Oleh: Desi Wulan Sari, M.,Si.
Banyak permasalahan pelik yang dihadapi dunia pendidikan saat ini. Lembaga pendidikan sekolah formal dan non formal telah berpindah lokasi dari belajar di sekolah menjadi belajar di rumah. Pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud telah mengeluarkan kebijakan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) pada setiap lembaga pendidikan. Adapun sarana pendukung pembelajaran yang digunakan berupa teknologi, seperti internet, gadget HP, komputer, dan aplikasi lainnya ditanggung oleh keluarga masing-masing siswa.
Pandemi, dijadikan alasan berubahnya pola kehidupan masyarakat. Perubahan pola pendidikan dan pengajaran bagi anak didik juga tidak terkecuali. Munculnya sesuatu yang baru di dalam masyarakat, jelas memunculkan satu permasalahan tersendiri. Kebijakan PJJ memunculkan sekian problem yang perlu dicarikan jalan keluarnya.
Problematika Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
Serah terima dari sekolah ke orang tua di rumah menjadi babak baru bagi para orang tua. Mereka menjadi punya tugas tambahan sebagai guru pengajar, pendamping dan penyedia fasilitas pendidikan sang anak. Faktanya, banyak masalah yang dihadapi oleh orang tua dan siswa didik dalam mengikuti PJJ Kala pandemi ini.
Dampak yang dihadapi pun beragam efeknya, baik dari segi psikologis, maupun akademisnya. Media-media cetak dan online banyak memberitakan kasus-kasus yang terjadi yang berdampak pada pembelajaran PJJ. Dari masalah yang ringan bahkan sampai yang ekstrim sekalipun. Inilah beberapa masalah yang muncul dari masyarakat terkait Pembelajaran Jarak Jauh, diantaranya:
1. Adanya keterbatasan gawai, kuota, dan sinyal yang terbatas dalam belajar daring.
2.Stress akibat ketidakmampuan anak-anak menerima perubahan pola pendidikan yang baru ini.
3. Terjadi upaya menyakiti diri pada anak anak didik, seperti bunuh diri, putus sekolah, dsb.
4. Menjadi korban kekerasan rumah tangga di rumah. Akibat ketidaksiapan orang tua menghadapi perubahan pola pendidikan ini.
5. Beban ekonomi orang tua yang semakin membengkak, akibat sekolah daring karena harus menyiapkan ekstra membeli kuota dan gawai yang mendukung pembelajaran, sednagkan ekonomi sedang tidak kondusif di masa pandemi.
6. Tidak ada take and give learning dari seorang anak didik kepada gurunya, begitu pun sebaliknya.
7. Kecemasan orang tua pada anak anaknya akibat pembelajaran daring, setelah usai belajar, akan semakin banyak berinteraksi dengan gawai dan dunia maa.
Mengapa masalah-masalah di atas dapat terjadi dan munculnya begitu cepat, hingga menjadi sorotan dan perhatian masyarakat saat ini? Karena ketika kita hidup dalam sebuah sistem yang tidak menyiapkan pendidikan sebaik mungkin, maka dipastikan hal tersebut di atas lah yang akan terjadi. Inilah sistem kapitalis yang digunakan negara dalam mengurus umat manusia, rakyatnya, yang tidak lebih dari sebuah prosedural dari sebuah kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya.
Negara dengan kebijakan yang hanya berfokus pada modal kapital, tidaklah mungkin sampai menyentuh pada tatanan pembentukan individu yang memiliki karakter cemerlang dan mampu menciptakan kesejahteraan rakyat. Karena pembinan karakter di dalam pembelajaran akidah agama harus dipisahkan dalam seluruh kehidupan manusia dari kehidupan sosial, politik, ekonomi, dsb. Itulah sistem sekulerisme buah lahir dari sistem kapitalisme yang ada saat ini.
Lantas, siapakah yang mampu menyelesaikan masalah pendidikan di atas? Sistem apa lagi yang harus digunakan dalam meraih sebuah kesuksesan pendidikan dalam membentuk karakter bangsa yang didambakan?
