Oleh:
Albayyinah Putri, ST || Alumni Politeknik Negeri Jakarta
BARU-BARU ini jargon harta, tahta, wanita mulai viral di media sosial. Sebenarnya diawali dari pemberitaan tentang salah satu Chef wanita Indonesia yang punya visual dan cara memasak yang luar biasa. Dari situ muncul jargon-jargon turunannya seperti harta, tahta, nilai A untuk para anak kuliahan. Harta, tahta, kamu, sampai dengan harta, tahta, oppa yang bisa digunakan para fans idol Korea.
Zaman sekarang, harta, tahta, wanita atau harta tahta dan sosok seseorang yang penting bagi kita, menjadi indikator kebahagiaan setiap orang dan juga bisa menjadi motivasi hidupnya ataupun penyemangat hidupnya.
Dikutip dari hot.detik.com (04/06/11) ribuan fans salah satu boyband Korea yang datang ke Indonesia kecewa dan menangis karena idolanya berhasil lolos tanpa pengetahuan mereka yang menunggu di bandara. Selain itu, dari republika.co.id (27/09/20) ada sekelompok grup boyband Korea, belum saja memulai debutnya berhasil membuat para fansnya histeris. Kerumunan para fansnya di Korea membuat para artis ini ketakutan dan menangis. Keinginan melihat, menyentuh atau tindakan yang lainnya mengakibatkan para idola tersebut diserbu oleh fansnya.
Dari beberapa fakta tersebut kita bisa melihat, bagamana generasi sekarang begitu memuja para idolanya. Sebagai catatan, kejadian ini sesungguhnya tidak hanya terjadi kepada idola Korea saja. Pernah beberapa kali artis luar negeri lainnya atau pemain bola atau atlet oleh raga apapun, bisa dijadikan sebagai idola oleh orang-orang di zaman sekarang.
Selain gambaran sosok idola, harta, dan tahta juga menjadi fenomena kebahagiaan yang tak terelakan. Kepemilikan atas uang yang banyak dan kekuasaan yang tinggi, saat ini menjadi hal yang diinginkan dan dibanggakan banyak orang. Dengan adanya uang, setiap orang bisa melakukan dan membeli apapun yang ia sukai. Bahkan banyak orang yang tidak memperhatikan kehalalan atau manfaat dari suatu barang tersebut.
Sedangkan kekuasaan yang tinggi membuat orang lupa terhadap apa yang dia punya, padahal apa yang kita miliki saat ini adalah titipan dari Allah SWT. Memiliki kekuasaan saat ini bukan dimanfaatkan pada hal-hal yang berguna bagi umat, namun malah memanfaatkan segala sesuatunya demi kepentingan pribadinya. Padahal, kekuasaan merupakan amanah dari Allah SWT untuk kita dan bisa digunakan untuk memperbaiki tatanan kehidupan umat saat ini jika menggunakan cara yang benar.
Prinsip hidup atas dasar materi, entah itu uang atau kekuasaan atau sosok idola membuat kita lupa bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini semuanya sudah dijamin oleh Yang Maha Kuasa. Banyak orang kaya atau orang yang banyak uang, masih selalu merasa tidak cukup. Hidupnya tidak tenang, hatinya resah, ataupun galau di setiap saatnya, yang pada akhirnya bisa berujung pada depresi sampai dengan bunuh diri. Hal tersebut karena hatinya dan hidupnya hanya terfokus pada harta atau materi yang ia miliki bukan fokus pada Zat yang sudah memberikan dia kecukupan.
Fenomena anak muda saat ini tidak sedikit yang begitu menggilai artis, idol, model, selebgram, youtubers, atau yang lainnya, baik dalam maupun luar negeri. Semua dijadikan sebagai indikator kebahagiaan mereka. Dengan adanya para idol tersebut, mereka bisa terhibur, termotivasi dan menjadi lebih bersemangat dalam menjalani hidup serta aktivitas mereka. Banyak dari anak-anak muda yang insecure, depresi ataupun terintimidasi dalam lingkungannya, namun motivasi para idol dan artislah yang bisa membangkitkan semangat dan rasa percaya diri mereka.
“Oppa menjadi sumber motivasiku”, “Oppa yang paling mengerti aku”, “Oppa adalah sumber kebahagiaanku”, “karena Oppa hidupku lebih berarti” dan lain sebagainya. Sehingga hidupnya terpaku pada seorang hamba, yang sebenarnya juga manusia biasa sama seperti dirinya. Padahal di balik itu semua, sesungguhnya ada Zat luar biasa yang menciptakan manusia dengan kesempurnaan dengan akal, perasaan atau naluri dan kebutuhan yang kita rasakan setiap saatnya. Hal tersebut merupakan bukti kebesaran Sang Pencipta yaitu Allah SWT.
Sadar atau tidak, kejadian seperti ini akan terus tumbuh subur karena sistem kehidupan yang dianut saat ini adalah sistem kapitali sekuler, yang melahirkan paham liberalisme. Semua fokus pada materi, ibadah hanya seputar shalat, puasa, zakat dan haji, kehidupan sehari-hari terpisah dari perkara-perkara ibadah. Sistem ini menyebabkan generasi muda terus dihantam dengan budaya-budaya asing, hal ini tidak dihindarkan juga bagi kalangan pemuda Muslim. Mereka lebih familiar dengan budaya asing daripada identitasnya sebagai Muslim. Bahkan menjadikannya sebagai sumber kebahagiaan. Memisahkan agama dengan kehidupan menyebabkan standar baik dan buruk bukan lagi sudut padang Allah SWT, melainkan semua berdasarkan sudut pandang pribadi dan nafsu pribadi.
