaskah?
Terang Gelap Dunia Korea Selatan
Betul, dilihat dari sisi kemajuan pendidikan, sains dan teknologi, negara Ginseng jauh lebih maju dari Indonesia. Taraf berpikir penduduknya pun berbeda. Kala di sini masa kuliah masih galau memikirkan pekerjaan, mahasiswa disana sudah memikirkan perubahan apa yang akan ia lakukan tuk dunia.
Betul juga para pelaku industri K-Pop bergelimang harta. Tak hanya itu, popularitas dalam jangkauan dunia pun didapatkan. Bahkan Arab saja sampai mengadakan konser K-Pop, subhanallah. Pantas bila devisa negaranya mengalir deras dari transfer korean wave ini.
Namun, bak mercusuar, bercahaya di atas tapi gulita di bagian bawah. Ya, jangan tutup mata pada sisi gelap industri K-Pop. Ada perjudian, narkoba, prostitusi. Salah satu contohnya kasus yang menimpa Seung Ri eks Big Bang. Prostitusi, pelecehan, dan kekerasan seksual terjadi dalam dunia K-Pop.
Sulli eks f(x), Go Hara eks KARA, Jonghyun Shinee hanya sedikit nama K-Pop Idol yang kini sudah tiada karena depresi yang diderita. Lee Eun Joo, salah seorang aktris Korea juga melakukan bunuh diri karena serangan depresi, penyakit mental yang parah, dan menderita insomnia karena adegan telanjang yang harus dia lakukan dalam drama. Salah satu aktris yang bermain di drama Boys Before Flower, Jang Ja Yeon pun melakukan bunuh diri. Sebelum bunuh diri, ia menceritakan bahwa dirinya telah menjadi korban pelecehan seksual oleh 31 pria selama satu tahun. Dan masih banyak lagi kasus bunuh diri yang dilakukan oleh para pelaku industri hiburan korea.
Menurut WHO, angka bunuh diri di Korea Selatan merupakan salah satu yang tertinggi. Korea Selatan berada di peringkat 10, dan pada 2012 bunuh diri merupakan penyumbang kematian tertinggi keempat di Korea Selatan. Di balik romantisme, keceriaan, dan paras menawan para artisnya, dunia entertainment Korea Selatan ternyata menyimpan banyak sisi kelam.
Korea, Pantaskah jadi Panutan?
Lantas inikah yang harus dijadikan panutan bagi kita? Inikah yang dibanggakan demi kucuran materi bagi para pelaku industrinya juga negara? Tak adakah alternatif lain tuk ditiru?
Mari rehat sejenak. Lihat kembali siapa diri kita. Kita adalah muslim. Makhluk Allah swt yang bersaksi tiada Tuhan selain Nya. Makhluk yang bersaksi bahwa Muhammad saw adalah utusan Nya.
Bukankah sudah sering kita dengar bahwa Muhammad saw adalah sebaik-baik teladan? Bahkan Allah abadikan dalam kitab Nya.
"Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi siapa saja yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Akhir dan dia banyak mengingat Allah" (TQS al-Ahzab [33]: 21).
Bukankah kita akan dihisab atas apa yang kita lakukan di dunia ini? Allah akan meminta pertanggungjawaban atas semua yang kita lakukan dan tidak kita lakukan. Allah pun akan bertanya pada kita kala kita memilih budaya Korea daripada budaya yang diturunkan melalui Rasul yang mulia. Allah akan bertanya kenapa berapi-api mengikuti budaya korea tapi malas dan enggan mengikuti apa yang Rasul bawa. Astagfirullah.
Ingat kembali dengan identitas kita sebagai muslim. Sudah seharusnya bagi kita untuk menjadikan Islam sebagai gaya hidup, cara pandang, landasan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Sudah seharusnya pula kita yang menjadi duta Islam. Menyebarkan Islam yang rahmatan lil alamin ke seluruh dunia. Islam adalah sistem yang benar, karena ia sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan menentramkan hati. Dan Allah sudah mendesain manusia untuk cenderung pada kebenaran, cenderung pada Islam. Jadi, tak perlulah kita cari panutan lain selain Rasulullah, para sahabat yang dijamin surga dan orang-orang beriman setelahnya. Tak perlu pula kita mencari life style lain selain islam yang datang dari Rabb semesta alam.
Islam dengan sistem ekonominya mengatur banyak kas pemasukan negara. Tak perlu cemas kekurangan dana dalam menjalankan negara. Bahkan, pada masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz yang wilayah negaranya sudah sampai ke tanduk Afrika, tak ada satu pun rakyatnya yang berhak mendapatkan zakat. Semua rakyatnya jadi pembayar zakat. Masyaallah.
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS: Al-A’raf [7]: 96. Wallahu'alam bish shawab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google