Bercermin pada Metode Terbaik
Pembelajaran atau pendidikan selalu menjadi prioritas utama dalam sistem Islam. Karena sistem Islam menjadikan pendidikan, kesehatan, keamanan, sandang, pangan dan papan menjadi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh negara.
Seperti halnya pendidikan, dalam sistem Islam setiap kegiatan harus memiliki tujuan, sasaran dan target yang jelas. sebagaimana Allah mensyariatkan aturan guna mewujudkan kesempurnaan, kemaslahatan, dan kebahagiaan umat manusia.
Pendidikan juga menuntut terwujudnya program berjenjang melalui peningkatan kegiatan pembelajaran selaras dengan perkembangan anak. Sehingga peran seorang pendidik harus sesuai dengan tujuan Allah dalam menciptakannya.
Siapakah pendidik yang dimaksud tersebut? Ibu, sebagai madrasatul ula dalam kehidupan seorang anak. Sejak dalam masa kandungannya, setelah lahir, hingga usia dini, Ibu dan Ayahnyalah yang bertanggung jawab memberikan pengajaran kepada anak sesuai dengan pendidikan yang diajarkan Rasulullah Saw.
Setelah usia semakin bertambah, tugas orang tua menyediakan seorang guru pendidik terbaik bagi sang anak. Atau bahkan mengirimkan sang anak ke tempat-tempat pendidikan yang disediakan negara atau Daulah Islam, lengkap dengan fasilitas pendidikan, sarana mondok, jaminan kebutuhan sehari-hari seperti makan, minum, pakaian, kesehatan yang diberikan secara gratis bagi setiap anak-anak yang menempuh pendidikan. Setelah pembentukan karakter, akhlak, akidah dan perkembangan pemikiran yang matang, barulah persiapan jenjang berikutnya difasilitasi oleh negara sebagai bagian dari tanggung jawabnya mendidik umat.
Di situlah mereka mulai belajar tentang ilmu teknologi, ilmu pengetahuan umum, kesehatan, perbintangan, dan penemuan-penemuan baru yang dikembangkan dengan tujuan bagi kemaslahatn umat manusia. Di bawah ini adalah sebagian dari para ilmuwan dan cendekiawan muslim terbesar yang pernah ada, dan menyumbangkan ilmu pengetahuannya pada dunia:
-Ilmuwan yang bernama lengkap Muhammad Ibn Musa Al Khawarizmi ini bekerja di Baitul Hikmah di Bagdad. Di sana berbagai ilmu Ia pelajari, seperti matematika dan astronomi. Bahkan ia menjadi pimpinan perpustakaan milik khalifah.
- Ibnu Al-Haitham, menjadi salah satu tokoh Islam yang berpengaruh di dunia teknologi. Ilmuwanini menciptakan teknologi optik yang saat digunakan pada perangkat kamera.Teknologi temuan Ibnu Al-Haitham menginspirasi Rogen Bacon dan Kepler untuk menciptakan mikroskop dan teleskop.
- Abbas Bin Firnas, Ilmuwan muslim ini merupakan orang pertama di dunia yang membuat konstruksi alat yang bisa terbang. Pada abad ke-9, Abbas Bin Firnas menciptakan sebuah alat terbang bersayap menyerupai burung dan berhasil menerbangkannya di Cordoba, Spanyol.
- Al Battani merupakan seorang astronom yang berhasil menemukan hitungan dalam satu tahun terdapat 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Pria dengan nama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Jabir ibn Sinan ar-Raqqi al-Harrani as-Sabi al-Battani ini juga menemukan sejumlah persamaan trigonometri.
Nama-nama di atas hanya sebagian kecil dari generasi dengan metode pembelajaran terbaik sepanjang sejarah umat manusia. Dan sejatinya, patutlah menjadi contoh dalam pelaksanaannya. Metode pendidikan seperti ini tentu dapat terwujud jika sistem pemerintahan yang digunakan adalah sistem Islam. Tidak ada pemisahan antara kehidupan dengan agama. Semua adalah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan agar tercapai tujuan hidup yang makmur dan sejahtera. Wallahu a’lam bishawab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google