Berbeda halnya jika Islam yang dijadikan sistem pada hari ini, akan sangat berbeda dengan kapitalis-sekuler, karena orientasi setiap individu adalah ketakwaannya kepada Allah SWT. Harta, kekuasaan ataupun pasangan kita bukanlah menjadi hal yang lebih penting lagi dari Allah SWT, karena semua yang ada di dunia ini hanyalah titipan dari Allah, yang fungsinya bisa kita manfaatkan untuk menyokong ibadah kita kepada Allah SWT, bukan untuk kita kuasai sendiri demi memuaskan nafsu kita.
Kebahagiaan tidak bisa ditentukan dengan harta atau setinggi apa kekuasaan kita dan atau artis siapa yang paling memotivasi hidup kita. Kebahagiaan itu diberikan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang Ia kehendaki, seperti yang tertera pada firman Allah SWT: “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang Mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al- Fath: 4)
Sesungguhnya orang-orang yang mencintai dunia adalah orang-orang yang merugi, karena kecintaan terhadap dunia tidak akan bisa menolong kita di akhirat kelak, kecuali hanya amal perbuatan kita. Maka, kebahagiaan sesungguhnya adalah ketika kita bisa mencintai Allah SWT sepenuh hati kita dengan taat kepada-Nya, senantiasa menyebut nama-Nya dan rindu untuk bertemu dengan-Nya.
Padahal dulu Rasulullah SAW berjuang demi Islam, bahkan menegaskan pada kaum kafir Quraisy dengan sabda Beliau, “Wallahi, Demi Allah. Seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, agar aku menghentikan dakwah ini, niscaya aku tidak akan menghentikan dakwah ini hingga Allah memenangkannya atau aku binasa.”
Seharusnya hal ini menjadi motivasi kita sebagai seorang Muslim, meneguhkan hati kita dan meneruskan perjuangan Rasulullah SAW ketika beliau memeperjuangkan Islam agar Islam bisa sampai kepada umatnya. Begitulah kecintaan Rasulullah kepada umatnya.
Harta tahta wanita memang menjadi perhiasan dunia yang mampu mengalihkan manusia, padahal kehidupan yang abadi manusia adalah akhirat, maka harusnya kita memanfaatkan harta yang merupakan titipan Allah ini sebagai ladang pahala kita dengan bersedekah, zakat mal dan lain sebagainya.
Sedangkan wanita, bisa menjadi fitnah jika kita sebagai wanita tidak mampu menjaga izah dan ifah kita. Wanita shalihah adalah wanita yang bertujuan melahirkan generasi pembangun peradaban, bukan wanita yang sibuk berhalu-halu ria di depan layar menikmati wajah para idolanya. Jadi kita semua mau memilih menjadi wanita yang seperti apa?
Harta Tahta Oppa juga bukanlah tujuan atau motivasi yang sesuai bagi Muslim. Tujuan manusia diciptakan di dunia ini hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Islam pun mengajarkan kita untuk tidak mengkhawatirkan perkara-perkara materi seperti rezeki, kekuasaan ataupun jodoh karena semua sudah diatur oleh Allah SWT.
Firman Allah SWT: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” (QS. Hud: 6)
Kehidupan dunia ini sudah Allah jamin dengan segala kebutuhan umat-Nya, yang belum kita ketahui hanyalah bagaimana ending kita di akhirat kelak. Surga atau neraka lah yang menjadi tempat kekal kita nanti. Maka dari itu bagaimana persiapan kita dalam menghadapi keabadian kita nanti di akhirat. Menjadi orang yang berbahagia atau menjadi orang yang penuh dengan penyesalan.
Dalam sebuah hadits riwayat Abu Dawud, Rasulullah SAW juga bersabda: “Seseorang pada Hari Akhir nanti pasti akan ditanya tentang empat hal: usianya untuk apa dihabiskan, jasmaninya untuk apa dipergunakan, hartanya dari mana didapatkan dan untuk apa dipergunakan, serta ilmunya untuk apa dia pergunakan.”
Jangan menjadikan dunia sebagai penyebab kita jauh dari Allah SWT, jangan menjadikan Oppa sebagai satu-satunya alasan kita untuk hidup dan bersemangat. Jadikanlah ridha Allah sebagai penyemangat kita untuk menjalani aktivitas kita, demi meraih keberkahan rezeki maka lakukanlah apa-apa yang Allah perintahkan dan jauhkan lah apapun yang Allah larang.
Kenapa Oppa bisa menjadi idola bagi para wanita saat ini? Tidak kah kita mengetahui ada sosok yang luar biasa, bisa menjadi suri teladan kita dan begitu mencintai umatnya yaitu Rasulullah SAW. Bagaimana dengan para sahabat yang meneruskan perjuangan Rasulullah SAW? Merekalah yang kelak akan memberi syafaat bagi kita. Oppa bukanlah sosok yang kelak kita cari nanti, karena mereka tidak akan bisa menolong dan memberikan syafaat kepada kita.
Generasi milenial sekarang, jangan berhenti pada tujuan dunia saja dan jangan berpuas diri terhadap ilmu Islam yang dimilikinya. Islam itu kaya, ilmunya luas dan kita belajarnya sepanjang hidup kita. Memperbaiki diri sendiri itu memang baik namun kita sebagai seorang Muslim juga punya kewajiban untuk berdakwah dan saling memperbaiki kepribadian manusia lainnya. Itulah motivasi yang seungguhnya, memperbaiki peradaban agar menjadi peradaban yang islami. *