Oleh: Ashaima Va
Pernah dengar istilah Generasi X, Y, atau Z? Lembaga penelitian dan media populer di Amrik sana, kerap menamai tiap generasi berdasarkan karakteristiknya. Generasi X, Y, Z didahului oleh baby boomer pada tahun 60-an, saat banyak bayi lahir pasca Perang Dunia ke-2. Pada tahun 70-an generasi X lahir ditandai dengan berkembangnya teknologi audio visual. Berikutnya lahir generasi Y, generasi Milenial adalah julukan bagi generasi ini. Lahir pada tahun 80-an sampai 90-an generasi ini berpikiran lebih terbuka dan terhubung lintas ruang dengan diperkenalkannya internet. Generasi milenial sudah expired masa remajanya maka kini eksistensinya sedikit demi sedikit tergantikan oleh generasi Z atau Zoomer.
Buat kamu-kamu yang lahir tahun 1995-2010an, maka kamu termasuk Generasi Zoomer. Generasi Zoomer lahir saat internet dan kecerdasan buatan telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Dengan attention span yang pendek generasi ini lebih menyukai sesuatu yang ringkas dan simple. Contohnya saja platform berbagi video yang lebih diminati generasi ini adalah Tik Tok. Tik Tok memberikan fitur beragam dengan durasi video yang singkat.
Generasi X, Y, Z adalah generasi yang memiliki masa keemasan masing-masing. Punya problematika yang berbeda-beda pula. Kalau dulu, generasi X ingin terkenal mesti merintis jalan menjadi artis yang konon katanya terjal dan berliku. Berbeda pula dengan generasi Y, ajang pencarian bakat di televisi menjamur. Menjadikan jalan pintas bagi yang ingin terkenal dengan menjadi artis dengan instan. Bagaimana dengan Generasi Z? Tak sesulit generasi pendahulunya, menjadi viral dan terkenal menjadi sangat mudah. Cukup dengan eksis di sosial media semisal instagram, youtube, atau Tik Tok dan memiliki banyak follower maka popularitas ada di genggaman.
Tapi tahu nggak, sih, zaman boleh berbeda, kecanggihan teknologi juga semakin melesat jauh dari tiap dasawarsa, namun problematika remaja nggak berubah cuma itu-itu saja. Pasalnya Allah menciptakan manusia sepaket dengan segala kebutuhan jasmani dan naluri yang melekat dalam dirinya. Sehingga dalam kesehariannya remaja berusaha memenuhi segala kebutuhan jasmani dan nalurinya. Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan alami yang harus dipenuhi. Makan, minum, tidur, sampai buang hajat. Sedangkan naluri atau gharizah manusia terdiri dari;
Tak hanya remaja saja, tiap manusia dalam kesehariannya beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan naluri-nalurinya. Ini akan menjadi problematika saat dipenuhi dengan cara yang tidak sahih. So, sebagai remaja yang katanya sedang dalam pencarian jati diri, maka problematika mereka tidak jauh-jauh dari pemenuhan naluri untuk eksis dan naluri untuk menyukai lawan jenis. Ini semua menjadi problematika saat dipenuhi dengan bermaksiat pada Allah SWT.
Untuk naluri menyukai lawan jenis kamu-kamu sudah paham ya tidak boleh dipenuhi dengan pacaran. Hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, apa pun generasinya hanya halal dipenuhi dengan pernikahan. Nah, bagaimana dengan pemenuhan naluri untuk eksis? Ini yang akan kita bahas lebih lanjut.
Keinginan untuk viral dan populer adalah bagian dari pemenuhan naluri mempertahankan diri. Apakah keinginan itu salah? Tidak jika kita menjadi viral dan populer tanpa melanggar aturan Allah SWT. Namun jika kita menjadi viral dan terkenal dengan melanggar batas-batas aturan Allah itu yang salah. Namun sayangnya remaja muslim saat ini lebih memilih cara-cara tidak sahih hanya agar menjadi viral.
Tengok saja fenomena Tik Tok, aplikasi berbagi video ini booming. Segala macam musik dan goyangan menjadi tren di aplikasi ini. Secara ilmu pengetahuan Tik Tok memang produk teknologi, tapi secara pemanfaatan banyak cacat yang dihadirkan aplikasi ini. Bagi seorang muslimah Tik Tok sungguh merusak keiffahan saat video yang diunggah tidak mengindahkan syari'ah. Berapa banyak muslimah berkerudung yang viral di Tik Tok, cantik dan atraktif namun sayang mereka bertabaruj atau berpose menggoda. Atau yang lebih parah melakukan goyangan-goyangan yang merusak keiffahan seorang muslimah.
Tak hanya Tik Tok, menjadi viral juga bisa ditempuh melalui aplikasi Instagram dan YouTube. Asal punya follower jutaan, kita sudah bisa jadi celebgram dan youtuber panutan. Menjadi viral dan populer namun melanggar aturan Allah maka yang kita tebarkan adalah keburukan. Yang akan kita peroleh adalah dosa jariah. Dosa yang mengalir terus saat orang yang terinspirasi keburukan kita meneruskan keburukan tersebut pada orang lain.
Maka sebagai remaja muslim kamu mesti memahami rambu-rambu yang sudah Allah kasih buat menuntun kita saat memenuhi kebutuhan jasmani dan memenuhi tuntutan nurani-nurani yang kita miliki. Apa saja rambu-rambu yang mesti kita patuhi agar aktivitas kita tidak jatuh pada dosa, diantaranya yaitu:
So, jadilah generasi Z yang bertakwa. Keren itu adalah saat mendahulukan rida Allah di atas segalanya. Kalau follower kebaikan mengalahkan follower keburukan maka syiar Islam akan bisa menyebar di kalangan muda. Sedikit demi sedikit apa yang kamu lakukan memberi kontribusi dalam memperbaiki moral anak muda yang kini tergerus. Gimana, siap untuk memulai? Tentu dong, bismillah! (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google