Oleh:
Ernadaa Rasyidah || Pengamat Generasi
DEMAM K-Pop melanda negeri ini. Mulai dari anak-anak, remaja hingga emak-emak seolah tersihir dengan segala yang berbau Korea. Mulai dari K-drama, lifestyle, girband dan boybandnya. Suguhan "eye catching" yang ditampilkan, mulai dari wajah rupawan, body ideal, kulit mulus, dan penampilan yang menarik, acapkali terlihat sempurna di mata penggemar.
Korean Wave atau Hallyu Wave sendiri secara definisi adalah sebutan bagi kebudayaan atau pop culture yang berasal dari Korea Selatan. Orang-orang di perkenalkan budaya Korea melalui musik, film, drama, makanan, fashion, lifestyle dan lainnya. Budaya Kpop sudah menjamur, bahkan Indonesia salah satu penikmatnya. Banyak sekali brand-brand terkenal yang menjadikan Idol K-Pop sebagai brand ambassador produknya karena mereka paham kawula muda sedang "mabuk" K-Pop.
Baru-baru ini, wapres mendorong anak negeri mencontoh Korea dalam berkreatifitas. Bahkan menjadikan mereka sebagai role mode yang bisa menginspirasi generasi. Benarkah bahwa Korean Wave ini layak di copy paste?, mengingat banyaknya angka kasus bunuh diri, perceraian, pergaulan bebas, gaya hidup hedon dan banyak lagi yang menjadi gambaran riil life style ala Korea.
Sebelum lebih jauh, mari sama-sama kita telisik lebih mendalam, karena di balik industri kreatif yang disuguhkan bahkan di ekspor ke seluruh negeri-negeri, tidak terkecuali Indonesai tentu saja menghasilkan devisa yang sangat besar bagi negara mereka. Korean Wave sendiri juga memperlihatkan budaya permisif dan liberal yang menjadi ciri khasnya. Korean Wave menampilkan budaya yang sangat jauh berbeda dengan budaya timur Idonesia, tampilan yang senantiasa terbuka, ditambah gerakan vulgar, seolah menunjukkan bahwa eksploitasi tubuh adalah hal yang wajar. Sekaligus mengkonfirmasi bahwa nilai mereka tidak lebih pada tampilan fisik semata.
Korean Wave sedikit banyak telah berkontribusi melahirkan generasi muslim yang kehilangan jati diri dan identitasnya. Bahkan menjadi rahasia umum, melalui perantara film, musik maupun drama menjadi sarana efektif menjebak generasi untuk membebak budaya mereka. Lifestyle para aktor dan aktris yang mengenalkan kepada para penggemar solusi instan dalam menghadapi permasalahan dengan meneggak miras atau narkoba. Bahkan acapkali menjadikan bunuh diri dianggap bagian dari solusi. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi generasi, apalgi tidak memiliki benteng iman yang cukup untuk memfilter budaya yang seharusnya mereka ambil atau tinggalkan. Alhasil, bukannya menginspirasi dalam kebaikan, malah menjerumuskan generasi.
Sudah seharusnya generasi muslim didorong menguasai dan mempromosikan ajaran Islam, bangga mengkampanyekannya agar menjadi sumber life style global. Kita tidak kurang sosok teladan yang nyata dan terbukti menginspirasi. Sebut saja Sultan Muhammad Al-Fatih yang mampu menaklukkan konstantinopel diusia 21 tahun, ada juga seorang pemuda yang tampan bernama Mush'ab bin Umair yang bahkan di usianya yang sangat belia sudah mampu mengemban amanah dakwah menjadi duta pertama Islam di Madinah.
Atau Usamah bin Zaid, yang mendapatkankan gelar panglima perang termuda rasulullah, usianya ketika itu baru menginjak 18 tahun, namun telah dipercayakan mengemban tugas sebagai panglima perang kaum muslimin, dan tentu banyak lagi para pemuda yang memiliki kontribusi besar untuk peradaban yang dibangun berdasarkan aqidah Islam. Inilah yang layak menginspirasi kaula muda, karena mereka mampu mengembalikan posisi dan fungsi vital seorang pemuda sebagai generasi agent of change bukan generasi "bucin" atau generasi "halu" yang menjadi sasaran empuk budaya luar.
Korean Wave sendiri bisa menjadi industri global karena tidak lepas dari support system negaranya, pemerintah Korea Selatan telah menyiapkan dana besar dan serius dalam memajukan industri musik Korsel dan hari ini terbukti K-Wave digemari para pemuda hampir di seluruh dunia. Maka untuk menghentikan pengaruh buruk dari K-Wave tadi juga diperlukan support system dari negara. Negara dan pemerintah seharusnya menjadi perisai yang melindungi generasi agar tidak terinfeksi oleh budaya rusak dan merusak. Bukan " malah memberikan ruang dan memandang dari aspek materi saja untuk dijadikan sebagai inspirasi.
Islam memandang bahwa generasi muda adalah aset peradaban. Di tangan merekalah estafet keemimpinan ini akan dititipkan. Maka islam melalui sistem kehidupan yang mendasar dan menyeluruh sangat memperhatikan laju perkembangan generasi. Orientasi negara yang berlandaskan akidah Islam akan menjadikan mereka sebagai pemuda yang mufakkirun siyyasiyun, fakih fiddin, dan terdepan dalam sainstek. Tak terbersit adanya keinginan negara menjadikan mereka aset ekonomi apalagi menjadikan mereka menjadi generasi "halu".
Maka dalam mewujudkan inspirasi bagi generasi muda tidak perlu mencari jauh, hingga meniru budaya kufur. Cukup dengan menjadikan Islam sebagai inspirasi terbaik. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
“Aku tinggalkan untuk kamu sekalian dua hal. Jika kalian mau berpegang teguh kepadanya niscaya kamu sekalian tidak akan sesat selama-lamanya, dua hal itu adalah kitab Allah (al-qur’an) dan sunnah Rasul-Nya. (HR Imam Malik).
Tak ada satu pun kebaikan yang datang dari selain Islam. Karena Islam itu tinggi dan tidak ada yang menyaigi ketinggiannya. Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu tinggi dan tidak ada yang melebihi ketinggiannya.” (Hadist Hasan riwayat Ar-Rawiyani, Ad-Daruquthni).
Alhasil, referensi sebagai muslim tentu berbeda dengan selainnya. Mulai dari cara makan, berbusana, hingga cara pandang tentang kehidupan pun tidak sama. Jika mereka tidak percaya hisab dan dosa, sehingga bebas menjalani kehidupan dengan menghalalkan segala cara. Sebagai muslim tentu meyakini, bahwa kehidupan dunia ini fana, akan ada hisab untuk mempertangging jawabkan segala pilihan kita di dunia, menuju kehidupan abadi.
Sehingga standar baik dan buruk tidak ditentukan manusia. Akal yang lemah akan menghantarkan standar nilai yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, wajib menyandarkan standar baik dan buruk pada Sang Pemilik manusia. Allah SWT telah menurunkan Alquran dan mengutus Rasulullah Saw agar umat manusia bisa menjalankan kehidupan sesuai fitrah.
Tentunya support system seperti ini hanya bisa terwujud dengan adanya sebuah institusi yang menjadikan Islam sebagai asasnya. Tak ada bentuk pemerintahan lain selain sistem pemerintahan Islam yang menjadikan standar baik dan buruk hanyalah dari Allah SWT. Dengan penerapan syariat kaffah oleh negara, generasi akan terjaga. Generasi muslim tidak butuh "Korean Wave" melainkan “Islam Wave” di tengah kehidupan umat manusia. Wallahu'alam bi shawwab.*